Prolog

Kapal luar angkasa raksasa berbentuk seperti ular besar melayang dengan tenang. Cahaya biru dari pantulan bintang-bintang mengiluminasi permukaan kapal, menciptakan bayangan aneh di dinding-dinding metaliknya yang mengkilap. 

Kapal raksasa itu milik ras alien Reptilians. Ras ini berasal dari Planet Alpha Draconia yang gersang, tandus, dan keras. Mereka makhluk yang dikenal karena teknologi yang canggih namun juga memiliki kecenderungan agresif. Setiap planet atau dunia yang menjadi incaran mereka akan hancur lebur tak tersisa.

Bangsa Reptilians hidup di dunia yang telah kehilangan semua harapan dan keindahan alam. Mereka sedang dalam usaha menciptakan "Heaven’s Gate" sebuah portal yang bisa membuka gerbang ke dunia lain. Para Reptilians itu ingin menemukan surga. 

Planet Alpha Draconia yang berada di ujung Galaksi Bimasakti kini sudah hancur akibat ditelan oleh sebuah lubang hitam karena itu Reptilians berusaha mencari dan kemudian menjajah planet planet baru. Mereka juga memiliki sekte yang menyakini jika bangsa Reptilians adalah kaum yang terpilih di alam semesta dan satu satunya bangsa yang berhak atas surga.

Ras Reptilians adalah mahluk yang sangat berhati-hati meskipun memiliki teknologi sangat futuristik dibanding dengan planet atau dunia baru yang dikunjunginya. Namun mereka tak serta merta asal bergerak dan bertindak untuk melakukan invasi.

Reptilians lebih suka melakukan infiltrasi dan menyamar menjadi berbagai pemimpin dunia dari planet atau dunia yang mereka taklukkan dengan kemampuan berubah wujud. Mereka selalu menanamkan dalam pikiran jika mereka bukan ras terkuat di alam semesta, mereka lebih suka berpikir jika ada orang yang lebih kuat dari mereka di dunia isekai maupun planet lain.

Reptilians pun sudah menginvasi Planet Bumi dengan tujuan untuk mengendalikan populasi manusia. Mereka melahap manusia sebagai sumber makanan atau untuk tujuan riset peradaban, mereka menyusup ke dalam posisi-posisi berpengaruh di dunia manusia.

Beberapa di antara mereka menyamar sebagai politisi, pejabat pemerintah, pemimpin bisnis, atau tokoh-tokoh berpengaruh lainnya. Dalam penampilan sebagai manusia,, Ras Reptilians menggunakan pengaruh dan kekuasaan untuk mengatur dan mengontrol masyarakat manusia, serta untuk memanfaatkan manusia sebagai sumber daya yang diperlukan.

Ras Reptilians memandang bumi sebagai kebun binatang kosmik. Awalnya mereka mengamati manusia tanpa ikut campur terhadap kehidupan layaknya manusia melihat binatang di kebun binatang sampai di suatu titik mereka berusaha menaklukkan bumi.

Reptilians juga menjadi dalang di balik berbagai kejadian besar di dunia seperti Perang Dunia II dan perlombaan luar angkasa antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Herodah M78 adalah kapal penjelajah utama dari armada Reptilians yang dirancang untuk menjelajahi ruang angkasa dan mampu membuka portal kuantum untuk pergi ke dimensi alam semesta lain. Mereka menjalankan misi ekspansi ke wilayah-wilayah baru. Namun, ada sesuatu yang sangat unik tentang kapal ini: meskipun tampak megah dan futuristik, Herodah M78 membawa beban yang menakutkan bagi berbagai ras di seluruh galaksi.

Ketika kapal ini terbang di atas planet atau koloni yang mereka kunjungi, tanpa perlu mendarat pun, Herodah M78 mampu melepaskan polusi yang sangat berbahaya. Ini bukan polusi konvensional seperti yang dikenal manusia, tetapi partikel energi negatif yang secara langsung mempengaruhi kesehatan dan keseimbangan alamiah  manusia atau makhluk lain yang hidup di planet-planet yang dikunjungi Reptilians.

Ketika Herodah M78 melayang di atas sebuah koloni manusia yang damai, udara tiba-tiba terasa berat dan tercemar oleh energi yang mematikan. Tanaman dan hewan-hewan lokal mulai layu dan mati secara misterius, sementara manusia kelelahan dan terkena penyakit yang tidak bisa dijelaskan.

Para Reptilians dari Alpha Draconia menggunakan Herodah M78 sebagai alat untuk memperluas pengaruh dengan cara yang tidak langsung namun sangat efektif. Mereka tidak perlu berperang atau menaklukkan secara langsung; cukup dengan melayang di atas planet yang ingin dikuasai, mereka bisa melemahkan pertahanan dan sumber daya alam para penduduk setempat.

Sementara itu, di galaksi yang luas ini, banyak ras yang berusaha melawan pengaruh Reptilians yang memiliki teknologi mematikan. Pertempuran untuk kelangsungan hidup planet-planet dan koloni-koloni yang masih belum terjajah terus berlanjut, sementara Herodah M78 terus melayang di angkasa, menjadi simbol ancaman yang terus membebani kehidupan di berbagai penjuru galaksi bahkan seluruh alam semesta.

Kondisi hidup yang sudah nyaman merupakan puncak insting bertahan hidup dari serangkaian tragedi, musibah dan perang dalam sejarah manusia. Manusia tidak akan pernah mau melompati kondisi mereka yang sebenarnya sedang dimanipulasi oleh ras lain.

Padahal peperangan yang dihadapi manusia merupakan tempat inovasi penemuan dan teknologi. Hanya dari tantangan dan rasa sakit manusia berinovasi. 

Sayangnya, manusia hanya selalu ingin berada di zona nyaman, stagnan tanpa rasa sakit ataupun tujuan, tapi menderita seolah hidup tak memiliki arti.
Dunia pun lalu mengecil, dan di atasnya melompat-lompat  si manusia terakhir  yang membuat segala sesuatunya menjadi kecil. Rasnya bagai kutu  yang tidak dapat dibasmi.

Aku ingat dengan kejadian mengerikan saat aku masih hidup di bumi. Di sudut studio yang gelap, lampu-lampu sorot hanya menerangi wajah-wajah cemas para pembawa berita televisi. Suara berat dan serak mengumumkan kabar tragis yang tidak dapat dipercaya:

"Pagi ini, dunia seperti yang kita kenal telah berubah selamanya. Bangsa Reptilians, entitas alien yang disembunyikan di antara kita selama ratusan tahun, telah melancarkan serangan besar-besaran terhadap bumi. Kota-kota besar di seluruh dunia diliputi kehancuran. Para pemimpin dan pejabat yang kita kira adalah manusia, ternyata adalah agen-agen dari ras asing ini."

Suasana siaran terasa tegang. Layar di belakang mereka dipenuhi dengan gambar-gambar kehancuran yang tak terbayangkan: gedung-gedung hancur, jalan-jalan yang dipenuhi reruntuhan, dan orang-orang yang berlarian mencari tempat berlindung.

"Ini bukanlah hanya invasi fisik, tetapi juga invasi dalam hati dan jiwa kita. Selama ini, mereka telah memanipulasi kebijakan dunia, mengatur perang dan perdamaian sesuai dengan agenda mereka sendiri. Kita hidup dalam bayang-bayang mereka."

Pembawa berita mencoba untuk tetap tenang, meskipun kepanikan mulai terasa di suara paraunya.
"Pertanyaan besar yang kini kita hadapi: bagaimana kita bisa melawan musuh yang bersembunyi di antara kita? Apakah masih ada harapan bagi umat manusia? Para ilmuwan dan pakar strategi sedang berusaha mencari jawaban atas pertanyaan ini. Namun, satu hal yang pasti, dunia kita telah berada dalam perang yang tidak kita duga."

Layar di belakang mereka berubah, menampilkan wawancara singkat dengan seorang ilmuwan yang wajahnya penuh dengan kekhawatiran.

"Kami tidak bisa lagi menganggap enteng ancaman ini. Mereka memiliki teknologi dan kekuatan yang jauh melampaui apa yang bisa kita bayangkan. Kita perlu bersatu sebagai umat manusia, melupakan perbedaan kita, dan bersiap untuk perang terbesar yang pernah dihadapi oleh umat manusia."
Siaran ini tidak hanya sekadar berita. Ini adalah panggilan putus asa untuk bertahan hidup, untuk menemukan kekuatan dalam persatuan, dan untuk berjuang melawan musuh yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.

Aku berlari secepat yang aku bisa melalui lorong-lorong sempit di antara bangunan yang runtuh di Jakarta. Suara gemuruh ledakan dan serangan energi dari langit membuat hatiku berdegup kencang. Aku menggenggam erat tangan ibuku sambil mengikuti ayahku yang memimpin jalan menuju tempat perlindungan. Di belakang mereka, terdengar suara-suara berteriak dan mengeluh, menciptakan latar belakang yang mencekam dari kepanikan massal.

"Reza, ikuti aku, sayang!" seru ibuku dengan suara terengah-engah, tetapi penuh dengan ketegasan. Mereka berlari menuju tempat yang dianggap aman, di tengah kehancuran dan asap tebal yang menyelimuti udara. Aku yang baru saja lulus SD bisa merasakan panas yang tidak biasa di atmosfer, serta bau yang asing dan tajam yang menusuk hidungku.

Tiba-tiba, sebuah ledakan besar terjadi tidak jauh dari mereka. Detik itu, duniaku berubah menjadi pemandangan kekacauan. Tubuh ibuku terlempar dari sampingku oleh gelombang kejut, dan aku terpental ke belakang, jatuh terjerembab ke tanah keras. Aku berusaha bangkit, melihat ke sekeliling dengan mata yang penuh dengan ketakutan.

"Ibu! Ayah!" teriakku dengan putus asa, namun hanya suara dentuman dan deru api yang menjawab panggilanku. Aku  melihat rumah-rumah terbakar, jalan-jalan yang dipenuhi dengan puing-puing, dan orang-orang yang berlarian ke arah yang tak menentu.

Ketika aku berusaha untuk bangkit, aku merasakan sesuatu yang tajam menusuk punggungku. Aku memandang ke atas dan melihat pesawat luar angkasa besar yang melayang di atasku, mengeluarkan sinar-sinar biru yang mematikan. Aku merasakan panas menusuk tubuhku saat sinar-sinar itu menghantam tanah dan menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya. Aku yakin dunia sudah hancur dan tak ada harapan lagi untuk umat manusia.

Sebagai manusia aku hanyalah butiran debu dibandingkan agungnya alam semesta, ketika aku bertanya mengapa semua takdir ini terjadi? Alam semesta hanya diam dengan segala keagungannya, memaksaku memaknai sendiri penderitaan ini.

Segalanya terasa seperti bergerak dalam waktu lambat. Aku merasakan kepanikan luar biasa dan kehilangan yang tak terlukiskan saat tersapu gelombang energi dari pesawat itu. Tubuhku terangkat dari tanah

XXX

Bab 1 Eternal Recurrence 

Seandainya ada permohonan yang dapat dikabulkan, aku hanya ingin tuhan memberikanku kesempatan untuk membalaskan dendam pada Reptilians yang menghancurkan Bumi. Mahluk yang paling aku benci sepanjang hidup. Aku sangat trauma dengan kejadian masa lalu yang seharusnya tak terulang lagi.

Aku kini menyadari segala sesuatu di dunia ini--semua pengalaman, kejadian, dan kehidupan--akan kembali dan terulang secara abadi dalam bentuk yang sama, mengalami setiap momen secara berulang terus-menerus.

Ini menguji prinsip-prinsipku dan menuntut keberanian untuk menerima dan mencintai kehidupan dalam seluruh kompleksitas dan kesulitan, mendorongku untuk menciptakan hidup yang layak diulang.

Tapi aku bersyukur bisa terlahir kembali di dunia yang indah ini dengan keberanian dan kekuatan terlepas dari semua pengalaman traumatisku di kehidupan sebelumnya. 

Setelah bereinkarnasi ke dunia Azaroth, aku sadar memiliki penglihatan yang mengungkapkan asal-usulku yang tragis. 

Meskipun orang-orang di sekitar menganggapku sebagai bayi biasa, aku memiliki keunikan yang tak terlihat dari luar: aku masih menyimpan ingatan dari kehidupan sebelumnya. Aku bisa melihat masa lalu dan masa depan. Namun aku tak bisa memilih apa yang ingin kulihat atau tidak. Kepalaku sakit. Penglihatan itu muncul begitu saja tanpa diundang.

Sejak kecil, aku menunjukkan ciri-ciri luar biasa. Meskipun tubuhku kecil dan rentan, pikiranku berfungsi jauh lebih matang daripada seorang bayi biasa. Aku menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang dunia di sekitarku karena aku memang sebenarnya sudah dewasa kan? Dan kadang-kadang, orang dewasa di sekitarku terkejut dengan kebijaksanaanku yang tampaknya melebihi usiaku.

Ayahku di kehidupan ini memperhatikan tanda-tanda ini dengan penuh harapan. Ia menyadari keunikanku bukanlah hal biasa dan mungkin merupakan tanda dari takdir lebih besar yang menantiku di masa depan.

Meskipun belum mampu berbicara atau melakukan sihir dengan kuat pada usia ini, aku mengembangkan ketertarikan yang luar biasa pada benda-benda di sekitarku. Aku tertarik pada detail-detail kecil yang sering kali terlewatkan oleh orang lain.

Aku bereinkarnasi menjadi anak di luar nikah dari seorang menteri sihir terkemuka di Kerajaan Azaroth of Dawn. Ayahku, seorang tokoh berpengaruh dalam kerajaan, memutuskan untuk mengurungku di sebuah menara di istana sebagai tindakan perlindungan. 

Ayahku melakukannya untuk menjauhkanku dari istri sahnya yang sangat marah dan kecewa setelah mengetahui perselingkuhan suaminya. Ayahku berhubungan dengan ibu kandungku seorang penari istana karena tak kunjung memiliki anak dengan istri sahnya setelah 10 tahun menikah.

Istri sah ayahku, seorang bangsawan yang kuat dan ambisius, memiliki rencana untuk membunuhku sejak aku masih bayi. Namun karena konflik dengan ayahku memuncak, wanita itu hilang akal dan bunuh diri dan meminum racun setelah tepergok membunuh ibu kandungku. Lantaran malu dengan skandal itu, ayahku mengurungku di menara ini.

Di dalam menara, aku tumbuh menjadi pemuda yang tangguh dan berbakat. Meskipun terkurung dan memiliki energi sihir yang lemah, aku belajar sihir dan seni perang dari ayahku yang selalu mengunjungi aku secara rahasia. 

Setidaknya aku yakin negeri ini damai tak seperti bumi di kehidupanku yang sebelumnya di mana manusia harus berperang secara mendadak melawan alien. Belum lagi perang dan kerusakan yang disebabkan manusia itu sendiri.

Setelah skandal yang melibatkan istri sahnya mulai mereda, ayahku mengajakku untuk tinggal di desa. Desa ini dikenal dengan nama Luminara Elfheim, tempat di mana setiap penduduknya memiliki kemampuan ajaib yang unik. Aku, yang sangat penasaran, dengan cepat bergabung dengan komunitas setempat dan mulai belajar berbagai keterampilan sihir dan bertualang.

Di tengah hutan yang diselimuti kabut pagi, aku berdiri terpesona, memandang sosok yang baru saja muncul dari antara pepohonan. Ada dua ras utama di Kerajaan Azaroth, kaum manusia penyihir dan elf, yang hidup berdampingan. Aku berkenalan dengan Elara Herabell, seorang gadis elf penyihir terkuat di Kerajaan Azaroth yang menjadi teman dekatku dan mengajariku berbagai sihir dasar. 

Elara adalah seorang ksatria terkuat Kerajaan Azaroth sekaligus penyihir terkuat di dunia. Ia adalah seorang pemanah legendaris, hidup bersama suku pemanah yang tinggal di hutan Luminara. Elara yang paling berbakat di antara mereka.

Elara tampak seperti gambaran dari mitos yang hidup. Wajahnya adalah karya seni yang sempurna; tulang pipinya tinggi dan anggun, memberikan kesan kehalusan yang membuatku hampir lupa bernapas. Kulitnya, seputih embun pagi, berkilau bening lembut dalam sinar matahari yang menembus celah-celah dedaunan.

Rambutnya panjang dan berkilau warna perak yang nyaris transparan, jatuh seperti tirai sutra ke punggungnya. Ia seolah terbuat dari cahaya rembulan. Setiap gerakan rambutnya mengalun lembut seperti riak air di danau yang tenang. Matanya, besar dan pupilnya berwarba hijau zamrud, memancarkan kedalaman yang seolah menyimpan seluruh rahasia hutan. Tatapannya yang lembut dan penuh pengetahuan membuatku merasa seolah sedang diperhatikan oleh makhluk yang telah melihat ribuan tahun sejarah.

Busana Elara adalah gaun tipis berwarna hijau lumut, seolah terbuat dari daun dan bunga yang saling berkelindan. Gaun itu mengikuti setiap lekuk tubuhnya dengan keanggunan yang tak tertandingi, bergerak lembut seiring langkahnya. Kaki telanjangnya, yang hampir tidak menyentuh tanah, melangkah dengan keleluasaan yang membuatku merasa seperti berada di dunia yang sama sekali berbeda.

Saat Elara melangkah mendekat, aku bisa merasakan kehadirannya yang menyegarkan, seolah udara di sekelilingnya terisi dengan aroma bunga liar harum dan tanah basah. Setiap gerakannya memancarkan sebuah keanggunan yang menenangkan, dan aku tak bisa menahan rasa kagum yang mendalam. Elara adalah lambang keindahan yang seolah melampaui batas-batas dunia ini, dan aku, dalam keheningan hutan, merasakan kehadirannya sebagai anugerah yang langka dan tak tergantikan.

Meski sudah berusia ratusan tahun dan berasal dari Desa Luminara Elfheim, Elara sangat menyukai manusia terutama anak anak sepertiku. Memang aneh rasanya, ia awalnya memperlakukanku seperti anak taman kanak-kanak dan mengajariku memanah, namun ketika aku tumbuh dewasa ia tetap muda, ia mulai memperlakukanku seperti teman sebaya. 

Suatu hari saat aku memberikannya sebuah bunga dan memberanikan diri mengungkapkan rasa cintaku padanya dengan polos. Anehnya, ia langsung menerimaku sebagai kekasih!

Bagaikan sebuah keajaiban, saat ia menerima cintaku semua pengalaman traumatis yang kuhadapi di kehidupanku sebelumnya, maupun kenangan masa kecilku yang tragis di Azaroth tiba-tiba lenyap, bagaikan sihir yang mematahkan kutukan. Aku pun mengenakan sebuah mahkota bunga ke atas kepala Elara dan menikmati hari indah bersamanya.

Elara adalah satu-satunya orang yang paling aku percayai. Aku hanya menceritakan semua kisah yang aku alami di kehidupan sebelumnya pada Elara. Aku juga mengungkapkan kerinduan pada rumahku di bumi dan juga kedua orang tua serta teman temanku. Elara dengan mata yang berkilauan seperti bintang dan rambut panjang berwarna perak, duduk di sampingku dengan sikap tenang penuh perhatian. 

“Kadang, aku juga berpikir tentang rumah,” kata Elara tiba-tiba, suaranya lembut seperti semilir angin sore. “Dan aku ingat sesuatu yang penting.”

Aku menoleh padanya, tertarik dengan perubahan nada dalam suaranya. “Apa itu?”

Elara tersenyum lembut. “Rumah bukanlah tentang tempat fisik. Itu bukan tentang dinding dan atap atau tempat tidur yang nyaman.”

Aku memandangnya, bingung. “Lalu apa itu, kalau bukan itu?”

“Rumah adalah tempat di mana ada orang-orang yang kita sayangi,” jawab Elara, matanya bersinar dengan keyakinan. “Ketika kita bersama mereka, kita merasa diterima dan dicintai. Itu adalah tempat di mana hati kita merasa damai dan hangat.”

Aku merenungkan kata-katanya, memikirkan tentang keluarga dan teman-teman yang selama ini aku anggap rumahku. Aku merasa hatiku dipenuhi dengan rasa syukur dan cinta yang mendalam.

“Jadi, meskipun kita jauh dari tempat yang kita anggap rumah, selama kita bersama, kita selalu punya tempat untuk pulang?” tanyaku, mencoba memahami sepenuhnya.

Elara mengangguk. “Tepat sekali. Rumah adalah kehadiran dan perasaan yang kita bagi dengan orang-orang yang kita cintai. Ketika kita bersama mereka, kita tidak pernah benar-benar jauh dari rumah.”

Kata-kata Elara meresap dalam-dalam. Aku merasakan kehangatan yang membuatku percaya, di mana pun kita berada, selama kita bersama, rumah akan selalu ada di hati kita.

Saat pertama kali menginjakkan kaki di Azaroth, aku merasakan kebahagiaan yang belum pernah aku alami sebelumnya. Kerajaan Azaroth layaknya suasana desa pertanian dengan gaya bangunan Eropa abad pertengahan yang indah dan tentram, disertai pemandangan alamnya yang memukau, hutan yang bercahaya dengan bunga-bunga ajaib, sungai yang mengalir dengan air kristal, dan pegunungan yang menjulang tinggi dengan salju abadi. 

Aku menemukan diriku di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh makhluk-makhluk fantastis dan ramah. 

Bersama Elara, aku menjelajahi berbagai lokasi menakjubkan di Azaroth, seperti gua-gua berkilauan dan padang rumput yang dipenuhi dengan makhluk-makhluk fantastis. Elara adalah gadis yang sangat kuat, ceria, penyayang, dan pemberani. Aku hampir tak pernah melihat wajahnya tanpa senyuman tulus. Elara memiliki semangat tinggi. Ia menghabiskan waktu dengan berlatih sihir dan memanah setiap hari. Ia berusaha melindungi desanya dari berbagai ancaman monster.

Aku juga menjadi bagian dari kelompok petualang yang sering melawan monster jahat yang mengancam desa. Meskipun awalnya canggung, aku cepat belajar dan menjadi salah satu petualang terbaik di Luminara. Melalui petualangan-petualangan, aku membantu banyak orang dan mendapatkan banyak teman. Keberanian dan kebaikan hati Elara membuatnya dicintai oleh semua orang di desa, dan tentu saja termasuk diriku.

Hari-hariku di Azaroth dipenuhi dengan kegembiraan. Aku bisa melakukan hal-hal yang tidak pernah aku bayangkan di kehidupan sebelumnya--mengendalikan sihir, berlari di padang rumput dengan kecepatan kilat, dan menjelajahi tempat-tempat yang penuh dengan misteri. Aku merasa seperti telah menemukan tempat yang benar-benar cocok untukku.

Di malam hari, ketika bintang-bintang bersinar terang di langit yang tidak pernah gelap, aku sering duduk di puncak bukit dengan Elara dan petualang lainnya, merenung tentang betapa beruntungnya aku. Dalam hatiku, aku merasa bahwa meskipun  telah meninggalkan dunia lamaku, di Azaroth aku telah menemukan rumah sejati, tempat di mana kebahagiaan dan petualangan tak pernah berakhir.

Aku ingat ketika pertama kali masuk akademi sihir saat masih berusia enam tahun atau sama persis seperti anak anak di Bumi yang memulai sekolah dasar di usia sekitar enam tahun. 

Dalam ruang kelas sihir yang megah di Akademi Azaroth, para siswa sedang berlatih dengan penuh semangat.

Aku dengan wajah yang letih dan tampak frustrasi, berdiri di sudut ruangan. Setiap siswa lain dengan mudah menghasilkan bola energi dan ilusi yang memukau, sementara aku berjuang untuk menghasilkan efek sihir yang sederhana.

Instruktur sihir, seorang penyihir tua dengan jubah biru, mengamatiku dengan tatapan penuh kesabaran. “Tesla, sekali lagi. Cobalah untuk mengumpulkan energi sihirmu dan bentuklah bola api,” perintah sang instruktur dengan suara lembut namun tegas.

Aku mengangguk dan mencoba sekali lagi. Aku mengumpulkan energi di tangan, tetapi hasilnya hanya berupa kilasan cahaya kecil yang hampir tidak terlihat. Suhu udara di sekelilingku tidak meningkat, dan energi yang kuhasilkan tampak tidak berarti.

“Aku tidak bisa melakukan ini,” ucapku pada instruktur sihir yang hanya mematung dengan tatapan sinis. Suaraku penuh keputusasaan. “Energi sihirku terlalu lemah. Aku tidak bisa membuat apapun dari itu.”

Beberapa siswa menatapku dengan mencibir, kasihan atau sekadar acuh tak acuh, membuatku merasa semakin tertekan. Dengan kepala tertunduk, aku duduk di sudut ruangan, merasakan ketidakberdayaan yang mendalam. “Aku telah mencoba segalanya, tapi tetap saja gagal...”

Kegagalanku di kelas sihir adalah kegagalan pertamaku. Aku merasa malu saat semua anak mengejekku karena tak mampu mengeluarkan energi sihir apapun. Aku merasa putus asa. 

Padahal sebelum terlahir kembali sebagai Tesla Brajasenawarman, dulu di dunia sebelumnya orang-orang selalu memanggilku Reza Pamungkas, siswa jenius Kelas 5 SD peraih lebih dari 100 medali olimpiade matematika dan sains internasional, kebanggaan Indonesia.

Aku memegang Rekor Dunia MURI atas prestasi di bidang Matematika dan Sains Internasional. Aku seakan ditakdirkan terlahir sebagai orang jenius, tapi kenapa aku malah tak memiliki bakat apapun di dunia ini?

Di sebuah sudut jalan di Jakarta pada tahun 2030, aku seorang anak pra-remaja yang saat itu berusia 10 tahun, melintas di trotoar dengan langkah yang penuh percaya diri. Tubuhku ramping dan tegap. Aku mengenakan kaos biru yang pas dengan celana jeans gelap, tampil santai namun tetap stylish. 

Rambutku yang hitam legam tertata dengan gaya yang sedikit berombak, menambah kesan cerdas dan modis. Namun, yang paling mencolok dari penampilanku adalah sepasang kacamata bundar yang membuat mataku yang tajam semakin bersinar. Kacamata itu, selain fungsinya, menambah aura intelektual dan karisma yang sangat menonjol.

Saat aku berjalan, beberapa orang di sekitarku mulai berkomentar penuh semangat. 

"Perhatikan anak itu," kata seorang pria paruh baya kepada temannya. "Dia baru berusia 14 tahun, tapi dia tampak seperti seorang jenius dan dewasa."

"Benar," jawab wanita di sampingnya. "Dia juga sangat tampan. Fitur wajahnya sangat khas, mata yang cerdas, rahang yang tegas, dan senyum yang memikat. Ada sesuatu yang istimewa tentang cara dia membawa dirinya."

Seorang remaja yang melintas bersama temannya juga ikut berkomentar, "Aku pernah mendengar tentang dia. Katanya, dia bisa menyelesaikan soal matematika tingkat lanjut dan selalu menjadi yang terdepan dalam diskusi akademis. Meskipun dia masih muda, ada sesuatu yang sangat mengesankan tentang dirinya."

"Rambutnya tertata dengan sangat baik, dan wajahnya, lihatlah, dengan fitur yang halus dan ekspresi yang penuh percaya diri, sepertinya dia adalah anak yang sangat cerdas," timpal teman di samping remaja itu.

Aku tidak memedulikan percakapan mereka. Aku terus melangkah dengan tenang, seolah-olah dunia di sekelilingku hanyalah latar belakang untuk petualangan yang lebih besar yang sedang menungguku. Keberadaanku yang dipenuhi dengan aura misterius dan karisma, membuat banyak orang yang melihatku merasa aku adalah remaja istimewa dengan potensi yang luar biasa.

Lahir di Yogyakarta pada tahun 2020 sebagai anak tunggal sebelum pindah ke Jakarta saat aku 10 tahun, aku menunjukkan bakat luar biasa dan berprestasi di berbagai bidang akademik sejak usia dini. Ketertarikan dan bakatku dalam sains membuatku dikenal sebagai salah satu siswa terbaik di sekolah. 

Aku sering mengikuti olimpiade sains tingkat nasional maupun internasional, meraih berbagai medali emas dan perak. Kemampuan analitis dan pemecahan masalah membuatku menonjol di kalangan teman-teman sebaya. 

Aku menghabiskan banyak waktu di laboratorium sekolah, mengerjakan eksperimen dan proyek-proyek sains yang sering kali membawaku ke posisi puncak dalam kompetisi-kompetisi bergengsi.

Keterampilanku dalam sains tidak hanya terbatas pada teori, tetapi juga pada praktik. Aku terlibat dalam berbagai penelitian ilmiah dan seringkali mendapatkan pujian dari para guru dan mentor. Prestasiku memberi kesempatan untuk berinteraksi dengan ilmuwan dan peneliti di berbagai seminar dan workshop.

Di luar akademik, aku juga memiliki semangat yang tinggi dalam aktivitas ekstrakurikuler. Aku aktif dalam klub sains di sekolah, sering kali menjadi pembicara dalam presentasi dan memimpin tim dalam proyek-proyek ilmiah. Keuletan dan dedikasi membuatku menjadi inspirasi bagi teman-teman sebaya.

Di kehidupan sebelumnya, aku selalu menggunakan waktu istirahat atau hari liburku untuk belajar matematika dan sains. Bukan hanya untuk masuk ke universitas terbaik tapi aku merasa matematika membuat hidupku lebih menarik, karena itu bukan sesuatu yang bisa dilalui dengan sembarangan dan rasa pencapaian setelah berhasil menyelesaikannya membuatku puas. 

Namun, rumus sihir di dunia ini ternyata memang lebih sulit daripada matematika, mungkin karena menggunakan aksara kuno yang sudah tak dipakai lagi. Ingatanku tentang matematika di kehidupanku sebelumny  mungkin bisa menguraikan sihir untuk meminimalkan waktu penyebutan mantra dan menciptakan rumus sihir yang telah disederhanakan tanpa mengurangi efek kekuatan sihirnya.

Saat aku menunduk, sebuah pemikiran tiba-tiba muncul dalam benakku. Aku harus membawa pendekatan analitis dan strategis dalam menghadapi tantangan baru setelah bereinkarnasi. Aku memiliki energi sihir yang sangat lemah dibandingkan anak-anak lain namun memiliki kemampuan kontrol energi sihir yang baik. 

Bayangan rumus (E = mc^2) dari pelajaran tentang fusi nuklir di Bumi melintas di pikiranku. Aku berasal dari Bumi, tentu aku punya ide memanfaatkan prinsip fusi nuklir untuk memperkuat kekuatan sihirku. Dengan menggunakan sihir aku mungkin mengkonversi massa objek seperti batu untuk diubah menjadi energi ledakan.

Aku tiba-tiba teringat bagaimana prinsip konversi massa menjadi energi ini bisa sangat berguna. “Kenapa tidak mencoba prinsip itu untuk sihir?” gumamku. “Mungkin aku bisa menggunakan konsep itu untuk meningkatkan efisiensi energi sihirku yang lemah.”

Fusi nuklir adalah proses di mana dua inti atom bergabung untuk membentuk inti yang lebih berat, disertai dengan pelepasan energi yang sangat besar. Energi yang dilepas ini mengikuti hukum Einstein (E = mc^2), di mana (E) adalah energi, (m) adalah massa yang hilang, dan (c) adalah kecepatan cahaya, menggambarkan besarnya energi yang dihasilkan dari konversi massa ke energi.

Ini adalah proses sama yang terjadi di dalam matahari dan bintang-bintang lain, di mana suhu dan tekanan ekstrem menyebabkan inti hidrogen bergabung membentuk helium, melepaskan energi dalam bentuk cahaya dan panas. Dalam sihir, aku mungkin bisa mengumpulkan massa material, seperti batu atau logam sebagai "bahan bakar" yang akan kuubah menjadi energi untuk proses fusi.

Dengan semangat baru, aku berdiri dan kembali ke meja latihan. Aku mengatur beberapa batu kecil di hadapanku, memikirkan rumus yang dulu kupelajari: mengubah massa menjadi energi dan sebaliknya. Aku bergegas membuat lingkaran sihir dan merapalkan mantra untuk mengaktifkan konversi energi.  

Aku menggambar lingkaran sihir di sekitar batu-batu tersebut, menyiapkan formula sihir yang didasarkan pada konsep konversi massa, membuat lingkaran sihir dan merapalkan mantra untuk mengaktifkan konversi energi. Lingkaran sihir ini berfungsi sebagai alat untuk mengontrol dan memfasilitasi proses konversi massa menjadi energi.

"Berapa besar energi yang dihasilkan dari batu ini?" gumamku. "Massa batu ini sekitar satu kilogram. Kecepatan cahaya adalah 3 x 10^8 meter per detik. Energi yang dihasilkan harus sekitar 9 x 10^16 Joule."

Dengan menggunakan kendali sihir yang tepat, aku dapat menciptakan kondisi yang diperlukan untuk fusi. Ini mungkin melibatkan peningkatan tekanan dan suhu secara magis di dalam lingkaran sihir untuk mendekatkan inti massa agar terjadi penggabungan.

“Aku harus bisa melakukan ini,” bisikku pada diriku sendiri. “Aku akan menggunakan energi dari massa batu ini sebagai dasar sihirku.” 

Aku mulai merapalkan mantra. Energi sihirku terfokus pada batu-batu itu. Aku menciptakan medan magis yang menyusun kembali massa batu menjadi bentuk energi yang lebih efisien. Setiap gerakan dan kata-kata mantra aku pertimbangkan dengan hati-hati. Aku berusaha keras untuk menyesuaikan energi agar sesuai dengan prinsip (E = mc^2).

Setelah beberapa saat, lingkaran sihir mulai bersinar dengan intensitas yang baru. Energi mulai terkumpul di tengah-tengahnya, dan bola api kecil mulai terbentuk di tanganku. Cahayanya cerah dan panas, jauh lebih kuat daripada sebelumnya.

Setelah inti-inti atom bergabung, energi yang dihasilkan dari proses fusi--dalam konteks sihir adalah energi magis--akan dikumpulkan dan dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti ledakan kuat, peningkatan kekuatan, atau pembuatan artefak magis.

Aku tidak bisa menyembunyikan senyum puas di wajahku. “Ini berhasil! Dengan menggunakan konversi massa, aku bisa menghasilkan energi sihir yang lebih kuat!”

Instruktur dan teman-teman sekelasku menatap dengan kekaguman. Sang instruktur tersenyum. “Bagus sekali, Tesla. Kamu telah menemukan cara untuk memanfaatkan potensi energi sihirmu dengan lebih efektif. Teruslah berlatih dengan metode ini.”

Aku merasa lega dan penuh harapan. Aku sadar meski menghadapi banyak kegagalan, pengetahuan dan kreativitas--termasuk pelajaran dari masa laluuku--memberi kekuatan untuk mengatasi tantangan. Aku terkejut rumus relativitas khusus Einstein bisa bekerja di dunia sihir ini.  Aku rasa ini harus tetap menjadi rahasia. Aku yang hanya penyihir payah bisa tak terkalahkan dengan pengetahuan sederhana ini...

Meskipun aku harus mengontrol energi yang dihasilkan untuk mencegah ledakan yang tidak diinginkan dan untuk memanfaatkan energi dengan efisien sesuai kebutuhan, biar bagaimanapun energi nuklir sangat berbahaya. Berbekal pengetahuan ini dan ilmu sihir, aku bisa menjadi sosok malaikat kematian penghancur dunia.


---

Bab 2: Threat Signal

Usiaku kini sudah 10 tahun di dunia Azaroth, usia yang sama ketika aku dulu tewas akibat serangan bangsa Reptilians di Bumi. Aku selalu berdoa supaya tak mengalami nasib yang sama dengan kehidupanku sebelumnya karena aku bahagia di sini.

Aku sudah lulus dari akademi sihir sebagai lulusan terbaik meskipun memiliki sihir yang lemah. Energi sihirku yang lemah justru mampu menciptakan reaksi fusi secara instan tanpa alat apapun. Dengan pengetahuanku yang luas tentang sains aku bisa membuat sains menjadi sangat keren seolah-olah itu adalah sihir. Aku kini bekerja sebagai penyihir dan pandai besi di istana.

Usia yang masih muda tidak menghentikan tekadku mencoba berbagai eksperimen dengan sihir. Berbeda dengan anak-anak lain yang memiliki kekuatan sihir melimpah, aku merasa kemampuanku sangat lemah. Namun, aku memiliki keterampilan kontrol energi sihir yang sangat baik, kekuatan yang kugunakan untuk berpikir di luar kebiasaan.

Aku memulai pelatihan intensif untuk memanfaatkan penemuan baruku, siap menghadapi tantangan yang akan datang dengan kekuatan yang jauh lebih besar dari sebelumnya.

Aku menciptakan banyak teknologi baru sebagai senjata dengan menggunakan ilmu sihir dan sains. Sekarang aku memiliki kekuatan yang tak dimiliki penyihir lain, mengubah massa menjadi energi yang besar berkali-kali lipat. Aku melatih kekuatan sihir ini selama bertahun-tahun sejak hari pertama masuk ke akademi sihir di Kerajaan Azaroth.

Aku mulai memperhatikan perilaku dan pola pikir para pejabat dan bangsawan di Azaroth dengan lebih cermat. Setelah pengalaman pahitku yang mengerikan dengan Ras Reptilian di dunia sebelumnya, aku memiliki prasangka buruk dan agak paranoid. Meskipun terasa mustahil dan berlebihan, tapi aku tidak bisa mengabaikan kemungkinan alien juga mungkin telah menyusup ke dalam kehidupan politik dan sosial Azaroth.

Sejak beberapa tahun lalu warna rambut bangsawan Azaroth berubah menjadi kemerahan entah hanya tren atau apa, tapi yang jelas sangat mirip dengan pejabat Bumi di zaman dulu yang ternyata adalah Reptilians. Pupil mata mereka bisa berubah menjadi warna hijau hazel yang tidak normal, padahal sebelumnya mereka tampil di publik dengan pupil mata biru atau coklat.

Ketika tersenyum gigi bawah mereka terlihat runcing. Mereka memiliki kemampuan melihat dan mendengar yang tajam. Dari informasi yang kudapat dari tabib kerajaan, tekanan darah mereka rendah, memiliki bekas luka aneh yang tak bisa dijelaskan, dan yang paling mencurigakan ada seorang pelukis yang berhasil menangkap basah salah satu dari mereka sedang memakan lalat. Tak hanya itu, lidah mereka dapat memanjang layaknya katak.

Belakangan ini, aku juga mendengar desas-desus aneh tentang Pangeran Galen, sepupu Pangeran Peter Azaroth, yang merupakan putra mahkota kerajaan ini.

Saat melakukan kunjungan ke Desa Luminara Elfheim, Pangeran Galen awalnya tampak baik-baik saja. Namun, tiba-tiba wajahnya tampak meleleh, dan pengawal istana segera menutupi wajahnya dari pandangan penduduk desa. Mereka mengelap wajahnya yang penuh keringat. Pangeran Galen mengerang kesakitan.

Pengawalnya segera meminta penduduk untuk tidak melihat atau melukis Pangeran Galen. Beberapa anak kecil yang iseng sempat mengintip. Anak-anak itu berbisik ke orang tuanya, seluruh mata Pangeran Galen berubah menjadi hitam, tubuhnya membesar, dan bersisik seperti kadal. Keadaan menjadi kacau, banyak anak-anak menangis dan berlarian setelah melihat penampakan yang mengerikan itu. Namun orang-orang dewasa tidak mempercayai cerita anak-anak, menganggapnya hanya sebagai khayalan.

Berbeda dengan penduduk Azaroth yang konservatif dan fundamentalis serta hanya mempercayai keberadaan ilmu sihir, kebanyakan bangsawan di Azaroth akhir-akhir ini mulai menunjukkan ketertarikan dengan sains dan luar angkasa. Namun penduduk Azaroth menganggap para bangsawan itu hanya sedang menggilai sesuatu di luar sihir.

Tapi bagiku semua terasa jelas. Bukti-bukti ini terlalu jelas. Bisa jadi mereka adalah bangsa Reptilians!

Aku mulai mencurigai beberapa pejabat dan bangsawan yang terlalu vokal dalam menentang perubahan atau perlindungan terhadap negara. Pola pikir mereka yang tampak terlalu logis atau terlalu dingin dalam menghadapi ancaman yang seharusnya menimbulkan kepanikan atau keprihatinan kian menimbulkan kecurigaan.

Aku tidak boleh menceritakan kecurigaanku kepada orang lain secara langsung karena tanpa bukti konkret, tuduhan semacam itu bisa merusak reputasiku sendiri. Sebaliknya, aku memilih untuk melakukan penyelidikan diam-diam. Aku menggunakan keahlianku dalam sihir untuk mengamati aura dan energi yang tidak biasa dari individu-individu tertentu.

Selama penyelidikan itu, aku menemukan beberapa kejanggalan. Misalnya, beberapa bangsawan dilaporkan kehilangan kemampuan sihir yang harusnya sudah dimiliki semua penduduk Azaroth sejak lahir, atau perilaku yang tidak konsisten dengan citra publik mereka. Namun, aku menyadari ini tidak cukup menjadi bukti yang meyakinkan.

Dalam pencarianku untuk bukti yang lebih kuat, aku merencanakan untuk mendapatkan akses ke informasi rahasia atau melakukan pengawasan lebih intensif terhadap individu-individu yang kucurigai. Aku menyadari tindakanku ini mungkin membawa risiko besar, termasuk kemungkinan aku sendiri bisa menjadi target dari ras alien yang tersembunyi itu.

Dengan hati-hati, aku bertekad untuk mengungkap kebenaran dan melindungi Azaroth dari ancaman yang mengintai, bahkan jika itu berarti menghadapi musuh yang tersembunyi di antara orang-orang yang seharusnya aku percayai.

Aku menyelinap ke dalam istana kerajaan yang ditempati oleh salah satu penguasa tertinggi di Azaroth, Pangeran Galen.

Di tengah kegelapan malam yang menyelimuti Kota Azaroth, aku merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ada sesuatu yang mencurigakan tentang Pangeran Galen yang baru saja kembali dari perjalanan diplomatik ke Republik Frankania.

Mataku tiba-tiba terfokus pada sebuah ruangan tersembunyi yang kutemukan di dalam istana. Di dalamnya, terdapat artefak-arteafk misterius dan buku-buku kuno yang berisi mantra kuat. Tiba-tiba, Pangeran Galen masuk ke dalam ruangan itu. Aku bersembunyi di balik sekat tembus pandang, namun sepertinya upayaku sia-sia.

"Kau tidak seharusnya ada di sini!" teriak Pangeran Galen dengan suara mengancam, sambil mengubah wujudnya menjadi sesosok makhluk bersisik dan mata merah menyala.

Pangeran Galen Azaroth, kakak sepupu dari Pangeran Peter Azaroth yang dikabarkan menghilang setahun silam dan kembali seminggu lalu, pasti tubuhnya telah dicuri oleh Reptilians.

"Dunia ini adalah milik kami sejak proyek portal kuantum dibuat tahun lalu. Kami membutuhkan manusia dari berbagai universe untuk makanan dan objek penelitian kami!" lanjut Pangeran Galen dengan suara menggeram.

Aku terkejut melihat kebenaran di depan mataku. Ras Reptilian telah mengambil alih posisi penting di pemerintahan dan kerajaan untuk mengontrol populasi manusia penyihir dan elf di Azaroth.

Mereka mengendalikan keputusan politik dan sosial untuk kepentingan mereka sendiri, sambil memanfaatkan manusia sebagai sumber energi, sama seperti yang terjadi di Bumi! Mimpi buruk dan pengalaman traumatisku menjadi kenyataan!!!

Dengan hati-hati, aku menyiapkan senjata besi andalanku dan mempersiapkan mantra-mantra sihir untuk mengubah objek menjadi energi fusi. Aku harus menghadapi kekuatan gelap yang telah lama mengintai di dalam bayangan untuk melindungi kedamaian dunia baru ini.

Awalnya, aku mengira akan ada pertarungan besar antara aku dan mahluk mengerikan di depanku ini, tapi ternyata dia malah membiarkanku hidup dan terlihat meremehkanku. Dia mengancam akan melukai orang-orang yang kusayangi jika melawan atau menyebarkan identitas asli Ras Reptilians ke penduduk Azaroth. Aku hanya mengangguk dengan gemetar. Aku merasa tak percaya diri bisa menang melawannya. Aku lari ketakutan...

Aku segera kembali ke menara saat melihat kejadian horor yang mengguncang jiwaku. Saat aku berusaha melupakan itu aku malah bermimpi ayahku sang menteri sihir nantinya tewas akibat infiltrasi bangsa Reptilians yang membunuhnya dan mencuri identitasnya dengan mereplikasi tubuh agar dapat mengendalikan kebijakan di kerajaan. Aku yakin itu bukan sekadar mimpi tapi penglihatan masa depan dan biasanya aku tak bisa mengubah penglihatan masa depan itu.

Sebelum mereka ke Azaroth, dulu di Bumi bangsa Reptilians juga menyamar menjadi manusia dan mencuri identitas berbagai pejabat dan pemimpin dunia yang mereka bunuh untuk mengendalikan politik dan kebijakan di Bumi sebelum mengontrol manusia dan menguasai Bumi. Nereka mempelajari budaya, bahasa, dan pemikiran penduduk yang ingin mereka kontrol.

Aku yakin, banyak bangsawan Kerajaan Azaroth yang asli telah mati sama seperti yang terjadi di Bumi. Infiltrasi alien yang menyamar sebagai berbagai tokoh penting di Bumi ketika banyak politisi hingga presiden yang sudah mati dan posisinya digantikan Ras Reptilians yang menyamar terjadi lagi!

Ras reptilian, mahluk superior dengan tingkat kesadaran kosmik, mampu menyamar menjadi manusia dan meminum darah para bangsawan untuk mengendalikan kebijakan politik kerajaan dengan tujuan menguasai dunia Azaroth.

Aku muak dengan keberadaan kadal-kadal itu, apalagi yang ingin mereka rebut dariku? Mereka sudah mengambil hidupku yang bahagia di kehidupan sebelumnya, kenapa mereka seakan tak puas dan ingin mengusikku di kehidupan kedua? Aku berusaha keras berpikir positif, mungkin saja ini kesempatan yang diberikan oleh tuhan untuk membalaskan dendamku pada mereka.

XXX

BAB 3

Aku duduk sendirian di tengah lapangan luas, matahari senja menerangi wajahku yang penuh semangat. Di sekelilingku, penduduk-penduduk Azaroth berkerumun dengan ekspresi campuran dari rasa heran hingga cemoohan. 

Lalu aku berdiri di hadapan sekelompok penduduk Azaroth yang berkumpul di balai kota. Aku mengenakan baju zirah yang baru dan pedang di pinggang sebagai tanda kalau aku sudah lulus akademi sihir dan menjadi salah satu lulusan terbaik. Namun, aku merasakan tekanan dari tatapan skeptis penduduk desa. Suasana ceria yang mengelilingi penduduk desa kontras dengan beban yang aku rasakan.

Aku harus menyebarkan informasi penting ke semua orang sebelum Azaroth benar-benar dikuasai oleh Ras Reptilians.

Dengan tekad yang membara dalam setiap kata, aku memulai pidato. "Teman-temanlah, yang dicari oleh Sang penyihir, bukan mayat-mayat, gembalaan-gembalaan atau penganut-penganut. Mereka yang menggoreskan nilai-nilai baru di atas tatanan baru. Aku Tesla Brajasenawarman berasal dari dunia lain, tempat yang disebut Bumi. Di sana, aku hidup sebagai manusia biasa sebelum aku bereinkarnasi ke sini," kataku dengan serius.

Berita yang aku bawa justru memicu tawa sinis. Seorang penduduk tidak dapat menahan diri, tertawa terbahak-bahak mengejek pernyataanku. "Haha! Filsuf gila! Kamu bilang kamu berasal dari dunia lain Tesla? Itu terlalu konyol untuk dipercaya!" Penduduk mencibir sambil mengejap-ngejapkan matanya.

Penduduk Azaroth mentertawakan dan mengejekku   karena percaya alien. Di dunia Azaroth yang penuh sihir, teknologi dan keberadaan mahluk ekstraterestrial seperti alien dianggap sebagai mitos.

Beberapa di antara mereka tertawa lepas, menganggap berita yang aku bawa sebagai hiburan semata. Yang lain menggelengkan kepala dengan tatapan sinis, meremehkan percakapan yang dianggap tidak masuk akal.

"Kalian harus percaya padaku!" seruku dengan penuh keyakinan. "Mereka ada di sini, di antara kita! Ras Reptilian dari planet Alpha Draconia. Mereka telah menyusup ke dalam tubuh pemimpin kita, mengendalikan segala keputusan yang dibuat di kerajaan ini  dan akan mengontrol kehidupan masyarakat di kerajaan Azaroth of Dawn. Aku mendapatkan penglihatan masa depan jika bangsa Reptilians akan tiba ke Bumi Midgardcapawipa"

Orang-orang di sekitarku terkekeh, menganggapku sebagai seorang delusional yang terlalu sering mendengar kisah dongeng. 

"Sudahlah, Tesla," kata seorang penduduk dengan santai. "Jangan terlalu banyak membaca cerita-cerita fantasi. Dunia kita dipenuhi dengan sihir dan keajaiban, tapi alien? Itu terlalu jauh."

Aku menatap mereka dengan mata berbinar. "Ini bukan fantasi. Mereka nyata! Mereka telah memanipulasi sejarah dan memperbudak umat manusia selama berabad-abad."

"Sudah cukup, Tesla," ujar seorang wanita dengan lembut. "Kita tahu kau punya imajinasi yang kaya, tapi percayalah, dunia ini jauh dari apa yang kau bayangkan."

Aku menggigit bibirku, mencoba menahan frustrasi. "Kalian harus mendengarkanku. Kita harus bersatu melawan mereka sebelum terlambat!"

Orang-orang di sekitarku menggelengkan kepala, menganggapnya sebagai panggilan keras kepala yang sia-sia.

"Kau lebih baik fokus pada pekerjaan besi dan sihirmu, Tesla," kata seorang tua dengan bijaksana. "Jangan biarkan dirimu terbawa oleh kisah-kisah yang tak masuk akal."

Dengan langkah berat, Aku bangkit memandang penduduk Azaroth yang masih bersikeras dalam ketidaktahuan mereka. "Kalian akan menyesal tidak mendengarkan peringatanku," gumamku pelan sebelum berjalan menjauh.

Saat langit senja mulai memerah, aku meninggalkan kerumunan itu dengan hati yang berat, memikul beban pengetahuan yang hanya dia pahami sendiri.

Penduduk lain ikut serta, menggelengkan kepala dengan senyum sinis. "Bagaimana mungkin kamu datang dari dunia lain? Apakah ini lelucon?" Ujar mereka sambil mengedipkan mata

Aku berusaha menenangkan diriku, meskipun hatiku terasa tertekan. "Aku serius. Di Bumi, kami hidup di zaman yang sangat berbeda. Ras Reptilian telah menghancurkan Bumi, dan aku terlahir kembali di sini dengan tujuan untuk melawan mereka," kataku dengan penuh harapan agar mereka mulai memahami.

Namun, respons mereka tidak berubah. Salah satu penduduk  berkata dengan nada mengejek, "Kau sebaiknya berhenti membuang waktu dengan cerita aneh. Jika kau benar-benar seorang ksatria, tunjukkan kemampuanmu, bukan hanya bualan tentang asal-usulmu."

Mereka tidak mengerti aku, aku bukanlah mulut ke telinga-telinga mereka. Aku merasa seperti para pengkhotbah yang diabaikan oleh umatnya ketika berbicara dengan penduduk Azaroth, padahal aku membawa berita penting yang dapat menyelamatkan mereka dari malapetaka. 

Tidak ada penggembala, dan satu gembalaan. Setiap orangnya menginginkan sesuatu yang sama, setiap orangnya setara: sesiapa yang punya pemikiran yang lain harus dengan ikhlas pergi ke rumah sakit jiwa. Tak ada tempat untuk para penakluk atau jenius. 

Rasa marah mulai membakar diriku, tetapi aku berusaha untuk tetap tenang. Menyadari bahwa kata-kataku tidak akan mengubah pandangan mereka saat itu juga, aku  menarik napas dalam-dalam dan berbalik menuju ruang latihan. aku tahu bahwa bukti nyata akan berbicara lebih keras daripada kata-kata. Dengan tekad yang semakin kuat, aku meninggalkan kerumunan yang kini mulai kembali pada aktivitas mereka, meninggalkannya dalam kesendirian yang penuh determinasi.

Di dalam dunia isekai Azaroth, ada sebuah portal kuantum yang disebut Heavents Gate tersembunyi di dalam hutan terlarang, aku menelitinya bersama beberapa penyihir yang mencoba menyembunyikan identitasnya setelah peristiwa kemunculan Pangeran Galen yang identitasnya dicuri Ras Reptilians.  Aku menggunakan pengetahuanku tentang teknologi alien dan sihir untuk mencari cara menghentikan invasi tersebut tapi portal ini sepertinya tak dapat dihancurkan dengan kekuatan sihir. 

Ras Reptilian mahluk yang tak pernah habis keserakahannya, dengan teknologi canggih mereka dari planet Alpha Draconia,  menciptakan portal ini dan menghubungkannya dengan Kapal Herodah M78. Mereka merencanakan untuk menggunakan portal tersebut sebagai gerbang untuk menaklukkan Azaroth, dunia yang kaya akan sumber daya magis dan kekuatan mistis.

Pada suatu malam gelap yang diterangi oleh bulan purnama, para ksatria dan penyihir kerajaan yang menjaga kerajaan terkejut menemukan bahwa Ras Reptilian telah berhasil membuka portal kuantum dan menuju Azaroth. Pasukan alien berwujud manusia kadal dengan teknologi maju segera menyerbu Azaroth dan melakukan infiltrasi.

Portal ini tidak diketahui oleh sebagian besar penduduk, kecuali oleh beberapa ahli sihir tertentu yang telah meneliti artefak kuno. Baru baru ini aku juga meneliti Heavents Gate namun aku gagal menemukan Cara untuk menghancurkannya agar Ras Reptilians tak lagi memiliki akses ke dunia ini.

Hanya sebagian kecil penyihir yang mengetahui Heavents Gate karena istana kerajaan Azaroth sudah diinfiltrasi oleh Ras Reptilians yang menyamar sebagai bangsawan Azaroth. Kebanyakan penyihir itu bungkam karena Ras Reptilians mengancam akan menyakiti keluarga mereka jika para penyihir itu membocorkan keberadaan mereka ke rakyat Azaroth.

Di suatu sudut terpencil dari Azaroth, terdapat sebuah laboratorium tersembunyi yang dikelola oleh Ras Reptilian. Dinding-dindingnya dipenuhi dengan teknologi canggih dan layar holografik yang memantulkan gambar-gambar dari sel-sel penahanan yang berisi berbagai ras fantasi dan makhluk mitologi.

Di dalam sel-sel tersebut, terlihat berbagai makhluk yang berbeda-beda: seorang peri kecil dengan sayap transparan yang bersinar, seekor naga berkepala tujuh yang tertidur dalam belitan api biru yang melingkupinya, seorang elf dengan kulit berkilauan dan mata tajam yang memancarkan aura kebijaksanaan, dan banyak lagi makhluk ajaib lainnya dari seluruh penjuru Azaroth.

Para Reptilian, mengenakan jubah teknologi tinggi yang memantulkan cahaya ungu, sedang sibuk melakukan observasi dan eksperimen terhadap makhluk-makhluk ini. Mereka menggunakan peralatan medis canggih untuk mengukur energi magis, mengamati perilaku, dan memetakan struktur biologis makhluk-makhluk ini.

Di sudut ruangan, terdapat layar besar yang menunjukkan bagaimana mereka melakukan pengujian dan manipulasi terhadap energi magis makhluk-makhluk tersebut, mencoba memahami dan mengekstraksi kekuatan alamiah yang dimiliki oleh ras-ras fantasi dan makhluk mitologi Azaroth.

Suasana di laboratorium tersebut terasa tegang dan gelap, dengan cahaya ungu yang terpantul dari peralatan teknologi Reptilian yang menciptakan kontras dengan warna-warna alami dan kehidupan yang ada di dalam sel-sel penahanan. Makhluk-makhluk ini, yang sebelumnya hidup bebas di dunia mereka sendiri, sekarang menjadi subyek riset dan eksperimen di tangan para penjajah alien yang tak terlihat.

Tingkat penderitaan dan ketidaknyamanan para tawanan itu dapat terlihat jelas dalam tatapan mereka yang kesakitan dan cara mereka bergerak yang terbatas di dalam sel-sel itu. Mereka, yang dulunya dihormati dan dihormati sebagai penjaga alam dan penjaga Azaroth, sekarang dipaksa untuk berada di bawah kendali dan penelitian invasif Ras Reptilian.

Aku merasakan panggilan untuk melawan invasi ini. Dengan memadukan keahlian sihir dan kecakapan pandai besi, aku memimpin pertahanan rahasia bersama ksatria-ksatria kerajaan dan penyihir-penyihir terkemuka. Namun sayangnya, semua penduduk menggangapku gila dan tak percaya dengan keberadaan Ras Reptilians.

XXX

Di kota kecil yang damai, ketenangan terusik oleh kedatangan sebuah objek asing yang mendarat dengan misterius di tengah lapangan. Warga kota berkumpul, dipenuhi dengan rasa takut dan kebingungan. Terkuaklah rahasia ketika pintu pesawat itu terbuka, mengeluarkan makhluk asing berwujud raksasa yang tak terbayangkan.

Ketika malam tiba, kegelapan diwarnai oleh cahaya sorotan yang membelah langit. Para warga bergumul dengan ketakutan, namun di antara mereka ada seorang anak muda yang menyimpan keberanian yang luar biasa. Dia, dengan tekad yang kuat, memimpin serangkaian upaya untuk melawan invasi alien tersebut.

Sementara itu, di balik layar, terkuaklah konspirasi yang mengarah pada motif sesungguhnya di balik serangan ini. Sang tokoh jahat, yang selama ini bersembunyi di balik kedoknya, mengatur skenario untuk memanfaatkan kekacauan yang disebabkan oleh kedatangan alien demi kepentingan pribadinya.

Dalam pertempuran sengit yang melibatkan sihir, teknologi canggih, dan keberanian sejati, warga kota bersatu melawan ancaman asing yang mengancam keberadaan mereka. Di tengah kekacauan dan kebingungan, persahabatan dan kekuatan batin menjadi senjata terkuat dalam menghadapi serangan alien raksasa yang menggemparkan kota kecil ini.

Bekas putra mahkota Peter Azaroth kini terjerat dalam pelarian setelah terlibat dalam peristiwa yang memicu invasi Ras Reptilians. Dalam upayanya untuk mengusir ras alien ini dari Azaroth, Peter melancarkan sayembara yang menarik perhatian penyihir dan pahlawan dari seluruh kerajaan.

"Siapa pun yang mampu mengalahkan Ras Reptilians dan meraih kemenangan dalam pertempuran ini," seru Peter dengan suara penuh tekad, "akan diberikan gelar ksatria agung dan hak untuk menikahi adik perempuanku, Putri Wendy Azaroth."

Mendengar tawaran ini, para pahlawan dari latar belakang yang beragam berbondong-bondong datang, masing-masing siap menghadapi ancaman yang mengguncang dunia mereka.

Di tengah persaingan sengit ini, Peter Azaroth sendiri bergelut dengan rasa bersalahnya, berusaha keras menebus kesalahan dan mengembalikan kepercayaan serta kedudukannya di kerajaan. Sementara itu, persatuan dan keberanian para pahlawan dan penyihir diuji saat mereka berhadapan dengan kekuatan misterius dan manipulatif dari Ras Reptilians.

Sayembara ini bukan hanya ujian keberanian dan loyalitas, tetapi juga titik balik dalam kisah yang menentukan nasib Azaroth dan seluruh dunia isekai tempat mereka hidup.

Dulu, Peter Azaroth dan adiknya, Wendy Azaroth adalah seorang anak yang nakal, malas, dan manja. Sebagai putra mahkota yang akan mewarisi tahta Azaroth of Dawn dari ayahnya, ia sering kali mengabaikan tanggung jawabnya. Namun, segalanya berubah dengan cepat ketika ayahnya tewas secara tragis oleh tangan Hook dan Smee, orang-orang kepercayaan ayahnya sendiri. Mereka telah berkhianat, bergabung dengan Ras Reptilians yang ingin menginvasi Azaroth.

Setelah kematian ayahnya, Peter Azaroth  menjadi buronan di tanah Azaroth yang dulu ia anggap sebagai rumahnya sendiri. Dia harus melarikan diri dari pengejaran yang tak henti-hentinya oleh pasukan Hook dan Smee yang sekarang bersekutu dengan Ras Reptilians. Peter merasa tertekan dan terasing, tidak hanya karena kehilangan ayahnya, tetapi juga karena kepercayaan yang telah dia curahkan kepada orang-orang yang ternyata tidak setia.

Setelah James dan Smee membunuh raja dan ratu, berkhianat ke ras Reptilians, Ras Reptilians mencuri identitas raja dan ratu yang asli mereka juga menciptakan kloning pangeran Peter Azaroth. Mereka lalu menyebarkan berita jika Pangeran Peter Azaroth yang asli adalah penipu yang harus dihukum mati, begitupun penduduk desa yang melindungi Pangeran Peter dari Ras Reptilians.

Entah penduduk Azaroth memang bodoh atau hanya sangat polos mereka percaya begitu saja dengan propaganda yang dikoarkan oleh Ras Reptilians meskipun mereka orang asing yang mempelajari budaya dan cara berpikir penduduk asli yang akan mereka taklukan, Pangeran Peter Azaroth yang asli, yang saat itu mengadakan sayembara untuk membebaskan kerajaan Azaroth dari Kudeta yang dilakukan oleh James dan Smee kini diburu oleh penduduk Azaroth sendiri yang terlalu terbuka dan percaya dengan orang asing hanya karena memberikan mereka berbagai fasilitas.

Ras Reptilians adalah mahluk yang paling munafik di alam semesta. Setelah keberadaan ras reptilian terbukti nyata saat mereka berusaha mengejar pangeran Peter dan putri Wendy dengan Pesawat Herodah M78, mereka tiba tiba langsung menunjukkan diri di depan masyarakat agar tak menunjukkan kecurigaan jika para bangsawan Azaroth sudah diinfiltrasi, mereka mengklaim akan membantu Bumi Midgardcapawipa khususnya kerajaan Azaroth mengejar ketertinggalan teknologi dibandingkan mereka, karena orang orang di Azaroth sangatlah ramah dan baik hati mereka yang merupakan orang asing bisa mendapatkan tempat di hati penduduk Azaroth.  Kini aku malah menjadi buronan dan dengan sangat tidak masuk akal menjadi buronan kerajaan.

Mereka membantu Azaroth mengembangkan ilmu kedokteran, membuat taman bermain, kolam air panas hingga menara luar angkasa. 

Aku memutuskan untuk mengikuti sayembara bukan semata untuk mendapatkan gelar ksatria agung atau bahkan untuk menikahi Putri Wendy.Karena aku sudah mencintai Elara gadis Elf yang merupakan cinta pertamaku.

Motivasi utamaku adalah untuk membalaskan dendam atas kehancuran yang kualami bersama keluargaku di kehidupan sebelumnya, yang disebabkan oleh invasi Ras Reptilian.

Bersama dengan Pangeran Peter Azaroth dan Putri Wendy Azaroth Kami akan memulai petualangan berbahaya. Mereka tidak hanya berusaha untuk melarikan diri dari kejaran Ras Reptilian yang telah menginvasi Azaroth, tetapi juga mengumpulkan kekuatan dan sekutu untuk menghadapi ancaman tersebut.

XXX

Di dalam ruang kontrol, sekelompok Reptilians dengan tubuh bersisik dan mata kuning yang tajam sedang sibuk memantau layar-layar holografis yang menampilkan planet di depan mereka. Salah satu dari mereka, Kapten Zarkon, seorang reptilian bertubuh besar yang penuh radiasi, dengan mantel yang memancarkan aura kekuasaan, mengeluarkan perintah dengan suara yang menggelegar.

"Siapkan gas mutasi," ujarnya kepada bawahannya yang lain. "Kita akan melumpuhkan pertahanan mereka sebelum invasi utama."

Bawahannya segera mengetik beberapa perintah di konsol kontrol, mengarahkan mesin-mesin di dalam kapal untuk mempersiapkan muatan gas mutasi yang sangat kuat. Di luar, sebarisan tabung-tubung besar berisi cairan biru muda terhubung dengan sistem pelepasan kapal

Sementara itu, di permukaan planet yang damai, seorang penjaga malam yang bertugas menjaga kuda Pegasus di padang rumput terbuka merasakan ada yang tidak beres. Dia menggigit bibirnya, menatap langit yang gelap dengan waspada. Tiba-tiba, cahaya biru menyilaukan memenuhi langit saat gas mutasi ditembakkan dari kapal Reptilians di atas.

"Kuda Pegasus!" seru penjaga dengan terkejut. Dia melihat makhluk indah berbadan kuda dengan sayap besar yang menjulang di atasnya, mendekati kuda Pegasus yang berwarna putih bersih dan berkilauan.

Kuda Pegasus meringkik takut, terbangun oleh kehadiran gas aneh yang menyelimuti padang rumput di sekelilingnya. Perlahan-lahan, energi biru dari gas itu mulai menyebar dan meresap ke dalam tubuh Pegasus, menyebabkan sayapnya yang indah berkedip-kedip.

Penasaran dengan apa yang terjadi, penjaga berlari mendekati kuda Pegasus, tetapi terlambat. Seketika, tubuh Pegasus mulai berubah dan bergetar. Saya dilihat tanduk hijau telah tumbuh di kepalanya, serta ekor panjang bersisik di bagian belakang tubuhnya.

Panas membakar kulitku saat ledakan besar mengguncang tanah di sekeliling kami. Rasa sakit dan terkejut merasuk ke dalam setiap serabut sarafku, tapi aku tak punya waktu untuk merenung. Pesawat-pesawat alien itu, mengerikan dan tak terbayangkan, terus menembakkan laser dari langit. Aku tahu bahwa tanpa perlindungan, aku tak akan bertahan lama. 

Saat aku berdiri di tengah reruntuhan desa, Suara gemuruh dari langit memecah keheningan, cahaya ungu  mencolok di antara awan kelam. Di depanku, sosok itu muncul—kadal alien yang menakutkan, dengan kulit bersisik dan mata berkilau merah membara.

“Matilah kau manusia! Kau sudah mengetahui kami mencuri identitas Pangeran Galen!” teriaknya, suaranya menyerupai gesekan logam. "Kapten Zarkon tak akan membiarkanmu hidup karena menyebarkan identitas kami ke penduduk desa!" Aku menggenggam pedang sihirku erat, merasakan energi fusi nuklir mengalir dari bilahnya. Ini bukan hanya senjata; ini adalah harapanku.

Dengan gerakan cepat, ia melesat ke arahku, dan aku menyambutnya dengan ayunan pedang. Kilatan cahaya memancar saat senjata kami bertemu, energi magis menghantam tubuhnya. Namun, ia seolah tak terpengaruh. Dengan cekatan, ia melancarkan serangan balik, mencakar udara di depanku.

Kebangkitan semangat membara dalam diriku. Aku melompat, menghindari cakar tajamnya, lalu memusatkan semua kekuatan pada pedangku. "Aku tidak akan menyerah!" teriakku, menyalurkan kekuatan sihir ke dalam seranganku.

Pedangku bersinar terang saat aku mengayunkannya dengan segenap tenaga, menghantam tubuh kadal itu. Suara berderak bergema saat bilah sihir menembus sisiknya. Kadal itu terhuyung, namun tatapannya masih menakutkan. Ia tidak mau kalah.

“Ini belum berakhir, manusia!” ucapnya sambil memperlihatkan taring mengerikan dari mulutnya. Aku merasakan sesuatu meluncur ke arahku, terpaksa menghindar. Tetapi, sebagian gigitan itu berhasil mengenai kulitku, membuatku terjatuh.

Rasa panas menjalar di seluruh tubuhku, seolah ada sesuatu yang merayap di dalam. Kadal itu melangkah mendekat, senyumnya menyeringai. "Virus ini akan mengubahmu menjadi salah satu dari kami."

Aku berjuang melawan rasa pusing, memusatkan pikiranku. Jika aku menyerah, semua ini akan sia-sia. Dengan satu gerakan, aku bangkit kembali. Dalam dadaku membara keyakinan, aku melawan efek virus itu dengan energi dari pedangku.

“Aku akan menjadi lebih kuat!” teriakku, mengangkat pedang ke langit. Dalam sekejap, cahaya putih membungkusku, mendorong virus itu menjauh.

Kadal itu terkejut, namun segera mengubah strateginya. Ia menyerang dengan lebih ganas. Kami bertarung dalam kecepatan tinggi, pertarungan ini adalah tarian antara cahaya dan kegelapan. Dengan serangan terakhir yang menghujam, aku berhasil menusuk jantungnya. Sosoknya runtuh, terkulai di tanah.

Kemenangan ini membawa rasa lega, tetapi saat pandanganku mulai memburam, aku tahu—perubahan telah terjadi. Virus itu kini mengalir dalam darahku, mengikatku dengan kekuatan baru. Perubahan ini sangatlah menyakitkan tentakel aneh muncul dipunggunggku dan warna mataku berubah menjadi hijau. 

Suara kematian perlahan menjadi angin, matahari sama sekali tak lihat bermakna di mataku, air hujan terasa seperti alkohol bagiku. Bagaikan bayangan tembus pandang yang merasuki kehidupan. Meski rasa tidak aman selalu menghantuiku aku selalu bertanya tanya,

Apakah aku tak dapat lagi menganggap diriku  sama dengan diriku yang dulu?

Perlahan, aku merasakan kekuatan yang belum pernah ku miliki sebelumnya, kemampuan yang membuatku lebih mirip kadal. Aku Berubah menjadi sosok yang paling aku benci, namun aku tak dapat berbuat apa apa bahkan setelah aku meronta ronta di tanah. Meski Virus itu menjangkiti ku setidaknya Ras Reptilians tak berhasil mengambil alih tubuhku dan mencuri identitasku. Karena infeksi ini tubuhku melemah dan aku berusaha mundur dari pertempuran.

Namun, di tengah kekacauan itu, sosok elf yang anggun muncul dengan cepat. Elara, dengan mata biru yang penuh tekad, melompat ke arahku. Dengan gerakan gesit, dia mengangkat tangan, menciptakan perisai magis yang menyerap tembakan-tembakan laser yang membabi buta. Di sekelilingnya, pancaran magis berkilauan seperti pelindung bercahaya, memantulkan setiap ancaman dari langit.

"Jangan bergerak!" teriaknya di tengah desingan senjata dan ledakan. Aku hanya bisa menatap dengan kekaguman saat Elara berjuang, setiap gerakan seolah menari dengan kesempurnaan. Dia berdiri di depanku seperti tembok yang tak tergoyahkan, melindungiku dari segala bahaya. Tapi aku tahu, kekuatan ini tidak bisa bertahan selamanya.

Saat serangan semakin intens, tubuhnya mulai bergetar hebat. Aku bisa melihat kelelahan yang menggerogoti energinya, namun dia tetap bertahan dengan sekuat tenaga. Akhirnya, dalam satu ledakan besar, perisai magisnya hancur dan tembakan laser yang mematikan mengenai tubuhnya dengan keras. Elara jatuh, tubuhnya terkulai di tanah, menghembuskan napas terakhirnya dengan tenang.

Kekacauan perlahan mereda ketika pesawat-pesawat alien mundur. Aku melangkah maju, berlari ke arah tubuhnya yang tak bergerak. Saat aku mendekatinya, aku melihat sesuatu yang mengerikan—bentuknya mulai memudar, dan dari sisa-sisa tubuhnya yang semakin memudar, sebuah kristal yang memancarkan cahaya lembut muncul. 

"Ingat pesan terakhirku Tesla, Apa yang megah dalam diri manusia bahwa ia adalah jembatan bukan tujuan; apa yang patut dicintai dalam diri manusia bahwa ia adalah perjalanan naik-keatas dan turun- kebawah dan menjadi lebih sempurna." Elara berubah menjadi sebuah kristal ajaib saat kata kata terakhirnya selesai. Kristal itu bersinar dengan warna-warna yang lembut dan cerah, seolah menyimpan seluruh jiwa Elara di dalamnya.

Aku meraih kristal itu dengan tangan bergetar, merasakan berat emosional yang tak tertanggungkan. Rasa kehilangan yang mendalam menyelimuti hatiku. "Elara..." bisikku, berusaha menahan air mata yang tak bisa kuhentikan.

Perlahan, aku mengangkat kristal itu ke cahaya matahari yang mulai terbenam, merenung dalam-dalam. Tidak mungkin aku akan membiarkan dia begitu saja. Kristal ini adalah satu-satunya jejak dari seseorang yang telah menyelamatkanku, dan aku bertekad untuk menemukan cara agar dia bisa hidup kembali. Aku harus memulai petualangan ini—menjelajahi dunia yang belum kukenal, mencari tahu rahasia di balik kristal ini dan cara mengembalikan Elara dari kematian.

Dengan hati yang penuh tekad, aku mengembalikan kristal ke dalam tasku dan melangkah ke arah horizon, di mana petualangan dan harapan baru menantiku. Aku tidak tahu apa yang akan kuhadapi di depan, tetapi aku tahu bahwa setiap langkah yang kuambil adalah untuk menyelamatkan sahabatku, Elara, dan membalas budi atas pengorbanannya yang tak ternilai.

XXX

Namaku adalah Tesla Sancaka. Meski orang orang di kehidupan sebelumnya melihatku sebagai anak jenius, sebagai sosok sempurna. Itu semua hanyalah topeng yang aku buat untuk menutupi luka batinku.

Semua isi tulisan ini adalah buku  harian  dan catatan perjalananku, pengetahuan dan pengalaman baru yang kudapat di dunia ini. aku minta maaf jika kalian menganggap ini agak berantakan. Aku tidak berencana menulis ini untuk menghibur  orang lain, aku menulis ini untuk kesenanganku sendiri.

Aku tak ingin berlebihan, tapi bisa dibilang aku memiliki masa kecil yang kelam. Alih-alih menikmati keceriaan masa anak-anak, kedua orangtuaku membuatku harus menyembah arwah kakak laki-lakiku yang tewas saat bermain kereta salju ketika kami berlibur ke Eropa. Keluarga bahagia yang selama ini menghiasi masa kecilku, terasa seperti mimpi yang terlalu indah untuk menjadi kenyataan, tiba tiba hilang selamanya, aku tak paham kenapa aku mulai dibenci dan dituduh oleh kedua orangtuaku sebagai penyebab kematian kakak lakilakiku. Tuduhan ini terus terbayang di benakku, membentuk alam bawah sadarku menjadi luka yang bahkan belum sembuh sampai saat ini.

Aku belajar sangat keras hanya untuk mendapatkan pengakuan dari kedua orangtuaku yang selalu meratapi kematian kakak laki lakiku itu. Aku bingung kenapa kedua orangtuaku memberikan lebih banyak kasih sayang pada orang yang sudah tak ada, dibandingkan diriku yang saat itu masih hidup. Kedua orangtuaku hanya mau memberiku kasih sayang dan merasa bangga hanya didepan banyak orang ketika aku meraih banyak prestasi di bidang sains, keesokan harinya mereka kembali menatapku dengan tatapan sinis dan penuh kebencian.

Aku adalah seorang anak penyendiri yang suka berbohong pada teman-temanku, mengatakan bahwa aku adalah anak yang memiliki kekuatan sihir untuk mencari perhatian, karena tak ada siapapun yang mau bermain denganku. Aku memiliki cita-cita sebagai seorang penyihir, pahlawan super, dan tokoh utama dalam cerita.

Di rumahku, aku menyimpan berbagai buku tentang cerita mitologi, seperti Epik Iliad dan Mahabharata. Aku juga mengoleksi buku-buku cerita fantasi, seperti Harry Potter, Lord of the Rings, serta komik manga shonen dan komik-komik isu superhero.

Kedua orangtuaku tak mau membiayai hidupku sejak aku berusia 10 tahun, bahkan mereka mengambil semua uang yang kudapat setelah memenangkan olimpiade sains, jadi aku bekerja sebagai seorang staf di toko kelontong untuk membiayai hidupku sendiri. 

Setelah meminum obat tidur karena tak diizinkan tidur di dalam minimarket oleh pemiliknya, aku pernah hampir mati karena kedinginan akibat cuaca musim dingin yang ekstrem, itu adalah masa paling gelap dalam hidupku.

Alasan aku mencintai Elara karena dia mau menerimaku apa adanya, sesuatu yang bahkan tak bisa kudapat dari kedua orangtuaku di kehidupan sebelumnya. setelah bereinkarnasi aku terlahir dengan kekuatan sihir yang lemah tapi dia tetap tak menggangapku sebagai sampah. Dia bahkan percaya padaku jika Ras Reptilians mulai berusaha menginfiltrasi Kerajaan Azaroth ketika penduduk lain mentertawakanku, dia adalah gadis yang sangat suci.

Setiap hari aku pergi ke kuil Dewi Hekate dan Nyx yang sangat dihormati oleh penduduk Azaroth, Dewi Sihir yang juga disembah bangsa Yunani Kuno. Aku sebenarnya tak mau menyembah dewa dewi, aku bahkan tak percaya jika mereka maha kuasa, tapi aku sudah kehilangan akal dan putus asa sejak Elara tewas, kuharap kedua Dewi itu bisa memberikanku petunjuk tentang kekuatan sihir yang bisa membangkitkan Elara kembali. 

Hekate dan Nyx adalah dua dewi yang memiliki hubungan erat, meskipun memiliki peran yang berbeda. Hekate merupakan dewi sihir, perdukunan, dan persimpangan jalan, sementara Nyx adalah dewi malam. Kedua dewi ini memiliki makna dan simbolisme yang unik dalam mitologi Yunani. Hekate adalah anak dari seorang Titan dan seorang nimfa, keduanya terkait dengan bintang dan cahaya langit. Dari mereka, dia mewarisi kekuatan atas langit, bumi, dan laut, serta dihormati sebagai pelindung yang membawa kemakmuran dan keberuntungan. Selain itu, Hekate juga dikenal sebagai penyihir ulung yang menguasai rahasia ramuan, tanaman obat, dan mantra.

Dalam tradisi Yunani kuno, Hekate sangat dihormati sebagai pelindung dunia sihir dan perdukunan. Ia mengajarkan seni sihir kepada Medea, yang membantu pahlawan Jason dalam pencarian Bulu Emas. Hekate juga berperan penting dalam membantu Demeter mencari putrinya, Persephone, yang diculik oleh Hades, dewa dunia bawah. Hekate memiliki kemampuan untuk melihat dunia atas dan bawah, serta berkomunikasi dengan jiwa orang mati.

Hekate sering digambarkan sebagai seorang wanita yang memegang dua obor atau kunci, simbol dari kemampuannya untuk menerangi kegelapan dan mengungkap misteri kehidupan. Terkadang, ia juga digambarkan dengan tiga kepala atau tubuh, yang menunjukkan penguasaannya atas tiga dunia. Dia juga sering terlihat bersama anjing, ular, dan makhluk lain yang aktif pada malam hari.

Hekate disembah di persimpangan jalan, di mana orang-orang meninggalkan persembahan untuk mendapatkan perlindungan dan petunjuk. Dia juga dipanggil dalam berbagai mantra dan ritual untuk memperoleh pengetahuan, kekuatan, atau balas dendam. Sebagai dewi, Hekate memiliki sisi baik dan buruk, tergantung pada cara dia dihormati. Ia adalah kekuatan yang harus dihargai dan dihormati, sekaligus ditakuti.

Nyx adalah salah satu dewi tertua dan paling primitif dalam mitologi Yunani. Dia lahir dari Chaos, ketiadaan primitif yang ada sebelum penciptaan. Dia adalah perwujudan malam, kekuatan gelap dan misterius yang menyelimuti dunia setiap hari.

Nyx begitu kuat sampai-sampai Zeus, raja para dewa, takut padanya. Dia tinggal di istana gelap di Tartarus, bagian terdalam dunia bawah, di mana dia melahirkan banyak anak yang mewakili berbagai aspek kegelapan dan penderitaan. Beberapa anaknya adalah Tidur (Hypnos), Kematian (Thanatos), Pembalasan (Nemesis), Permusuhan (Eris), dan Takdir (Moirai).

Nyx jarang terlihat oleh manusia atau para dewa, karena dia terbang di langit dengan keretanya setiap malam, menyebari selubung kegelapan di seluruh dunia. Dia hanya kadang-kadang terlibat dalam urusan dewa lain, biasanya untuk melindungi anaknya atau menyelesaikan perselisihan. Misalnya, dia melindungi anaknya, Tidur, dari kemarahan Hera ketika dia membantu Zeus tertidur selama Perang Troya.

Seperti yang bisa kalian lihat, Hekate dan Nyx adalah dua dewi yang menarik yang memiliki banyak kesamaan tetapi juga memiliki karakteristik unik masing-masing. Mereka berdua berhubungan dengan kegelapan dan misteri, tetapi juga memiliki peran dan fungsi yang berbeda. Hekate lebih aktif dan terlibat dalam sihir dan perdukunan, sementara Nyx lebih pasif dan menjaga jarak dalam perannya sebagai malam. Mereka berdua dikenal dalam mitologi Yunani, tetapi juga terbungkus dalam misteri dan kerahasiaan.

Selain memuja Hekate dan Nyx aku entah mengapa menjadi terobsesi dengan Dewi yang melambangkan kegelapan dan kematian sejak Kematian Elara.

Seorang wanita berkulit hitam dan berwajah mengerikan; berlumuran darah dan berkalungkan tengkorak ular dileher atau dikaki serta lidah menjulur. Dewi Kali merupakan sosok yang melambangkan kemarahan wanita dan juga aspek suci pemusnahan dosa. Sosok Dewi Kali adalah Ibu Pelindung Alam Semesta, pelindung dari Malapetaka dan penghancur Kejahatan. Dewi Kali merupakan lambang kematian.

Berkalung tengkorak sebagai lambang kematian. Wajahnya mengerikan simbol bahwa kematian ditakuti manusia. Lidahnya menjulur keluar sebagai simbol bahwa tidak ada hari tanpa kematian, kematian selalu lapar, setiap orang akan ditelan maut.

Bertugas melebur segala makhluk yang sudah tak layak hidup di dunia.

Dewi Kali dikatakan dapat menghancurkan malapetaka dan roh jahat dan iblis jahat lainnya. Menyebutkan nama Dewi Kali tidak boleh secara sembarangan dikarenakan amarah Dewi Kali bisa sangat terasa apabila Beliau tidak dihormati.

Sejak aku menjadi pengembara  bertopeng yang menjadi pengelana tanpa tujuan akibat Ras Reptilians yang menguasai Azaroth. Aku yang takut pada kematian dan trauma ditinggalkan orang yang kusayangi lebih dari sekali menjadi Pemuja Batari Kali yang paling taat untuk mendoakan Kedua orangtuaku, kakak laki laki dan Elara  di alam kematian,setiap Pagi aku tak pernah Lupa menyanyikan lagu lagu untuk memuji Batari Kali dalam perjalannya di hutan.

Aku melakukan semua itu bukan karena percaya pada dewa dewi tapi karena aku ingin meredakan stres. Namun, aku lupa di dunia baru ini setelah reinkarnasi dewa Dewi adalah sosok yang nyata, berbeda dengan dunia sebelumnya dimana dewa Dewi hanyalah mitos.

Karena tersentuh dengan pengabdianku, Batari Kali menampakan diri ke hadapanku dengan wujud wanita cantik dengan pakaian serba hitam dan memberikan ku   mantra sihir yang membuatku menjadi penyihir terkuat di Azaroth yang mampu menentukan waktu kematianku sendiri. Kontrak yang membuatku menyesal seumur hidup di kemudian hari. 

Karena sudah membunuh banyak manusia dengan kekuatan sihir, tiba tiba aku didatangi seorang Wanita misterius dengan pakaian serba Gelap bernama Kelabang Wilis yang mengaku sebagai jelmaan Batari Kali.

Aku sudah berkali kali merapalkan sihir fusi nuklir tapi seakan semua itu tak berdampak sama sekali terhadap wanita misterius bertaring di didepanku ,wanita itu tak merapalkan sihir apapun melainkan hanya memainkan gada tapi aku tak bisa menggoreskan luka sedikitpun di tubuhnya, aku  langsung lari tunggang langgang karena menyadari jika yang dia hadapi bukan wanita biasa.

Aku berpikir Batari Kali berniat menagih nyawaku karena melanggar sumpahnya untuk tidak membunuh,padahal sumpah itulah yang membuat ku semakin kuat dengan kekuatan sihir yang dia berikan.

Aku yang  terlibat Kontrak untuk tidak membunuh siapapun di sisa hidupku karena  merasakan jika kehilangan nyawa manusia sangat berharga malah membunuh banyak orang yang menghalangi jalanku.

Selain menghukumku karena melanggar sumpahku untuk tidak membunuh,Batari Kali berusaha membuktikan jika penyihir legendaris sepertku juga memiliki rasa takut pada kematian terutama setelah melihat Elara mengenaskan di depan mataku.

Aku memohon pada Dewi Kali agar menghilangkan mimpi burukku karena telah membunuh seorang manusia. Membunuh manusia tetaplah beban bagiku meski setelah puluhan tahun

Aku selalu bermimpi buruk seakan trauma  yang berusaha aku lupakan kembali lagi, aku  menyesal karena terlalu sembrono dan kalap balas dendam atas kematian Elara.

Namun, sepertinya semua sudah terlambat apapun yang bernyawa dikutuk dengan kematian,Kematian mengincar siapapun tua muda maupun laki-laki atau perempuan dan tak bisa diduga dan tak bisa dihindari termasuk  penyihir sakti legendaris sepertiku, seorang anak muda yang masa depannya cerah dan masih panjang bisa saja dibuat mati tanpa permisi, sosok mengerikan yang datang tanpa diduga duga tanpa bisa dilawan.

Batari Kali adalah malaikat maut yang hanya menjalankan tugasnya untuk mencabut nyawa, aku  sebagai penyihir muda yang baru mempelajari kebijaksanaan dengan sesumbar bersumpah tak akan mati mengenaskan seperti Elara maupun kedua orangtuaku,  seakan akan aku bisa terhindarkan dari kematian, karena itu Batari Kali mengincarku. Sesakti apapun kalau masih bernyawa penyihir tak akan bisa melarikan diri dari Dewi kematian,tapi tujuan Batari Kali mendatangiku  adalah membuktikan jika perkataanku salah,meski Penyihir  tetap takut pada kematian agar aku tidak sombong dan menyia nyiakan hidupku. Batari Kali juga berkali kali menggunakan ilusi untuk menunjukan kembali adegan dimana Elara dan kedua orangtuaku tewas mengenaskan ditangan Ras Reptilians.

Aku menatapnya dengan ragu, matanya penuh kebingungan. "Apa maksudmu?" tanyanya pelan.e

Aku menghela napas panjang, suaranya terdengar tenang namun penuh makna. "Tesla, sebenarnya aku menampakkan diriku bukan untuk menghukummu karena kecerobohanmu, bukan juga untuk membuatmu takut pada kematian. Hidup manusia memang sementara, tapi itu bukan alasan untuk pasrah begitu saja. Justru karena kehidupan itu terbatas, seharusnya manusia berusaha memberikan yang terbaik dalam hidup yang berharga ini."

Tesla mematung, sejenak mencoba mencerna kata-kata itu. Batari kali melanjutkan, suaranya kini lebih lembut. "Aku ada di setiap wanita, termasuk sahabatmu Elara karena setiap wanita memiliki kekuatan yang tidak dimiliki pria. Kekuatan itu jauh lebih dalam dari yang kamu bayangkan."

Tesla semakin bingung, "Kekuatan apa?"

Batari kali tersenyum samar, seolah tahu kebingungannya. "Apakah dewa itu ada?apakah alam semesta itu ada?Sesungguhnya alam semesta itu kosong dan tiada tapi adanya  kekosongan dan ketiadaan itulah yang membuat alam semesta menjadi ada, Bagaimana mungkin kekosongan melahirkan amarah kesedihan dan dendam? saya tak menyangkal keberadaan para dewa tapi yang bisa membebaskanmu dari penderitaan dan siklus  adalah dirimu sendiri bukan orang lain, kamu harus fokus pada dirimu sendiri karena kau tak bisa bergantung pada para dewa yang tak memiliki kekuatan untuk campur tangan dalam takdir dan karma mu sendirian."

"Yamaloka, siksaan abadi, itu bukan milik para dewa atau makhluk terbatas seperti mereka. Itu adalah kehendak alam semesta. Itu hanya ada untuk menakuti manusia, agar manusia bisa menjalani hidup sebaik-baiknya."

Aku menunduk, merasa ada sesuatu yang begitu dalam dalam kata-kata itu, meski aku tak terlalu memahaminya. Sejenak, aku terdiam, mencoba memahami.

XXX

Sekalipun aku tetap menderita setelah terlahir kembali, cahaya Elara akan selalu menghiasi jiwa abadiku. Hari esok akan berlalu perlahan lahan, sekalipun kita mengejarnya semuanya akan pudar menjadi masa lalu. Meskipun begitu, selama berabad abad bunga yang indah akan mekar dan menemanimu.

Dalam perjalanan epik ini, aku  harus menghadapi tantangan yang mematikan, mulai dari serangan pasukan alien yang tak terhitung jumlahnya hingga jebakan dan intrik dari agen Ras Reptilian yang menyamar di antara penduduk Azaroth saat aku dan rombonganku melarikan diri dari Azaroth. Aku mengejar petunjuk dari artefak kuno dan buku-buku legenda tersembunyi untuk menemukan cara mengembalikan Elara yang berubah menjadi batu permata ke bentuk semula.

Kerajaan Azaroth of Dawn, negeri kelahiranku di kehidupan kedua hanyalah negara kecil dibandingkan negara negara terkuat di Bumi Midgardcapadawipa. Pola yang dilakukan bangsa Reptilians selalu sama, saat mereka akan menguasai dunia baru atau planet baru mereka akan melakukan infiltrasi dan menguasai negara yang paling lemah dulu lalu mereka akan mengumpul informasi untuk menaklukkan negara yang lebih kuat satu persatu.

Kerajaan Azaroth adalah negeri yang sangat kecil dan terpencil bagian luarnya dipenuhi hutan belantara yang sangat mematikan, selama seratus tahun hampir tak ada orang yang keluar dari kerajaan atau sebaliknya orang asing masuk kesini, selain bangsawan jika kebutuhannya mendesak untuk hubungan diplomatik.

Dunia ini hampir mendekati tingkat peradaban zaman modern, tapi mereka memutuskan hidup primitif agar selaras dengan alam.

Bisa dibilang meskipun Azaroth adalah Kerajaan manusia tapi mereka berada di wilayah dunia para Elf yang disebut Elfheim atau Alfhaim. Elf di Alfhaim adalah ras yang sangat misterius dan memiliki kekuatan sihir. Mereka tidak pernah jelas memihak kepada siapa, terkadang netral, terkadang membantu para dewa, membantu manusia, tapi terkadang juga bisa jadi sangat jahat dan mengancam. Elf ini adalah salah satu ras yang paling sering disebut dalam mitologi Germanic dan Anglo Saxon. 

Keadaan terasing ini diperparah saat Ras Reptilians menaklukkan Azaroth dengan melakukan infiltrasi dan menyamar menjadi bangsawan, mereka menutup kontak Azaroth dengan dunia luar, kondisi Azaroth mungkin mirip dengan Korea Utara di bumi sejak Ras Reptilians berkuasa.

Negara-negara di Bumi Midgardcapawipa adalah imperium kolonial yang haus kekuasaan. Peradaban di Bumi Fajar atau Midgardcadawipa didominasi oleh sejumlah faksi tertentu, beberapa di antaranya melawan yang lain.  Aku rasa akan sulit bagiku sebagai pengkhotbah untuk menyatukan mereka agar bisa mengusir Ras Reptilians dan Heavents Gate dari dunia ini. Dulunya aku bahkan tak mampu menyakinkan orang orang Azaroth jika Ras Reptilians adalah ancaman yang nyata.

Peradaban Bumi Fajar sangat identik dengan bumi yang kutinggali di kehidupan sebelumnya, banyak mitologi yang ada di bumi juga ada di dunia ini, namun sepertinya Bumi Fajar memiliki sejarah yang berbeda dengan bumi di kehidupanku sebelumnya.

Bahkan Bumi fajar memiliki peta yang identik dengan duniaku di kehidupan sebelumnya. Sepertinya kerajaan Azaroth adalah kepulauan Hawaii di duniaku sebelumnya

Kerajaan Azaroth of Dawn adalah negeri yang makmur dipimpin oleh raja yang adil dan bijaksana sebelum kedatangan Ras Reptilians, tapi suasana damai itu berbeda dengan Imperium kolonial Republik Frankania. negeri dimana kami mengungsi dari Ras Reptilians yang telah menguasai Kerajaan Azaroth.

Frankania menguasai 100 persen wilayah benua Amerika, dari Utara sampai selatan.

Bumi Fajar yang dikuasai oleh negara super bernama Republik Frankania dan sekutu-sekutunya dimulai dengan Letusan Gunung Tartarus, puluhan ribu tahun sebelum Masehi hingga Zaman Pertengahan Akhir dan mulai berkembang di Era Peradaban Sunda kuno yang memiliki kekuatan spiritual tinggi ditandai dengan adannya situs gunung Padang Piramida tertua di Era Megalitikum dan menyebarkan kekuatan sihir ke seluruh dunia.

Elfen lies Frankania adalah negeri yang dipenuhi oleh nyanyian peri.

Coba lihat ke Langit Republik Frankania! Ada banyak objek terbang! Mungkinkah itu burung? Bukan! itu bahkan bukan pesawat. Langitnya penuh dengan manusia terbang, tiupan anginnya juga sangat kencang karena banyak orang yang dapat berlari secepat suara. Dunia ini penuh dengan manusia setengah dewa  yang jauh lebih kuat daripada penyihir di Azaroth, sebaiknya jaga jarak karena hampir ada kericuhan di semua tempat.

Aku awalnya tak percaya dengan keberadaan dunia fantasi yang penuh keajaiban. Di Midgardcapadawipa seorang pejuang sejati akan selalu berhadapan dengan monster menakutkan, mahluk mahluk eksotis dan dewa Dewi kegelapan Perusak.

Pintu Raksasa yang terletak di Istana negara Republik Frankania menampilkan beberapa simbol yang mewakili mitologi utama, yang merupakan rumah bagi dewa-dewi dengan peradaban paling berpengaruh di dunia. Pintu tersebut berbentuk jarum kompas yang menunjukkan arah pada 5 simbol penjuru mata angin. 

Lingkaran hitam-putih Yin dan Yang, melambangkan Mitologi Tiongkok. Piramida, mewakili Mitologi Mesir. Gambar Pohon Emas, menggambarkan Yggdrasil dalam mitologi Nordik.
Gambar Petir Zeus, sebagai simbol Mitologi Yunani-Simbol Gunungan Wayang Kulit, mewakili Dewa-Dewi Epik Nusantaradwipa.

Midgardcapadawipa adalah dunia di mana ras manusia, iblis, dan Dewa-Dewi hidup berdampingan dengan makhluk ras lain dari berbagai Mitologi. Di belahan dunia ini tersimpan harta karun dan bahaya yang besar.

Midgardcapadawipa atau Bumi Fajar adalah Dunia Fantasi rumah bagi mahluk mitos Seperti Centaur,Chimera, Griffin,Dragon Werewolf,  Vampir, Orc, Goblin ,Peri Murni, Peri Cahaya, Peri Bulan, Elf Kegelapan Serta Peri hitam dan iblis setengah Dewa. Dunia ini dikuasai oleh empat negara besar yang melambangkan empat elemen Dewa:

Dinasti Liong: Negeri Dewa Air.  Republik Frankania: Negeri Dewa Angin. Kadipaten Agung Azazelian: Argentine Reich, Negeri Dewa Iblis Api. Kekaisaran Slavania: Negeri Dewa Salju dan Pasir.

Republik Elfen Lies Frankania mencakup Benua Amerika dan kepulauan Britania kecuali Brazil dan Argentina yang merupakan milik Kadipaten Azazelian. Pasukan Frankania memiliki kekuatan dari berbagai Mitologi di seluruh dunia. Mitologi Nordik,Mesir,Yunani dan Bharata. Kadipaten Agung Azazelian mencakup Brazil Argentina dan sekitarnya memiliki pasukan Iblis.

Dinasti Liong di Tiongkok yang pernah memerintah di zaman kuno sampai digantikan republik berabad abad kemudian,  memiliki Wilayah yang mencakup Kazakhstan hingga Kepulauan Nusantara dan dipimpin oleh para Keturunan Dewa Kaisar Langit.

Kekaisaran Slavania Mencakup Seluruh Eropa,Siberia,Afrika kecuali Kepulauan Britania.

Banyak pula Pantheon Dewa-Dewi dan Iblis dari berbagai Mitologi yang menjelma menjadi nyata dan hidup berdampingan dengan bangsa manusia, dan banyak ras lainnya. Itu juga, rumah bagi banyak dongeng epik, pertempuran, dan peristiwa yang terjadi di sini di masa lalu seperti Bhratayuda dan Gilgamesh. 

Republik Elfen Lies Roma Frankania yang menguasai Kepulauan Brittania dan Benua Amerika didirikan oleh saudara kembar. Romulus dan saudara kembarnya Remus, pendiri kota Roma, yang keduanya merupakan keturunan langsung dari Aeneas, tokoh pahlawan dalam perang Troya.

Mereka dipelihara oleh seekor serigala betina hingga mereka menjadi remaja.Remus dan Romulus adalah anak dari seorang Perawan Vesta Rhea Silvia (anak dari Numitor, raja Alba Longa) dengan dewa Mars. Ketika menginjak usia dewasa, mereka mengetahui asal usul kelahirannya, dan membunuh Amulius, adik Numitor. 

Alih-alih menunggu hingga waktunya menggantikan Numitor sebagai raja Alba Longa, Remus dan Romulus memutuskan untuk membangun sebuah kota baru. Remus menginginkan untuk membangun kota di Bukit Aventinus, sedangkan Romulus menginginkan Bukit Palatium yang menjadi cikal bakal Republik Frankania yang berdiri sejak 5 Juli 1776 dalam kalender Yggdrasil. Karena berbeda pendapat, Remus dan Romulus bertarung, tersingkirlah Remus.

Presiden Patricius Republik Frankania adalah Carolius Zeus Hohenzolern. Bangsawan Republik Patricius di Republik Frankania yang oligarki ini mayoritas dikuasai oleh tiga Dinasti Eropa yaitu Hasburg, Hohenzolern dan Bourbon yang memiliki hak untuk memilih presiden yang tak dimiliki rakyat kelas rendah.

Midgard Marcapada alam manusia dimana Republik Frankania menguasai dan menjajah alam para dewa dengan memaksa menurunkan manusia setengah dewa.

Selama ribuan tahun Republik Frankania di Midgardcapadawipa mengadakan pertemuan para penghuni tiga alam yang berbeda untuk menjadi perkawilan dalam menentukan kebijakan republik: Alam Manusia, yang sebagian besar dihuni oleh manusia dan identik dengan dunia yang kita kenal, merupakan alam yang paling lemah. Alam tersebut diikuti oleh Alam Pertapa, dan kemudian Alam Surgawi pada tingkat tertinggi. Dunia Bawah, juga dikenal sebagai Alam Iblis, Alam Pertapa, Dunia Tao, atau Dunia Lain, dihuni oleh berbagai makhluk mitos, roh, dan monster, secara kolektif dikenal sebagai iblis, seperti Naga, Vampir, Minotaur, dan Feniks.

Alam surgawi dulunya adalah kediaman Sanctuary  sang entitias primordial sampai dia akhirnya menghilang dan kekuasaan atas alam itu diperebutkan oleh para dewa.

Alam Surgawi, sebagai alam terakhir dan yang paling kuat, adalah rumah bagi banyak dewa kuat dari berbagai mitologi dan legenda, seperti Kaisar Giok, Malaikat Seraph Mikaela, dan Herkules. Pada suatu waktu, manusia, iblis, dan dewa hidup bersama di Bumi, melindungi diri mereka dari iblis yang ingin memerintah mereka. Namun, tak lama setelah kekalahan iblis, para dewa memisahkan manusia, iblis, dan dewa untuk hidup terpisah dengan menciptakan tiga Alam yang berbeda.

Dulu, ketiga dunia ini selalu hidup damai dan berdampingan. Kaum manusia  sangat memuja para dewa, dan sebagai gantinya, para dewa sering membantu manusia. Manusia pun sangat dekat dengan dewa, bahkan begitu dekat sehingga banyak manusia setengah dewa lahir. Namun, hal ini membuat para iblis, penghuni dunia bawah, iri dan merasa dikucilkan. Para raksasa yang dipimpin Aulgelmir Apollion  menghasut manusia untuk menghancurkan Menara Goliath dan menyerang dunia para dewa. Akibatnya, para iblis pun dipukul mundur ke dunia mereka sendiri. Gerbang pintu pun dikunci, dan dunia bawah disegel agar mereka tidak bisa keluar ke dunia manusia, juga tidak bisa kembali ke dunia manusia, namun hasutan mereka berhasil meracuni pikiran manusia.

Menara Babel Goliath yang ada di negeri Filistin terhubung ke pohon Yggdrasil di atasnya, tempat berada alam para Dewa. Itu adalah simbol kesombongan dan keserakahan umat manusia di bumi, terutama bangsa Frankania, di mana manusia, iri dengan kekuatan dan keindahan para dewa, berhenti berdoa. Hal ini membuat para dewa yang bergantung pada doa manusia melemah, meskipun manusia yang serakah sudah mendapatkan berkat dari dewa melalui doa mereka.

Titan Prometheus mencuri api dari Olympus dan memberikannya kepada manusia, serta membantu mereka dalam pemberontakan terhadap para dewa yang sering mempermainkan takdir manusia. Pemberontakan ini berlangsung di Menara Babel Goliath yang terhubung dengan Garudayana Vermilion dan Pohon Yggdrasil, tempat di mana alam para dewa berada. Manusia merasa berhak untuk menguasai diri mereka sendiri tanpa campur tangan para dewa yang sewenang-wenang karena kekuasaan mereka.

Sebagai akibat dari pemberontakan ini, Zeus, Amun Ra, Heimdall, Batara Guru Shiwa, dan dewa-dewi tertinggi lainnya yang menggantikan posisi Sanctuary di Valhalla  menghukum Prometheus. Zeus merantai Prometheus di sebuah tebing di pegunungan Kaukasus, dan setiap hari, seekor elang datang untuk memakan hati Prometheus. Pada malam hari, hati Prometheus akan pulih, dan keesokan harinya, elang tersebut kembali untuk memakan hatinya. Begitulah penderitaan Prometheus berlangsung tanpa henti.

Suatu hari, ketika Ia yang sedang berwujud sapi melewati tempat Prometheus dihukum, Prometheus memberitahunya bahwa suatu hari keturunan Io akan menjadi pahlawan terbesar. Ramalan tersebut terbukti benar ketika Herakles lahir.

Dalam perjalanan menyelesaikan tugas kesebelasnya, Herakles tiba di tempat Prometheus. Herakles kemudian menembak mati Elang Kaukasus dengan panahnya dan membebaskan Prometheus. Elang Kaukasus adalah seekor burung elang yang merupakan anak dari Tifon dan Ekhidna.

Manusia membangun menara Goliath yang tingginya sampai ke langit, mencapai alam para dewa di ujung pohon Yggdrasil. Hal ini memungkinkan manusia untuk memberontak, mengalahkan, dan menjajah para dewa yang melemah karena tak mendapatkan doa manusia dengan memperbudak mereka untuk bersekutu dengan manusia dan menyerahkan kekuatannya pada manusia. Bahkan, mereka mengikat para dewa dengan perkawinan agar terlahir manusia setengah dewa. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa dewa sewenang-wenang dalam menentukan takdir manusia.

Kerajaan dan negara manusia, termasuk Republik Frankania, mengikat pernikahan dengan para dewa, yang menghasilkan masyarakat berkekuatan manusia super. Para bangsawan republik atau Patricius yang memiliki darah keturunan dewa memiliki status sosial lebih tinggi daripada rakyat jelata atau Pleb. Mereka menjadi pahlawan yang kuat dengan rasa nasionalisme yang kuat. Meskipun mereka menjaga perdamaian, konflik muncul karena mereka menindas manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan dan tidak dapat masuk ke Akademi Asosiasi Pahlawan.

Republik Oligarki ini terpecah menjadi tiga wilayah utama: Noble Realms, tempat keluarga bangsawan Republik Patricius dan keturunan dewa utama hidup dalam kemewahan; Common Realms, tempat manusia biasa dengan kekuatan titisan dewa minor menjalani kehidupan mereka; dan Forsaken Realms, wilayah rakyat jelata yang disebut Plebs, yang hanya diperbolehkan menggunakan kekuatan dewata untuk keperluan sehari-hari mereka.

Di Forsaken Realms, penduduk tertekan oleh stigma yang diturunkan sejak kecil, diperlakukan seperti keset oleh mereka yang berada di wilayah atas. Diskriminasi ini telah mengakar dalam masyarakat, menanamkan rasa rendah diri pada mereka yang kekuatan dewata dianggap rendah.

Frankania juga bangsa yang merasa dirinya paling superior, mereka pasti juga memandang para penyihir dari kerajaan Azaroth lebih rendah daripada bangsa mereka. Apalagi aku meminta Pangeran Peter dan Putri Wendy menyembunyikan marga Azaroth agar tak diburu oleh Ras Reptilians. Tak ada yang tahu jika mereka adalah pangeran dan putri Raja Azaroth, mereka berdua pasti akan dianggap sebagai warga kelas dua oleh orang orang Frankania

Karena posisi keilahian mereka yang absolut dan sulit ditentang siapapun, kaum pahlawan serta Ksatria korup Frankania sangat arogan, mereka merendahkan dan meremehkan rakyat biasa, nyawa rakyat biasa yang tak memiliki kekuatan sihir manusia super tak dianggap berharga jika dibandingkan kekayaan dan popularitas pribadi.

Di masa depan, para Revolusioner Azazelian akan menghancurkan patung The Ubbermansch Liberty ksatria Dewata pertama yang dimiliki Republik Frankania yang memulai era superhero dan sisi gelapnya.

Banyak pahlawan di era Kaliyuga atau kegelapan di Republik Frankania ini yang tak peduli pada keselamatan nyawa rakyat biasa saat beraksi sebagai ksatria akademi asosiasi pahlawan Republik Frankania, nyawa rakyat kecil dianggap tak berharga dan kayak dikorbankan demi menyelesaikan misi dan mendapatkan kekayaan, kehormatan, dan popularitas hingga dengan leluasa menggunakan kekuatan mereka untuk merampas harta dan hak asasi orang-orang miskin.

Alih alih sebagai simbol perdamaian yang melindungi nyawa manusia, para pahlawan dan ksatria dijadikan alat politik oleh negara oligarki Republik Frankania sebagai senjata untuk menjajah bangsa lain dan merenggut nyawa banyak manusia

Banyak ksatria korup Frankania yang membuat aksi setingan yang membahayakan nyawa rakyat kecil yang nyawanya tak dianggap berharga demi menaikan popularitas di mata pemerintah dan pengusahaan kaya.

Hanya kaum bangsawan atau Patricius yang memiliki hak untuk menjadi Presiden Patricius Frankania, hanya mereka pula yang memiliki hak pilih dalam pemilihan umum, rakyat biasa, apalagi mahluk kegelapan dan manusia tanpa kekuatan Dewata atau disebut boonles  tak akan mendapatkan hak pilih meski tak berbuat kriminal

Dengan Heavents Gate suatu saat nanti aku yakin bangsa Reptilians juga akan menaklukkan seluruh alam Surgawi yang dihuni para Dewata yang sebelumnya ditaklukkan oleh manusia di dunia ini. Para dewa di dunia ini tak mengetahui kalau alam Dewata yang terhubung dengan Bumi Midgardcapawipa hanya seujung kuku jika dibandingkan alam semesta yang sebenarnya. Menurut hipotesisku Heavents Gate juga bisa dipakai sebagai bifrost atau kunci pohon Yggdrassil.

Apalagi Alam Surgawi, Alam manusia dan Alam Pertapa di Bumi Midgardcapawipa masih berada di satu dunia hanya berbeda tingkatan, bukan dunia yang berbeda seperti bumi di kehidupanku sebelumnya

XXX

Di bumi ini selain negeri para demigod juga terdapat banyak sekali negeri para penyihir, selain Azaroth, ada Avalorpuraheim di daratan utama Asia tenggara, di dunia ini disebut benua Bhumiwipdpa, wilayah kepulauannya disebut Nusantaradwipa, tanah air para Kurawa dan Pandawa di zaman kuno .

Sebelum bereinkarnasi menjadi gadis yatim piatu yang diangkat menjadi Putri Kerajaan Sihir Avalorpuraheim bernama Kila Elektranova, Kila dulunya adalah seorang malaikat dari Valhalla. Malaikat adalah dewa generasi kedua di Valhalla. Valhalla kediaman Sanctuary jauh lebih agung daripada Valhalla Dewa Dewi nordik.

Mikaelkila adalah pejuang malaikat terkuat dengan gelar, Saint of Edendrassil. Satu-satunya lawan yang dianggap cukup tangguh dan pantas untuk menjadi lawannya adalah Augelmir Apollion, iblis laki-laki yang merupakan saudara kembarnya sendiri yang lahir dari sisi gelap di tubuh dan hati Kila yang dipisahkan ayahnya. 

Mikaelkila adalah malaikat Valhalla yang memiliki dua kepribadian yang dia sembunyikan. Dia bisa sangat ceria, ramah, dan penuh semangat layaknya gadis feminim yang lemah lembut. Namun, dalam keadaan perang, dia bisa berubah menjadi pejuang malaikat yang tegas dan serius. 

Augelmir Apollion, sebelum menjadi iblis dan monster raksasa es, adalah seorang malaikat yang dibuang dari Valhalla. Dulunya, dia adalah bagian dari kepribadian Kila, hingga kepribadian Kila dipecah menjadi dua tubuh oleh ayahnya, Dewa Sanctuary, ketika Kila mengaku ingin memusnahkan manusia yang menyebabkan pertumpahan darah. Sebagai malaikat yang harus menjadi simbol kebaikan murni, Kila tidak diizinkan memiliki rasa kebencian.

Dari sisi jahatnya inilah lahir malaikat Apolion, yang kelak akan menjadi iblis Augelmir Apollion.

Dewata Raja Sanctuary memisahkan jiwa Kila, putrinya, menjadi dua Individu dengan dua kepribadian: Mikelakila sebagai Malaikat Perempuan dan Augelmir Apollion sebagai iblis laki-laki.

Augelmir Apollion adalah malaikat kegelapan atau iblis dengan kelas yang cukup tinggi, karena dia bisa dibilang saudara kembar Kila, tetapi versi laki-laki. Dia memiliki wajah yang rupawan, pengetahuan yang sangat luas, dan pengaruh besar terhadap sejarah alam semesta. Sampai akhirnya, malaikat kegelapan  Augelmir Apollion merasa dirinya pantas menduduki tahta dewa para malaikat di Vaneheim. Dia percaya seharusnya dia yang dipuja manusia, bukan Dewa Sanctuary. Dengan bantuan raksasa es Jotun dan raksasa api Surtheim, dia memberontak melawan Dewa Sanctuary. Namun, dia kalah dan diusir dari Valhalla.

Semua orang selalu mengira dia malaikat karena wajahnya yang sangat rupawan dan tampilan yang sangat indah. Namun, ternyata dia adalah iblis dan sumber masalah yang menyebabkan perang tiga negara.

Aurgelmir merasa iri terhadap perhatian ayahnya pada Mikaelila, Sanctuary menganggap Aulgemir  tidak dipilih karena terlahir dengan sifat jahatnya dari sisi gelap Mikaelkila. 

Mikaelkila adalah malaikat muda yang tangguh, pandai menunggang kuda, mahir menggunakan pedang, memanah, serta bergulat. Mikaelkila tak suka dijodohkan oleh malaikat manapun dan selalu menolaknya. Di zaman kuno, dia mengaku hanya mau menerima siapa saja menjadi kekasihnya jika bisa mengalahkannya dalam pertarungan gulat, sihir, atau adu pedang. Dia hanya mau menerima laki-laki yang lebih kuat dari dirinya sebagai suami. Dewa atau Malaikat manapun yang hendak menantangnya bertarung harus memberikan 100 ekor kuda sebagai taruhannya. Karena statusnya sebagai malaikat putri Dewa Sanctuary, hanya Kaum Dewa dan Malaikat yang cukup kaya untuk mempertaruhkan 100 ekor kuda yang boleh meminangnya.

Saking tangguhnya, Kila menjadi satu-satunya panglima malaikat perempuan di Valhalla. Bahkan Kila pernah ikut pertandingan gulat melawan dua laki-laki sekaligus dan menang. Namun, ketika dia menginjak usia 20 tahun, aura kecantikannya semakin terpancar. Dengan ketangguhan, kecantikan, serta posisinya di militer, laki-laki yang mendekati dia sangat terintimidasi.

Sebagai malaikat kesuburan di Vaneheim, baik laki-laki maupun perempuan dibiasakan hidup secara liar dan keras di alam bebas di stepa tempat mereka berlatih dengan kuda-kuda mereka. Selain karena dia malaikat putri Dewata yang cantik, tinggi, dan posturnya bagus, keahlian dan kekuatannya membuatnya semakin terkenal. Alasan dia hebat secara fisik dan dalam keterampilan baku hantam adalah karena dia adalah anak bungsu dari 15 bersaudara dan 14 kakaknya adalah malaikat pejuang yang laki-laki semua. Kila sering berlatih bersama kakak-kakaknya.

Ketika sudah cukup umur, Sanctuary sering mengajaknya berperang melawan berbagai ras iblis dan menjatuhkan banyak pejuang laki-laki dari ras iblis dari kuda mereka. 

Dia dibunuh oleh ke-14 kakak laki-lakinya sendiri dalam skandal perebutan tahta Dewata setelah Sanctuary menghilang, semuanya didalangi Oleh Aulgemir Apolion.

Dia dibunuh agar tak menghalangi jalan kakak laki-lakinya untuk mendapatkan kekuasaan tahta Dewata, meskipun dia sama sekali tak ingin mendapatkan tahta Dewata dan sudah nyaman dengan posisinya sebagai panglima perang para pejuang malaikat. Namun, dia tetap dibunuh karena dianggap sebagai orang paling berpengaruh dan karismatik di Valhalla dan militer.

Aurgelmir Apollion, iblis raksasa es, ingin memberontak melawan Sanctuary dan menjadi Dewata pemimpin bangsa malaikat baru. Namun, pemberontakannya gagal dan dia dikutuk sebagai iblis, diusir dari Istana Edenheim Valhalla.

Augelmir Apollion mengaku bahwa dia diusir oleh Sanctuary karena juga melakukan hal yang tabu, yaitu menciptakan manusia buatan tanpa izin dari Dewa Sanctuary. Dalam aturan Vallhala, tidak sepantasnya dewa atau malaikat menciptakan makhluk hidup lainnya tanpa izin Sanctuary, dewa petir dan dewa langit yang merupakan pemimpin Vallhala. Selain diusir dari Valhalla, Augelmir Apollion juga dikutuk untuk tidak tahan dengan matahari. Sebagai raksasa es, Augelmir atau Ymir sangat lemah terhadap sinar matahari. Dia mengungkapkan bahwa sejak tidak bisa hidup di bawah sinar matahari yang panas, dia pun membenci matahari. Matahari di sini kemungkinan tidak hanya merujuk pada bintang di tata surya kita, tetapi juga sebagai kata ganti untuk dewa atau seseorang yang berada di atas yairu Sanctuary.

Dulu, Augelmir sangat mengagumi Dewa Sanctuary sebagai ayahnya, mengabdi padanya, dan membantunya membasmi bangsa manusia yang hidup sebelum Pandora dan keturunannya yang suka melakukan pertumpahan darah dan membuat kekacauan, umat manusia di Benua Bhumiwidpa sebelum yang ada saat ini adalah keturunan Dewi Pandora. Namun, setelah dibuang, dia membenci Dewa Sanctuary dan mengumpulkan makhluk perusak yang dulu dia bantai sebagai anak buahnya. Karena tidak bisa kembali ke Valhalla, Augelmir tinggal di muka bumi dan tidak tahu harus berbuat apa. Maka, dia menghabiskan ribuan tahun untuk membangkitkan putranya.

Dengan sabar, dia mencari cara satu per satu, menggunakan berbagai objek penelitian dan percobaan, untuk membangkitkan putranya sendiri yang akan bangkit di masa depan menjelang akhir zaman. Keberadaan anaknya, memang sudah direncanakannya sejak lama.

Aurgelmir, yang memimpin para Jotun, ingin menggulingkan ayahnya, Sanctuary, sebagaimana ayahnya dulu menggulingkan para raksasa api. Dia memandang manusia sebagai makhluk rendahan dan memfitnah mereka mencuri apel Idunn dari pohon pengetahuan Kalpataru Bodhii atau Edendrassil.

Sanctuary marah karena manusia memakan buah terlarang, tetapi juga senang karena jumlah mereka membuat bumi tidak kesepian lagi. Manusia diusir dari  Eden di Valhalla.

Aulgemir berakhir dengan tragedi, dan kematiannya menyebabkan penciptaan Bumi. Sanctuary menggunakan tubuhnya untuk menciptakan dunia.

Karena diusir tadi dia berusaha melampiaskan kekesalan dan kekecewaannya pada Dewa Sanctuary dengan cara mengubah dunia menjadi versi dirinya sendiri yang penuh kegelapan, keputusasaan, kehancuran dan kematian. Sejak kejadian itu Sanctuary menghilang dari alam semesta, tak ada yang mengetahui kemana dia, tahta para dewa mengalami kekosongan dan pertumpahan darah antara para dewa selama berabad-abad yang berdampak juga pada perang diantara manusia.

XXX

Ada perbedaan mencolok antara manusia yang memakan pohon keabadian Edendrassil di Taman Eden Valhalla, cikal bakal ras penyihir, dan manusia yang memakan pohon pengetahuan, manusia modern dengan teknologi canggih. Perbedaan ini terlihat dalam kisah kepahlawanan.

Ksatria bangsa penyihir Avalorapuraheim tidak memiliki topeng atau kepribadian ganda. Mereka berkembang melalui latihan dan proses belajar dengan guru luar biasa. Semua anggota masyarakat penyihir memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi kuat.

Berbeda dengan pahlawan dan ksatria manusia di Federasi Brahmaloka. Mereka menjadi pahlawan karena percobaan ilmiah yang gagal, teknologi canggih, atau karena mereka berasal dari masa depan dengan kemampuan fisik dan mental yang melebihi manusia biasa. Mereka menggunakan topeng atau alter ego untuk menjaga identitas dan kehidupan pribadi.

Bangsa manusia yang memakan pohon pengetahuan memiliki karakteristik rasional, empirik, dan akademik. Mereka tidak percaya pada hal-hal yang tidak masuk akal, memandang rendah kekuatan sihir ras penyihir. Menurut mereka, kekuatan  hanya mungkin melalui eksperimen atau teknologi.

Sementara itu, ras penyihir yang memakan pohon keabadian tidak memiliki batasan biologis. Mereka percaya bahwa manusia memiliki potensi tak terbatas untuk mengembangkan diri dan kemampuan sihir. Bagi mereka, latihan keras dan metode tertentu dapat membawa kesaktian dan kekuatan super.

Planet purba Tordom di sistem tata Surya bertubrukan dengan planet Gaea yang saat itu dikuasai kerajaan purba dan memusnahkan kerajaan yang dipimpin oleh sang Prabu,keduanya menyatu menjadi Planet Pimy saat ini dan sisa pecahannya membentuk bulan satelit Planet Pimy, Chaos Mistletoe adalah kristal purba para dewa primordial yang terbentuk jutaan tahun yang lalu di bawah permukaan bumi,kandungan Mistletoe terdapat di lingkar jalur gunung berapi.

Ras Ayodhdewataya bangsa sihir paling dominan dari Kerajaan Sihir Avalorpuraheim penerus Kerajaan planet Pimy purba,menggunakan permata Chaos Mistletoe dalam ritual mereka dalam jumlah yang terbatas, diwariskan leluhur mereka.

Di ujung tata Surya yang tak berujung pada sebuah planet yang dikenal sebagai planet Pimy  yang memiliki sebuah benua raksasa bernama Bhumiwidpa dihuni bangsa manusia, peri, elf bertelinga runcing yang disebut Tartaria, sebuah planet Seperti bintang hijau bersinar di tempat yang jauh, disana juga ada peradaban yang diisi manusia manusia super yang memiliki pengembangan kekuatan fisik dan mental dari kesempurnaan.

Bangsa-bangsa disana hanya mengizinkan yang terkuat untuk hidup dan mereka juga suka bertarung dan berkelana ke seluruh penjuru dunia untuk mencari musuh baru yang lebih kuat agar kemampuan mereka meningkat, namun takdir berkata akan tiba saatnya planet itu hancur karena gempa raksasa yang muncul saat kebangkitan Aulgemir. 

Empire of Fantasy adalah sebuah bulan atau satelit yang mengitari Planet Pimy dan tercipta dari Energi Mistletoe Milik Dewi Malaikat Mikaelkika Elektranova, memiliki penjaga yang disebut pedang Lionheart Blade. Empire of Fantasy diciptakan oleh Sanctuary yang merasa khawatir dengan manusia yang semakin terpedaya oleh Aulgelmir Apollion hingga menghancurkan pohon Yggdrassil di menara Goliath yang menghubungkan alam manusia dan dewa untuk memberikan cinta dan harapan pada manusia.

Empire of Fantasy adalah perwujudan dari  Pandora, wanita manusia pertama di dunia yang membuat Sanctuary mencintainya dia tinggal di Taman Eden Valhalla,untuk menguji cintanya Sanctuary memberi hadiah berupa sebuah kotak yang indah. Pandora diperingatkan Sanctuary untuk tidak membuka kotak tersebut. Suatu hari, Pandora sangat penasaran dan kemudian membuka kotak tersebut. Setelah dibuka, dari kotak itu keluar berbagai macam keburukan (kejahatan, penyakit, penderitaan). Semua keburukan itu menyebar ke seluruh dunia dan menjangkiti umat manusia. Pandora kemudian melihat ke dalam kotak dan menyadari masih ada satu hal yang tersisa di sana: harapan. Kekuatan harapan yang diberikan Dewi Mikaelkika itulah yang menjadi Cikal Bakal Empire of Fantasy.

Berkat kemunculan Empire of Fantasy ini, dunia menjadi lebih damai dan tentram. Namun, namanya juga manusia, tak bisa melihat sesuatu yang sangat kuat dan berharga tanpa muncul sifat serakahnya, selalu merasa tak cukup. Akhirnya, manusia saling berperang dan berebut kekuasaan yang lebih besar dengan memperebutkan Empire of Fantasy demi kepentingan masing-masing. Mereka juga menciptakan senjata mereka sendiri yang bisa dipakai untuk menghabisi ras penyihir yang terbuat dari Empire of Fantasy, menyebabkan banyak nyawa berguguran dan meninggalkan jutaan pedang yang tertancap berserakan di medan pertempuran. 

Di akhir perang, Lionheart Blade hancur dan membuat Empire of Fantasy terjatuh ke dalam kegelapan, menghilang dari semua orang. Hingga Lionheart Blade tak berhasil dikuasai oleh pihak manapun. Banyak orang yang berusaha menemukan Empire of Fantasy kembali. 

Tiga negara yang saling berperang selama ribuan tahun di Bhumiwidpa akhirnya mencapai perdamaian di tahun 5012 Saka, pertama sebuah negara manusia Republik  militeristik yang menguasai seluruh daratan utama Benua Bhumiwidpa, 

Federasi Brahmaloka adalah negara junta militer, dipimpin oleh seorang Sekertaris Jendral bernama Rajendra Surya dan Ketua Komite Kota Chandra Von Starkenburg. 

Federasi Brahmaloka adalah salah satu negara terkuat di Planet Pimy, bahkan Federasi Brahmaloka mampu melakukan perjalanan antariksa dan memiliki koloni di planet lain, menaklukkan ras alien di sistem tata surya untuk membayar upeti pada Federasi Brahmaloka seperti Planet bangsa robot yang disebut Albion Cybrion.

Federasi Brahmaloka atau republik Indusnesos adalah sebuah negara militeristik di benua Bhumiwidpa, khususnya Nusantaradwipa yang berdiri dari sisa sisa Dinasti Demak dari era monarki.  Dinasti Demak sendiri tak didirikan oleh keturunan Parikesit, artinya mereka bukan keturunan Pandawa ataupun kurawa melainkan hanya rakyat biasa yang berhasil mengusir Dinasti Liong di Tiongkok dari Nusantaradwipa. Namun lama kelamaan mereka menjadi korup dan dibenci oleh rakyat, apalagi mereka dianggap tak memiliki hak yang sah untuk memimpin Nusantaradwipa karena bukan keturunan langsung dari Dinasti Kuru. Federasi Brahmaloka juga sempat dijajah oleh Kekaisaran Hollandia selama 3 setengah abad.

Pemimpin Pemberontak Revolusi Trunojoyo yang mendirikan Federasi Brahmaloka adalah seorang Akademisi liberal klasik dari tanah Brahmaloka yang bernama Trunojoyo, ia belajar berbagai sistem pemerintahan modern di Republik Biak na Baro dan United State of Colombia. dalam pertukaran pelajar dan terpengaruhi oleh ideologi nasionalisme, liberalisme dan sosialisme. Berniat membawa petani, budak raja dan buruh menjadi penguasa dunia. 

Dia menggabungkan ideologi Sosialisme dan liberalisme yang sering dianggap bertentangan menjadi satu. Dia membuat ideologi baru untuk kesultanan Demak yang baru dan menjadikan Sultan sebagai pemimpin boneka atau konstitusional yang tak memiliki kekuasaan melainkan simbol nasionalisme, mereka menyebutnya sebagai Tiga prinsip rakyat menjadi dasar negara baru untuk melawan feodalisme, imperialisme dan doktrin agama,tiga prinsip itu adalah kesejahteraan rakyat atau sosialisme Kebangsaan atau nasionalisme dan kerakyatan atau demokrasi. Sosialisme yang menuntut kesetaraan, liberalisme yang menuntut kebebasan individu.

Serta demokrasi dan nasionalisme modern untuk mempersatukan Demak dengan negara negara vassalnya yang tak terikat pemerintahan terpusat. dia berniat menghancurkan kekuasaan feodal dan agama di tanah Brahmaloka dengan paham paham baru yang dia anggap dapat membawa Modernisasi ke negara ini demi melawan Kolonialisme dan menandingi bangsa bangsa sihir yang lebih maju.

Dengan nasionalisme modern yang dia bawa dia ingin mengikat seluruh wilayah jajahan Kesultanan Demak yang sebelumnya hanya terikat kerja sama dagang dan bantuan militer dalam konsep Mandala menjadi wilayah penuh kesultanan Demak dalam kesadaran sebagai bangsa yang sama agar tak ada lagi Mandala yang melepaskan diri ketika terjadi Perang saudara.

Permasalahan suksesi tahta pemerintahan absolut Dinasti Demak ini memang sangat umum sejak zaman Brahmaloka kuno yang berujung pada perang saudara. Serta lepasnya Vassal Mandala dari kerajaan ini karena pemerintahannya yang kurang mengikat, stabil dan terpusat dan tak setara posisinya dengan negara induk.

Trunojoyo mengerahkan kelompok buruh dan tani yang terdoktrin ideologi sosialisme, Liberalisme dan Demokrasi untuk merebut istana Kesultanan Demak setelah terjadi Perang saudara antara kesultanan Demak dan Kasunan Pajang Agung, Setelah pasukan Kasunan Pajang yang didukung Kerajaan Sihir Avalorpuraheim dan Kesultanan Demak melemah dan kelelahan,dengan kata lain kaum radikal mengerahkan pasukan rakyat,buruh dan tani melawan kedua belah pihak bangsawan yang sedang berperang demi kepentingan pribadi tapi mencederai hak dan mengorbankan nyawa rakyat.

Pemberontak Trunojoyo berhasil melakukan kudeta pada pemerintah absolut Dinasti Demak dan Pajang yang sudah sekarat secara militer maupun moral karena kelelahan perang selama masa gencatan senjata. Sementara rakyat biasa,buruh,tani dan budak yang mengangkat senjata sedang di puncak semangat  kesultanan Demak dikendalikan oleh para Wali dan dianggap hanya menyebabkan perpecahan perebutan kekuasaan, ketidaksetaraan di masyarakat serta doktrin yang membatasi kebebasan berpikir dan kebebasan individu. Pemberontak Trunojoyo yang merupakan rakyat biasa Yang mengklaim diri mereka beridiologi Nasionalis, Liberalis dan sosialis serta melawan kekuasaan feodal di kesultanan Demak dan dipersenjatai dengan senjata api impor dari Republik Biak na Baro langsung mengusir Penjajah dari kerajaan sihir dan mengambil alih keraton Demak, serta menyerang pasukan di kedua belah pihak agar takluk di bawah pemerintahan baru.

Kelompok Revolusi Trunojoyo yang berideologi Nasionalis, Sosialis berhasil mendapatkan kekuasaan setelah mengeksploitasi perang saudara perebutan tahta Demak dan menyerang kedua belah pihak bangsawan yang sedang berperang dalam perang segitiga. Anak dari selir Sultan Demak sebelumnya berperang melawan menantu laki laki sultan sebelumnya yang menikahi putri mahkota tertua yang sama sama mengklaim sebagai penerus dah dari tahta Demak. 

Dengan mengeksploitasi perang saudara antara dua penerus tahta kesultanan Demak tersebut, pasukan Revolusi Trunojoyo yang hanya merupakan rakyat biasa berhasil mengalahkan pasukan di kedua belah pihak yang kelelahan setelah pemberontak tersebut mendapat senjata modern dari eropa, mereka ingin menyingkirkan kekuasaan kaum Wali dan Ningrat dalam feodalisme di kesultanan Demak serta menghapus hak politik dan kepemilikan senjata mereka

Setelah Pemberontak Trunojoyo menghabisi pasukan dua putra mahkota yang berperang memperebutkan tahta, mereka mengambil alih pemerintahan negara dan hanya memberikan Sultan Demak kekuasaan di wilayah sekitar keratonnya saja sebagai raja boneka.

Kedua, Kerajaan sihir yang disebut sebagai kerajaan Avalorpuraheim berkuasa di pulau pulau besar di sekeliling benha Bhumiwidpa.

Kerajaan Avalorpuraheim dikuasai oleh ras penyihir Avalorian yang memuja Dewa Sanctuary dan malaikatnya. Malaikat adalah anak perempuan Dewa Sanctuary dan melayaninya untuk tugas di Vaneheim maupun bumi.

Kerajaan Avalorpura adalah kerajaan Sihir yang menggabungkan kekuatan mereka dengan Ilmu Sains sebagai senjata mereka. Sedangkan negara lain memiliki teknologi modern yang jauh lebih maju dari kerajaan Avalorpura, meski tak memiliki ilmu sihir mereka sudah mampu membuat rudal dan robot futuristik sebagai senjata berperang. 

Terakhir ada Republik Of Biak Na Bato negara maritim yang memiliki wilayah terbesar diantara tiga negara, mereka menguasai seluruh lautan di bumi, samudra Panthalassa.

Setelah perang segitiga selama ribuan tahun, Republik Biak Na Bato, penyihir dan Federasi Brahmaloka akhirnya menandatangi perjanjian damai dan hidup berdampingan. Era ini disebut era  Era tiga negara dan membentuk sebuah organisasi regional di Benua Bhumiwidpa untuk menyatukan tiga negara di bawah Pasport dan mata uang yang sama dengan bebas.

Namun era perdamaian ini menyimpan sisi gelap bagi suatu organisasi.Ronninvia  Group adalah pasukan elit paramiliter yang terdiri dari anak-hasil eksperimen Pemerintah Brahmaloka dari suku suku barbar yang terkenal sebagai pejuang tangguh dan berhasil ditaklukkan oleh negara itu. Mereka dibentuk untuk melawan kerajaan Avalor selama perang di masa lalu.

Mereka adalah anak-anak yatim piatu yang menjalani rekayasa genetika, pelatihan ekstrem, dan indoktrinasi kuat untuk membenci ras penyihir. Ronninvia Group memiliki kekuatan fisik dan mental yang melebihi manusia biasa serta kemampuan senjata yang canggih.

Setelah perang berakhir dan traktat perdamaian ditandatangani, Ronnin Group dibubarkan. Mereka menjadi masyarakat terlupakan, hidup sebagai gelandangan, pengemis, atau preman. Mereka dijauhi layaknya sampah masyarakat. Mereka tak mengenal dunia selain medan perang.

Pada titik terendahnya, pasukan Ronninvia tinggal di gua dingin, tanpa uang dan makanan setelah perang berakhir. Kehidupan mereka sangat sulit dan penuh kesengsaraan. Namun, Prigrozin Wiraguna, pemimpin Ronninvia, bersumpah akan mengubah nasib pasukannya. Dengan tekad kuat, ia berjanji bahwa selama dia masih hidup, tak ada Ronninvia yang akan kelaparan atau miskin lagi.

Ambisi Prigrozin tidak berhenti di situ. Ia bermimpi besar: menaklukkan tiga negara, yaitu Kerajaan Sihir Avalorpuraheim, Republik Biak Na Bato, dan Republik Brahmaloka. Visinya adalah menjadikan Ronninvia sebagai kontraktor militer swasta terkuat dunia setelah Ronninvia sebagai organisasi Paramiliter dibubarkan Pemerintah Brahmaloka, menguasai politik dan ekonomi. Dengan demikian, mereka akan menjadi kekuatan yang ditakuti dan dihormati.

Ronninvia Group leluhurnya adalah etnis barbar tanpa kekuatan sihir  yang sejak abad pertengahan selalu berusaha menembus tembok kerajaan sihir dan membuat kerusuhan, mereka sulit dihentikan banyak dari anak anak mereka yang dilatih Republik Brahmaloka sebagai tentara elit sebelum dicampakkan.

Para penyihir berusaha mengusir pengaruh PMC Ronninvia Group dari kerajaan yang dianggap terlalu ikut campur dalam urusan kerajaan sihir dan memberatkan rakyat dengan upeti dan kerja paksa serta mengangkat penyihir kegelapan pengkhianat kerajaan sebagai raja boneka.

Sejak usia lima tahun, anak-anak Ronnin Group dilatih dengan berbagai senjata, termasuk senjata api dan senjata tajam. Mereka juga dilatih menjadi ahli pedang ganda. Dengan manuver pedang ganda yang panjang dan pisau rantai Air Gear, mereka mampu mengimbangi lawan-lawan tangguh.

Contohnya, Prigrozin Wiraguna, pemimpin Ronninvia, berhasil mengimbangi Myrdinn yang menggunakan tongkat sihir Griffin Wand. Dengan kemampuan bela diri yang luar biasa, Prigrozin mampu mematahkan tongkat sihir tersebut, menunjukkan kekuatan dan ketangguhan Ronnin Group.

PMC Ronnin Group adalah tentara bayaran dari ras manusia paling ditakuti kaum penyihir, mencatatkan kemenangan spektakuler. Mereka mengalahkan Raja Vijayalangkorn Asmawarman dari Kerajaan Avalorpuraheim yang sakti mandraguna dan mematahkan tongkat sihirnya.

Peristiwa ini terjadi selama Perang Mantra dunia sihir antara Kerajaan Avalor dan Federasi Hindianesia. Raja Vijayalangkorn memimpin pasukan sihir melawan Federasi yang memiliki teknologi canggih. Pasukan Avalor berhadapan dengan Suryajaya Von Starkenburg dari Federasi.

Pertempuran sengit terjadi. Para punggawa Kerajaan Avalor meluncurkan panah pencipta api, sementara Raja Vijayalangkorn membalas dengan panah pencipta angin dari tongkat sihirnya. Panah tersebut menjelma menjadi raksasa garang yang menyerang tank Federasi.

Namun, Raja Vijayalangkorn akhirnya kalah dikeroyok dengan mudah oleh pasukan PMC Ronnin Group yang saat itu masih menjadi organisasi Paramiliter dibawah Federasi Brahmaloka. Mereka menebas kepala sang raja dan mematahkan tongkat sihirnya. Kemenangan ini memperkuat reputasi PMC Ronnin Group sebagai tentara bayaran paling ditakuti dari umat manusia.

Alasan anggota Ronnin Group mengincar dan mematahkan tongkat sihir adalah karena doktrin militer mereka. Tongkat sihir merupakan sumber kekuatan penyihir. Dengan menghancurkan titik vital tersebut, penyihir akan melemah, tak berdaya, dan mudah dikalahkan.

Meski mampu menggunakan sihir tanpa tongkat atau lingkaran bintang transmutasi, penyihir kelas A yang kehilangan tongkat sihirnya akan sangat melemah dan tak mampu melawan manusia terutama Anggota Ronnin Group yang merupakan manusia super.

Di ruang pertemuan yang megah, para bangsawan kerajaan sihir duduk dengan sikap angkuh, mengenakan jubah-jubah berkilau yang menunjukkan status tinggi mereka. Di ujung meja, seorang pria dengan penampilan tegas, mengenakan seragam militer hitam dengan lambang Ronninvia Group, berdiri dengan tatapan penuh wibawa. Dia adalah Bos dari Private Military Company (PMC) Ronninvia Group, yang baru saja memasuki ruang yang penuh dengan aura magis yang kuat.

Dengan suara yang tenang namun penuh tekanan, pria itu memulai percakapan, tidak terpengaruh oleh tatapan merendahkan yang dilemparkan kepadanya oleh para bangsawan.

"Ras penyihir memang memandang rendah manusia tanpa sihir seperti kami," katanya, suaranya bagaikan batu yang jatuh ke air, "tapi percayalah, kebencian kami pada Federasi Brahmaloka jauh lebih besar daripada kerajaan sihir ini."

Beberapa bangsawan saling berpandangan, ada yang mencibir, ada pula yang menunjukkan rasa tidak sabar. Mereka tahu bahwa ini bukan percakapan yang biasa. Bos dari Ronninvia Group melanjutkan, tetap dengan ketenangan yang menggetarkan.

"Kami bahkan hampir tak peduli dengan kerajaan kalian jika tidak karena satu hal—sumber daya alam berupa emas. Invasi kami ke Kerajaan Sihir ini adalah hukuman pada Raja Sihir, yang terlibat dalam perdagangan dengan Federasi Brahmaloka—musuh kami," lanjutnya, wajahnya tanpa ekspresi. "Negara itu, setelah perang berakhir, mencampakkan kami, memperlakukan kami seperti sampah. Kami yang dulu berjuang untuk mereka, kini mereka membelakangi kami."

Beberapa bangsawan mulai mengerutkan dahi. Mereka tahu bahwa Ronninvia Group bukanlah kelompok yang dapat diremehkan, tetapi mereka juga tidak bisa menerima begitu saja klaim tersebut.

"Dan sekarang," pria itu melanjutkan, suara semakin dalam, "mereka malah berhubungan dagang dengan ras penyihir yang memusuhi manusia. Sebuah tindakan yang kami anggap sebagai pengkhianatan."

Salah seorang bangsawan berbicara, suaranya tegang. "Berani beraninya kau melecehkan kehormatan kerajaan kami! Apa yang kalian inginkan, Ronninvia Group? Jika kalian bermaksud menyerang kami, kami tidak akan pernah tunduk pada ancaman."

Di ruang pertemuan yang megah, dengan dinding batu yang dihiasi lukisan-lukisan kuno tentang sejarah ras penyihir, seorang bangsawan kerajaan sihir berdiri tegak di depan bos Ronninvia Group. Wajahnya yang tenang menyembunyikan amarah yang mendalam, sementara sorot matanya yang tajam menembus setiap kata yang hendak diucapkan. 

"Ronninvia Group," suara bangsawan itu dalam dan berwibawa, "kami, kaum penyihir, adalah penjaga alam. Kami hidup selaras dengan setiap elemen bumi—tanah, udara, api, dan air. Setiap tindakan kami terhubung dengan keseimbangan alam ini. Dan kami tidak mengizinkan siapa pun, apalagi perusahaan besar seperti milik Anda, untuk merusaknya."

Bangsawan itu melangkah mendekat, tangannya terulur dengan penuh tegas ke arah peta besar yang terhampar di atas meja. Di sana, terlihat puluhan lokasi tambang emas yang telah dimulai di wilayah mereka, menggusur hutan, merusak sungai, dan menyakiti tanah yang selama ini menjadi tempat hidup mereka.

"Anda telah membuka tambang-tambang itu tanpa rasa hormat, tanpa izin dari kami. Anda merusak bumi dan memperbudak kaum kami yang sejak dahulu menjaga kedamaian alam ini," lanjutnya, nadanya semakin memanas.

Bos Ronninvia Group, yang duduk dengan sikap sombong di kursi kayu besar, tersenyum sinis. "Kami hanya mencari keuntungan, itu adalah tujuan kami," jawabnya dengan nada mengejek. "Bumi itu ada untuk dimanfaatkan, dan penyihir seharusnya tahu tempatnya."

Namun, dengan perlahan, bangsawan kerajaan sihir itu mengangkat tangannya. Sesuatu yang tak terlihat melintas di udara—suara desiran angin yang mendalam, seolah dunia itu sendiri merespon kata-kata bangsawan tersebut. Mata bos Ronninvia Group tiba-tiba menyipit, merasa ketegangan yang tak biasa. Bumi di bawahnya seperti hidup, menggetarkan setiap tulang tubuhnya.

"Kami tidak akan membiarkan Anda terus merusak dan memperbudak kami," suara bangsawan itu terdengar semakin keras, penuh tekanan. "Kami akan menghentikan Anda, dengan atau tanpa persetujuan Anda."

Dengan tatapan yang penuh ancaman, bangsawan itu mundur selangkah, menyiratkan bahwa jika perusahaan itu tidak menghentikan kegiatan mereka, maka konsekuensinya akan jauh lebih besar dari sekedar kerugian finansial. "Ingatlah, kekuatan alam tidak bisa dikuasai dengan uang atau kekuatan, dan alam akan membalas setiap kejahatan yang ditujukan padanya."

Bos Ronninvia Group mengangkat tangan, mengisyaratkan untuk tenang. "Kami tidak menginginkan perang lebih lanjut dengan kerajaan kalian. Kami hanya ingin satu hal: kerajaan sihir ini segera memutuskan hubungan perdagangan dengan Federasi Brahmaloka. Itu adalah langkah pertama untuk menghentikan konflik ini."

Di ruangan itu, suasana menjadi sangat tegang. Para bangsawan saling berpandangan, menghitung kemungkinan dan risiko.

Pria itu melanjutkan, suara lembut namun penuh tekanan. "Sebagai gantinya, pasukan Ronninvia akan membantu menjaga keamanan kerajaan kalian, menempatkan pangkalan militer di sekitar wilayah kerajaan. Sebagai imbalannya, kerajaan kalian akan membayar upeti kepada kami atas jasa keamanan yang kami berikan."

Sejenak, keheningan mengisi ruangan. Para bangsawan mempertimbangkan tawaran yang dilontarkan. Tidak ada yang berani berbicara lebih dahulu, tetapi hati mereka penuh dengan kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi jika mereka menolak.

"Pertimbangkan dengan bijaksana," tambah Bos Ronninvia Group. "Kami tidak suka berperang lebih lama dari yang diperlukan. Namun, jika kami dipaksa, kami akan bertindak. Kami bukan sekadar tentara bayaran, kami adalah ancaman nyata yang dapat menghancurkan kerajaan kalian."

Setelah beberapa detik penuh ketegangan, seorang bangsawan yang lebih tua dan lebih bijaksana akhirnya angkat bicara, suaranya penuh ketegasan. "Kami akan berdiskusi lebih lanjut mengenai tawaran ini. Namun, kami mengingatkan kalian—kerajaan kami bukanlah pihak yang mudah dipermainkan."

Bos Ronninvia Group menatapnya dengan penuh keyakinan. "Kami tidak bermaksud mempermainkan siapa pun. Kami hanya berbisnis. Keputusan ada di tangan kalian, para bangsawan. Berikan 10.000.000 ton emas sebagai ganti rugi hutang atas opium, atau Kerajaan sihir Avalorpuraheim saya jadikan lautan api"

Dengan itu, dia berbalik dan berjalan keluar dari ruangan lalu berkata,

"Kerajaan sihir Avalorpuraheim adalah penghasil emas terbesar di antara tiga negara. Gunung emas di kerajaan kalian adalah sumber energi sihir Alchemy, tapi aku tak peduli pada kekuatan sihir. Yang aku pedulikan hanya kekayaan. Aku beri ultimatum pada rajamu: dalam waktu 2x24 jam, jika dia tak membayar upeti berupa 1.000 ton emas pada Ronnin Group, Kerajaan Sihir akan menjadi lautan api."

Bos itu meninggalkan para bangsawan yang kini terperangkap dalam dilema besar.

Saat menginvasi kerajaan sihir, tentara bayaran PMC Ronnin Group tak hanya menguasai kota kota penting. Tapi juga memperlakukan ras penyihir dengan kejam, mereka menjarah rumah warga serta memotong telinga dan hidung para penyihir. Memindahkan ibukota dari Forbidden city ke Elftopia kota para penyihir kegelapan.

Mereka juga menggali kuburan para raja dan ksatria sihir di kerajaan demi mencari berbagai simpanan emas dan harta jarahan, mereka membakar banyak buku sihir yang dianggap tak berguna, hal ini merupakan penghinaan bagi tradisi ras penyihir.

Bahkan pimpinan Ronnin Group, Prigrozin Wiraguna dengan tak sopan duduk di singgasana raja sihir.

Bahkan sungai Tearheim dipenuhi oleh tinta yang berasal dari buku buku Sihir yang dihancurkan pasukan Ronnin Group.

Prigrozin Wiraguna The Terriable adalah orang yang sangat ambisius, dia berencana menaklukkan 3 negara di bawah pengaruh kekuasaan perusahaan kontraktor militernya.

XXX

Awalnya semua demigod berasal dari kosmologi, tapi seiring waktu, ada alien yang masuk dan mulai melakukan rekayasa genetika untuk “menghasilkan” demigod baru dengan cara ilmiah. 

Ada dua “jenis” demigod:

Ada yang muncul dari kosmologi atau kekuatan ilahi (mitologi klasik), disebut Demigod sejati kebanyakan penduduk Frankania adalah demigod sejati.

Ada yang diciptakan secara genetika oleh alien. Disebut Hellix.

Mungkin alien itu sedang melakukan eksperimen atau bahkan mencoba meniru kekuatan dewa sehingga menciptakan demigod versi rekayasa genetika. Jadi, kedua versi demigod ini eksis berdampingan dan punya konflik atau kolaborasi.

Imam Agung Temple of Independence Varvakeion Samir, seorang pemimpin sekte sesat dan pendiri aliran agama baru yang menyimpang dari Republik Indusnesos atau  Negara Libertenesia, negara bagian terbesar Federasi Brahmaloka memandang orang yang terlahir sebagai titisan dewa alien maupun yang memiliki kemampuan untuk berubah menjadi mahluk mitologi tak layak hidup dan harus dibunuh untuk mencegah kemusyrikan, mereka disebut sebagai Ras Hellix.  karena terlahir sebagai titisan dewa alien yang pernah disembah manusia kuno akibat kesalahpahaman di masa lalu atau sebagai Demigod sejati, dianggap sama saja sombong, mengaku sebagai tuhan yang layak disembah, dan dituduh menganggap dirinya setara dengan tuhan itu sendiri.

Samir memindahkan pemerintahan dari istana negara Republik Indusnesos di Athenakarta, ke Temple of Independence, tempat ibadah terbesar di seluruh Asia tenggara.

Samir mengumpulkan pengikut dan menyewa Ronninvia Group, sekutu setia Federasi Brahmaloka yang dikhianati Junta Militer  untuk mengeksekusi para Hellix maupun lawan politiknya. Dia juga mengutuk Republik Frankania dan kekaisaran Agung Terra Australialis sebagai negara kafir karena memandang para Hellix dan Demigod atau manusia keturunan dan titisan dewa di kelas sosial yang lebih tinggi daripada manusia biasa yang merupakan mahluk ciptaan tuhan paling sempurna. 

Frankania adalah alegori dari kekuatan imperialis yang kejam, rasis, dan menciptakan kasta ilahi.


Junta militer di Brahmaloka bukanlah kekuasaan yang sah atau adil.


Samir memulai perjuangan dengan niat membebaskan manusia dari ketundukan pada kekuatan dewa dan elit palsu.

Ia percaya bahwa manusia harus bebas dari penyembahan pada kekuatan luar yang bukan Tuhan sejati.


Ia ingin membangun sistem baru yang menempatkan nilai manusia bukan pada darah atau kekuatan, tapi pada iman dan kebenaran.

Kini, Samir berhasil menguasai Federasi Brahmaloka dan menjadi penguasa absolut dengan dukungan pengikut sektenya serta tentara bayaran Ronninvia Group. Ronninvia Group sudah berjasa bagi Federasi Brahmaloka dalam dua perang besar, perang melawan Kerajaan Sihir Avalorpuraheim di daratan utama Nusantaradwipa dan melawan kekaisaran Agung Terra Australialis di selatan.

Pada kenyataannya para dewa, demigod bahkan Sanctuary sendiri bukan tuhan, mereka hanya mahluk yang tercipta dari energi penciptaan alam semesta , tapi mereka mulai menjadi sombong dan manusia menyalahpahami mereka sebagai dewa. Para alien juga merekayasa gen manusia dengan energi itu untuk menciptakan dewa baru.

Meski  Hellix titisan dewa alien yang bermutasi acak diantara populasi manusia,bahkan demigod sejati hanya disalahpahami sebagai tuhan bukan mengaku tuhan. Mereka dianggap sebagai makhluk asing yang menyesatkan manusia dan menyekutukan Tuhan di masa lalu, serta dianggap lebih rendah dari manusia biasa, yang dianggap sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Para Hellix terus dipersekusi oleh sekte-sekte aliran sesat yang ada di Republik Indusnesos.

Dengan kata lain, mereka dituduh menghina dan mengaku sebagai tuhan karena menyerupai dan merupakan titisan dewa yang pernah disembah di masa lalu, tanpa peduli jika manusia yang memiliki kekuatan gen Hellix alien unik dan dikira titisan dewa itu, sesama orang beriman yang tak mengaku sebagai tuhan, apalagi menyekutukan tuhan dan tak pernah ingin terlahir sebagai titisan dewa alien yang bermutasi acak sampai disembah layaknya tuhan.

Mereka dihukum untuk sesuatu yang bukan pilihan mereka, mereka tak memiliki pilihan untuk menolak terlahir sebagai manusia super titisan dewa; jika bisa memilih, mereka pasti lebih memilih menjadi manusia normal yang tak dikucilkan atau disembah layaknya tuhan. 

Mereka tak pernah ingin menanggung dosa dengan mengaku sebagai dewa dan meminta dijadikan sosok yang disembah selain tuhan karena kesalahpahaman, mereka merasa tak pantas mengakui sesuatu yang bukan haknya tapi tetap disembah oleh kaum pagan di seluruh penjuru dunia karena kesalahpahaman.

Selain bangsa dewa yang dikenal sebagai Hellix ada ras alien kuno yang pernah tinggal di bumi namun peradabannya sudah punah yaitu bangsa Nisnas. Bangsa manusia setengah kuda, setengah burung maupun setengah ikan yang diyakini beberapa orang sudah ada di bumi sebelum manusia itu sendiri,

Jutaan tahun lalu, Alien antariksawan kuno yang disebut Bangsa Nisnas datang ke bumi membantu memajukan pusat peradaban kuno umat manusia dengan pengetahuan dan teknologi canggih, sekaligus memperbudak manusia yang teknologinya primitif. 

Nisnas adalah ras manusia alien dewa yang menetap di wilayah Arab kuno dan menggunakan huruf Arab kuno sebagai simbol di kapal luar angkasa mereka.

Bangsa Alien Nisnas memiliki teknologi yang jauh lebih maju daripada umat manusia saat ini sampai peradaban mereka dipercayai pengikut sekte ajaran sesat Samir runtuh akibat banjir Nuh, pengikut sekte Samir juga percaya jika bumi mengalami kemunduran teknologi jika dibandingkan bangsa Nisnas. Sekte Samir memandang bangsa Nisnas dan Hellix sebagai iblis.

Bangsa Nisnas merekayasa genetik manusia secara acak untuk memberikan kekuatan sebagai ucapan terimakasih karena manusia sudah dijadikan budak untuk menambang bahan bakar mineral dari bumi, dan mereka meninggalkan bumi beserta manusia super setelah terjadi bencana di bumi dan kedatangan ras alien lainnya. Mereka melarikan diri kembali ke Planet Nibiru karena kedatangan Dua Bangsa Alien yang juga sa2ngat kuat yaitu Ras Monster kucing yang disebut Felis Catus dan Kerajaan Alien Humanoid yang disebut Moon Camelot Kingdom. Kedua bangsa itu mendirikan pangkalan di bulan dan mengancam keberadaan bangsa Nisnas.

Mereka meninggalkan bumi dan manusia super agar manusia bisa memulai peradaban baru sampai mereka kembali ke Planet Nibiru; sayangnya, ras alien itu sudah punah karena ledakan supernova bintang di planetnya.

Akibatnya ras manusia di Bumi terbagi menjadi dua golongan. Hellix dan Natural Sapiens.  Natural Sapiens merupakan sebutan bagi ras manusia biasa yang tidak mengalami modifikasi genetika selama era Bangsa Nisnas di bumi dan proses pembuahan berlangsung. Pada umumnya. Natural Sapiens merasa inferior terhadap  Hellix dan pada zaman kuno mengangap mereka sebagai dewa karena Hellix memiliki tubuh yang lebih kuat, otak yang lebih cerdas dan beberapa kelebihan lainnya. 

Hellix golongan ras manusia yang mengalami  peningkatan kemampuann akibat modifikasi genetika oleh alien , sehingga mereka mampu lebih cepat belajar, memiliki tubuh yang lebih kuat, dan lebih tahan penyakit, dibandingkan para manusia yang tidak melakukannya. Mereka lebih superior dibandingkan dengan manusia pada umumnya, baik secara fisik maupun secara mental.

 Hellix memiliki kekuatan yang melampaui batas manusia: bisa berubah wujud, memanipulasi energi, membaca pikiran, menyatu dengan alam semesta atau bahkan “berbicara” dengan dimensi yang tak terjangkau.

Di dunia yang penuh ketidakpastian, mereka dianggap sebagai titisan dewa kuno, atau bahkan sebagai evolusi sempurna manusia. Hanya para Hellix yang tahu pasti siapa mereka.

Dan itu justru yang membuat mereka misterius sekaligus menakutkan.

Mereka tak bisa membuktikan kebenaran, tapi kekuatan mereka bicara lebih keras dari sejarah.

Para Hellix biasa disembah atau dibenci oleh manusia biasa, karena mereka iri dengan kemampuan yang mereka miliki atau mengangap mereka sebagai dewa.

Tak semua kaum religius memandang Hellix sebagai ancaman, sebagian besar mengangap Hellix sesama hamba tuhan, saudara sesama manusia.

Namun, ketika pengikut agama yang menyembah dewa dewi diseluruh dunia mulai berkurang. Manusia Hellix yang dituduh menyekutukan tuhan dengan mengaku sebagai dewa terus dipersekusi oleh manusia, terutama pada era perang salib. Pada lukisan klasik abad pertengahan terlihat banyak manusia Hellix yang dipersekusi oleh pihak Religius  karena dianggap sebagai jelmaan setan yang menyamar dan berhala yang menyesatkan dan harus dihancurkan. Menyedihkannya siapapun bisa terlahir menjadi Hellix meski bukan keturunan Hellix, karena gen Hellix bermutasi acak diantara populasi manusia.

Namun, kenyataannya banyak orangtua yang takut anak mereka menjadi Hellix karena khawatir anaknya akan dipersekusi oleh masyarakat. Banyak orang yang takut dengan kekuatan super anak-anak Hellix, menganggap mereka identik dengan dewa-dewi pagan yang dianggap menyekutukan Tuhan, dan ini bisa membuat para Hellix menjadi sasaran diskriminasi atau bahkan pengucilan. 

Para dewa bukanlah Tuhan; mereka hanyalah alien bernama Nisnas yang sangat kuat dari galaksi yang jauh, para antariksawan kuno yang datang ke bumi dan dipuja oleh manusia yang tidak memiliki cukup pengetahuan tentang sejarah kelam mereka. Bangsa Nisnas memperbudak dan menyiksa manusia yang dianggap lemah untuk bersenang-senang dan menakut-nakuti mereka. Para dewa memiliki nama baru di zaman modern: Hellix, manusia dengan DNA untai ganda yang memiliki banyak kekuatan dibandingkan manusia lainnya. 

Samir adalah seorang yang sangat religius, yang  mempermasalahkan segala hal yang bertentangan dengan keyakinan yang ia anut. Ia percaya bahwa "manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna", kenyataannya manusia Hellix jauh lebih unggul dalam banyak aspek dibandingkan manusia biasa. Hal ini dapat menimbulkan ketegangan, karena bagi banyak orang religius, keyakinan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling superior bisa terancam oleh keberadaan makhluk yang lebih superior. Beberapa orang religius menganggap manusia sebagai khalifah di bumi yang paling sempurna karena memiliki akal dan nafsu. Namun, pandangan ini terbagi; ada yang ingin manusia hidup berdampingan dengan Hellix, dengan berpikir "Kita semua adalah hamba Tuhan, dan Hellix juga memiliki hak sebagai manusia," sementara yang lain menganggap Hellix sebagai makhluk rendahan yang tak seharusnya hidup karena perbedaan mereka, dengan pemikiran "Hellix adalah karya Iblis, bunuh mereka semua."

Sejak munculnya  banyak Hellix di zaman modern muncullah organisasi anti-Hellix yang iri dengan kekuatan mereka, Sekte Satrio Piningit yang dipimpin oleh Samir menyebut jika keberadaan mereka yang menyerupai dewa dari berbagai mitologi, membuat manusia berpotensi menyekutukan Tuhan. Ia menyebutkan bahwa Hellix adalah "monster luar angkasa" dan mendeklariskan bahwa semua harus dihancurkan "untuk menciptakan dunia yang biru dan murni." Organisasi-organisasi tersebut berniat mengusir dan memusnahkan Hellix dari bumi.

Samir dan pengikut sektenya membajak,meneliti ulang dan mengaplikasikan kembali teknologi Bangsa Nisnas untuk mengalahkan Hellix, menggulingkan pemerintahan dan menyatakan perang ke negara lain untuk memperluas Republik Surgawi Indusnesos. 

Di ruang bawah tanah yang gelap, cahaya redup dari obor-obor di dinding hanya cukup untuk menyinari wajah-wajah serius para anggota sekte. Udara terasa berat, penuh dengan keheningan yang menegangkan. Di tengah ruangan itu, Samir berdiri tegak, mengenakan jubah hitam yang mencerminkan kekuatan dan kewibawaan. Di sekelilingnya, para pengikutnya duduk melingkar, menunggu kata-kata yang akan keluar dari mulutnya dengan penuh perhatian.

"Mereka bukan manusia... mereka menyusup ke dalam tubuhmu, bangsamu, negerimu. Mereka menyesatkan rakyatmu... Merekalah Hellix. Bukan anak Tuhan. Tapi penghujat. Pengkhianat. Musnahkan mereka, dan dunia akan kembali murni. Sebelum kita menyucikan tanah air kita dari para hellix yang kotor, jangan harap tuhan akan memberikan kita kemenangan dari Terra Australilais"

XXX

Bumi bukanlah datar, melainkan bulat seperti bola, namun jauh lebih luas daripada yang selama ini kita ketahui. 

Di balik tembok es Antartika yang megah, tersembunyi sebuah wilayah luas bernama Terra Infinita — sebuah dunia tersembunyi yang luasnya jutaan kali lipat dari benua-benua di peta dunia. 

Di Terra Infinita inilah berbagai peradaban berkembang, mulai dari masyarakat maju hingga suku-suku kuno yang mistis, semuanya berada di bawah pengawasan dan kendali ras humanoid misterius yang dikenal sebagai Custodian. 

Selain peradaban yang beragam, Terra Infinita juga dihuni oleh monster-monster raksasa yang disebut Kaiju, makhluk purba dengan kekuatan dahsyat yang dikendalikan langsung oleh bangsa Custodian sebagai alat untuk menjaga dan memperluas wilayah kekuasaan mereka. 

Mereka adalah penjaga wilayah kekuasaan mereka di bumi, berdiri kokoh setelah mengalami masa kelam ketika dijajah oleh bangsa Nisnas, makhluk alien yang berasal dari luar kubah bumi. Bangsa yang menciptakan para dewa bagi umat manusia yang disebut sebagai Hellix.

Dahulu Custodian hanyalah bangsa biasa, namun trauma dan penderitaan akibat penjajahan Nisnas membuat mereka berubah menjadi sosok agresif yang kemudian mengendalikan pemerintahan manusia dari balik layar dan tak dikenal oleh mayoritas manusia, memastikan kekuasaan mereka tetap lestari dan tersembunyi dari pandangan dunia luar. Terra Infinita bukan hanya sekadar wilayah, tapi simbol dari sejarah tersembunyi, kekuasaan yang mengalir di bawah permukaan bumi yang kita kenal, dan kekuatan dahsyat yang siap mengguncang dunia kapan saja.

XXX

Samir memandang pengikutnya satu per satu, memastikan bahwa semua mata tertuju padanya. Setelah beberapa detik, ia mulai berbicara, suaranya rendah namun penuh penekanan, mengalir begitu tegas dan meyakinkan.

"Wahai Umat umatku yang patuh, Seluruh ajaran agama berasal dari Tuhan yang sama," katanya, "dari Grandmaster yang berbeda, yang diturunkan di setiap bangsa. Tak ada satupun bangsa yang tak memiliki Grandmaster. Namun, masing-masing bangsa menerima ajaran itu dengan distorsi yang berbeda-beda, tergantung pada budaya dan pengetahuan mereka."

Anggota sekte itu saling berpandangan, mengangguk pelan, namun tetap menunggu penjelasan lebih lanjut. Samir melangkah lebih dekat ke tengah lingkaran mereka, matanya berkilat tajam, menatap mereka seolah menantang untuk memproses kata-katanya.

"Ini termasuk juga keberadaan para Hellix dan alien antariksa kuno yang disalahpahami sebagai dewa oleh peradaban primitif," lanjutnya, suaranya semakin dalam, "Mereka yang terbatas dalam ilmu pengetahuan, melihat mereka sebagai entitas ilahi. Padahal mereka hanyalah makhluk dari dunia yang lebih maju, yang datang dengan teknologi yang tak bisa dipahami oleh pikiran manusia zaman itu. Seiring berjalannya waktu, kepercayaan-kepercayaan baru muncul, mengubah dan memperbesar distorsi ini."

Samir berhenti sejenak, menatap satu persatu wajah anggota sekte di hadapannya. Semua terdiam, mencerna kata-kata yang baru saja diucapkannya. Samir bisa merasakan ketegangan di udara, rasa ingin tahu yang mengalir melalui mereka, siap untuk mendengar lebih banyak.

"Agama-agama terlihat berbeda," Samir melanjutkan dengan suara yang lebih rendah, penuh makna, "Namun esensinya tetap sama. Semua itu untuk mengesankan Tuhan, untuk memahami kekuatan sejati yang lebih besar dari kita. Namun, ada satu hal yang harus kita ingat: Tuhan membenci para dewa. Tuhan membenci Olympian, membenci Aesir, dan membenci Bhatara."

Suasana semakin tegang. Kata-kata Samir yang penuh keyakinan menggema di ruangan itu. Para anggota sekte itu, yang biasanya terbiasa dengan ajaran-ajaran mainstream, mulai merasakan ada kebenaran dalam perkataan Samir. Namun, itu adalah kebenaran yang berbeda, kebenaran yang menuntut pengorbanan untuk diterima.

Samir bergerak lebih dekat lagi, mendekati salah satu pengikutnya yang duduk di depan. Wajahnya begitu serius, seolah menatap langsung ke dalam jiwa orang tersebut. "Semua itu adalah kebohongan yang harus kita singkirkan," tambahnya, suaranya makin lantang, menggema di seluruh ruangan. "Kita tidak bisa lagi terjebak dalam ilusi yang telah dipelihara oleh peradaban primitif dan sistem yang ada."

Anggota sekte itu terdiam, mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Samir. Ada perasaan yang menggelora dalam dada mereka, sebuah panggilan yang tak bisa diabaikan. Mereka tahu bahwa jalan yang akan mereka tempuh tak akan mudah, tetapi mereka juga tahu bahwa mereka telah dipilih untuk melangkah menuju kebenaran yang lebih besar.

Samir menatap mereka sekali lagi, kali ini dengan tatapan yang lebih mendalam, penuh wibawa dan keyakinan yang tak terbantahkan. "Kita adalah penuntun," katanya, suara tegasnya menggema, "Penuntun yang akan membawa umat ke jalan yang benar. Sebuah jalan yang bebas dari distorsi, sebuah jalan menuju pemahaman sejati tentang Tuhan yang lebih besar—Grandmaster kita."

Tanpa kata-kata lagi, mereka mengangguk, satu per satu. Mata mereka berbinar, dipenuhi dengan tekad yang baru ditemukan. Samir tahu, langkah mereka selanjutnya akan membawa mereka ke tempat yang tak terbayangkan sebelumnya, menuju sebuah kebenaran yang lebih tinggi, jauh melampaui semua keyakinan yang pernah mereka kenal.

Memakan bagian tubuh makhluk hidup lain berarti mendapatkan kehidupan dari makhluk hidup lain yang menjadi bagian dari tubuh si pemakan dan berbagi tubuh dengannya. 

Samir menolak memakan tubuh Hellix meski memakannya dapat memberinya  kekuatan manusia super dan hidup cukup lama sebagai  juru selamat,selain itu dia memiliki kesempatan melawan Hellix yang merupakan musuhnya secara lebih seimbang.

Memakan daging Hellix menawarkan Kekuatan di luar manusia biasa yang menggiurkan, namun dia tak sudi menjadi Hellix. Selain yakin bahwa memakan daging manusia Hellix haram, dia juga menolak menjadi Hellix, yang ironisnya sangat dia benci. 

Berubah menjadi Hellix sama saja berbagi kehidupan dengan makhluk lain, yaitu sel Hellix yang merupakan perwujudan dari dewa-dewi kuno orang kafir tersebut. Samir merasa sebagai juru selamat, dia harus menghargai berkah kehendak bebas dari Tuhan dan tak terperangkap oleh kekuatan yang ditawarkan iblis. Dia ingin memegang kendali atas tubuhnya sendiri sebagai mahluk yang lebih sempurna dari Hellix tanpa berbagi dengan siapapun, termasuk sel Hellix yang merupakan parasit penipu. Baginya, dia tak sudi melepaskan kehendak bebasnya sebagai manusia.

Saat satu kebenaran dipegang mutlak oleh satu orang (apalagi atas nama Tuhan), segala bentuk perbedaan bisa dianggap sesat.


Dalam sistem seperti itu,  pengkhianatan, dan kemanusiaan bisa dikorbankan atas nama kemurnian ilahi.

Jika kaum Hellix ditindas hanya karena "berasal dari keturunan dewa", maka Samir telah jatuh dalam rasisme spiritual.

Ia berpotensi mengulangi dosa yang dilakukan oleh Frankania — hanya dalam bentuk yang berbeda.

XXX

Samir Varvakeion adalah pahlawan perang yang dihormati di masa lalu — seorang veteran Republik Indusnosos, negara bagian paling kuat Federasi Brahmaloka, yang hancur di tangan Kekaisaran Terra Australialis.

 kebencian Samir terhadap Hellix bukan hanya ideologi spiritual, tapi juga bersumber dari luka geopolitik dan penghinaan nasional.

 Perang Surabaya menjadi titik balik kehancuran mental dan spiritual Samir.

Ketika Kekaisaran Terra Australialis berhasil menduduki Surabaya, jantung Republik Indusnesos, negara bagian terbesar Federasi Brahmaloka seluruh dunia melihat itu sebagai tanda kejatuhan kekuatan Asia Tenggara. Papua Barat menjadi wilayah panas — disewakan, tapi dipenuhi gerakan pemberontak pro-Brahmaloka.

Di ruang sempit bangsal psikiatrik penjara militer, Samir berdiri di depan jendela kecil yang tertutup jeruji besi, menatap jauh ke luar. Matanya yang kosong kini dipenuhi oleh sesuatu yang lebih gelap daripada sekadar kehancuran pertempuran yang ia alami. Di dalam benaknya, bayang-bayang masa lalu—Surabaya yang runtuh, suara ledakan, dan bau darah—terus berputar, namun semuanya kini berubah menjadi sebuah visi yang lebih besar. Visi yang membawa Samir ke tempat yang lebih tinggi, tempat di mana dia bukan lagi hanya seorang tentara yang kalah, tetapi seorang pemimpin yang dipilih oleh takdir.


Dalam kepalanya, suara-suara berterbangan, berperang dengan kenangan-kenangan yang tak ingin ia ingat. Setiap detik di sini, di antara dinding beton yang mengekang kebebasannya, adalah pengingat akan kegagalan besar yang baru saja menimpa tanah airnya—Republik Indusnesos.

Kekaisaran Terra Australialis telah memenangkan pertempuran besar yang menghancurkan Surabaya. Kota itu kini hanya tinggal puing-puing, dipenuhi dengan debu dan darah yang tak pernah benar-benar bisa dibersihkan. Surabaya, tempat yang dulunya hidup dengan segala kegemilangan dan kebanggaannya, kini berada di bawah cengkeraman kekaisaran yang tak kenal ampun. Dan, dengan hasil perundingan yang penuh penghinaan, Republik Indusnesos terpaksa menandatangani perjanjian yang memaksa mereka menyewakan Papua Barat kepada Terra Australialis selama seratus tahun.

Samir merasa seperti seorang prajurit yang telah disia-siakan, terjatuh dalam medan perang yang tak pernah dia inginkan. Memori medan perang masih mengguncang tubuhnya, meski kini tubuhnya berada jauh dari garis depan. Dia ingat betul bagaimana pertempuran itu terjadi—ledakan-ledakan yang memekakkan telinga, jeritan teman-temannya yang tertembak, bau darah yang menyengat. Di tengah kekacauan itu, Samir melihat teman-temannya, satu per satu, jatuh dalam sekejap. Wajah mereka membeku dalam kesakitan, dan matanya terus melirik ke arah Samir seolah meminta tolong, namun Samir tak bisa berbuat apa-apa.

Perang telah merenggut jiwanya, namun lebih dari itu, ia merenggut hati dan keyakinannya akan tujuan yang lebih besar. Kini, dengan perjanjian yang memalukan itu, Samir merasa seperti sebuah simbol kegagalan. Republiknya telah kehilangan wajah, dan ia hanya bisa merenung dalam diam. Ia menutup matanya, mencoba menenangkan pikirannya, namun bayangan kekaisaran yang menguasai tanah airnya terus menghantuinya. Mereka bukan hanya mengalahkan militer, mereka meruntuhkan segala yang Samir dan kawan-kawannya perjuangkan—mereka merampas kebanggaan sebuah bangsa.

Suara langkah kaki yang berat terdengar di koridor bangsal. Sesaat kemudian, seorang dokter psikiatri masuk. Wajahnya datar, seolah tak ada yang luar biasa dalam pandangan matanya. Mungkin sudah terlalu banyak pasien yang datang dan pergi di sini, sebagian bahkan hilang jati dirinya. Tetapi bagi Samir, setiap kali dokter itu datang, rasa cemasnya semakin menjadi. Mereka berbicara tentang pemulihan, terapi, dan obat-obatan. Semua itu hanya seolah-olah menawarkan jalan keluar, padahal Samir tahu, jalan keluar yang sejati telah lama tertutup.

"Samir," dokter itu menyebut namanya dengan lembut, "Bagaimana perasaanmu hari ini?"

Samir tidak menjawab. Ia hanya menatap dokter itu dengan tatapan kosong. Kata-kata seakan-akan terhenti di tenggorokannya, terhambat oleh suara-suara dari masa lalu yang terus berteriak di dalam kepalanya. Sejak pertempuran terakhir, sejak kehilangan segalanya, Samir merasa tak ada lagi ruang untuk kata-kata, tak ada lagi tempat untuk perasaan. Semua itu telah terkubur dalam kehancuran yang tak bisa dijelaskan.

Samir akhirnya mengangkat tangannya, menekan pelipisnya dengan jari-jarinya yang gemetar. "Mereka... telah mengalahkan kami," ujarnya pelan, hampir seperti bisikan. "Kami tidak bisa menang, kami sudah kalah sejak awal."

Dokter itu menghela napas, menunduk sejenak, lalu berkata dengan hati-hati, "Kami akan membantu kamu melalui ini, Samir. Kami akan berusaha agar kamu bisa menemukan kedamaian."

Tapi Samir tahu, kedamaian bukanlah sesuatu yang bisa ditemukan dengan cepat. Ia merasa, dalam dirinya, kedamaian itu sudah lama hilang, tenggelam bersama debu-debu Surabaya dan terperangkap di dalam perjanjian yang membuat tanah airnya dipermalukan. Sesekali, dia berpikir, mungkin dia adalah satu-satunya yang benar-benar mengerti apa artinya kehilangan. Apa artinya menjadi pecundang di tanah yang seharusnya dia lindungi.

Samir terbaring di atas kasur sempit di sudut bangsal psikiatrik penjara militer. Lampu redup berkelip di langit-langit, memantulkan bayang-bayang yang mengerikan di dinding yang tak terjaga. Tidur tak lebih dari mimpi buruk yang tak berujung, dan siang hari hanya berisi teriakan-teriakan yang datang dari pasien-pasien lain, yang juga terjebak dalam kegilaan mereka sendiri. Tetapi malam ini, malam ini terasa berbeda. Ruangan itu lebih gelap dari biasanya, lebih mencekam, seolah ruang dan waktu mulai memecah, meninggalkan Samir terjebak dalam dimensi lain yang lebih asing dan lebih nyata dari apapun yang pernah ia alami.


Dia duduk terbangun, keringat dingin membasahi dahinya. Suara napasnya terdengar berat di telinga, namun ada sesuatu yang lebih mengganggu. Lantai semen di bawahnya tampak bergelombang, seolah bergerak mengikuti irama hati yang kacau. Angin tak kasat mata berhembus, membuat rambutnya meremang, meskipun tak ada jendela terbuka. Ruangan yang sebelumnya begitu sempit kini terasa seperti ruang yang tak berujung.


Dan tiba-tiba, suara itu muncul. Suara yang lembut namun kuat, seolah berasal dari segala arah sekaligus. Samir menoleh, mencari asal suara itu. Di hadapannya, bayangan samar mulai terbentuk—bayangan yang tak memiliki bentuk fisik yang jelas, hanya cahaya yang menyilaukan dan suara yang menggetarkan jiwa. Itu bukan sekadar suara, itu adalah sesuatu yang lebih, sesuatu yang melampaui segala yang Samir tahu.


“Samir…” suara itu memanggil namanya, menggetarkan batinnya, membawa sebuah rasa yang tak bisa dijelaskan. “Samir, engkau dipilih.”


Samir terperanjat, tubuhnya gemetar. "Siapa... siapa kamu?" tanya Samir dengan suara serak, meski suara itu sudah jelas terdengar begitu dekat. Dia ingin bergerak, tetapi tubuhnya seakan terkunci dalam kegelapan.


“Engkau mendengar panggilan, Samir. Panggilan untuk membebaskan tanahmu. Untuk mengakhiri penderitaan rakyatmu. Aku, Tuhan yang Maha Kuasa, telah mengutusmu sebagai juru selamat. Hanya engkau yang bisa mengakhiri tirani, hanya engkau yang bisa menggulingkan junta militer yang telah menghianati bangsa Indusnesos.”


Samir merasakan darahnya berdesir, jantungnya berdegup kencang. Kata-kata itu memompa semangat yang begitu kuat, tetapi juga membuat kepalanya berputar. Tuhan? Tuhan yang berbicara langsung padanya? Semua yang telah terjadi—perang, kekalahan, kehancuran Surabaya—terasa seperti beban yang tak bisa ia lepaskan, dan kini, dengan suara ini, beban itu seolah diberikan padanya untuk dipikul.


"Tapi... aku hanya seorang tentara," bisiknya, seolah mencoba menyangkal suara itu, "aku tak bisa mengalahkan mereka. Aku… aku sudah kalah."


"Tidak, Samir," suara itu menjawab dengan tegas, namun lembut, "Kekalahanmu hanyalah ujian. Itu bukan akhir. Aku telah memilihmu, bukan karena kekuatanmu, tetapi karena keberanianmu untuk bangkit, bahkan setelah segalanya runtuh. Engkau akan membawa perubahan, engkau akan menggulingkan kekaisaran dan junta militer yang telah merusak negeri ini."


Samir menggigit bibirnya, jari-jarinya mengepal erat. Ada sesuatu yang tak bisa ia jelaskan dalam dirinya, sebuah api yang mulai menyala. Keyakinan yang sempat hilang, perlahan kembali muncul. Halusinasi ini—atau apakah itu benar-benar halusinasi?—seakan memberi arti baru bagi seluruh penderitaannya. Semua yang terjadi selama ini—perang, luka, dan kekalahan—seolah bukan sebuah kebetulan. Ini adalah takdir yang telah ditentukan jauh sebelumnya.


"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Samir, suaranya kini lebih tenang, seolah mulai menerima kenyataan yang mengalir melalui dirinya.


“Tunjukkan kepada dunia siapa dirimu,” jawab suara itu, lebih dalam, lebih menggema, “Bangkitlah, Samir. Kumpulkan mereka yang terluka, yang kecewa, yang tidak tahu arah. Aku akan memberi petunjukmu. Mereka yang telah mengkhianati bangsa ini harus dihukum, dan pengaruh luar yang menginjak tanahmu harus disingkirkan. Hanya engkau yang bisa mengakhiri penderitaan ini.”


Samir merasakan tubuhnya semakin terangkat, seolah dunia ini menghilang dan menggantinya dengan sesuatu yang lebih besar, lebih megah. Mungkin ini bukan sekadar halusinasi. Mungkin ini adalah saatnya untuk menerima takdirnya. Apa yang selama ini ia anggap sebagai kegagalan, kini menjadi jalan menuju kemenangan. Seperti sebuah kilatan cahaya yang menerobos kegelapan, Samir melihat visi yang lebih jelas—sebuah bangsa yang bebas dari cengkraman tirani, sebuah republik yang berdiri kembali dengan kemerdekaan yang sejati.


"Engkau bukan hanya seorang prajurit, Samir," suara itu berlanjut, lebih rendah namun penuh kekuatan. "Engkau adalah

Satrio Piningit—Ratu Adil yang telah lama dinanti. Bangkitlah, selamatkan negerimu. Saatnya tiba untuk menghapuskan penguasa yang telah merusak tanah airmu."


Samir mengangguk, meskipun tubuhnya masih terbungkam oleh keheranan. Di hadapannya, bayangan samar itu menghilang, tetapi pesan yang dibawanya tetap tinggal. Dalam keheningan yang mengikutinya, Samir merasakan kepercayaan yang baru—kepercayaan pada dirinya sendiri, pada takdirnya. Dia bukan lagi hanya seorang veteran yang terperangkap dalam trauma perang. Dia adalah Satrio Piningit, pemimpin yang ditakdirkan untuk menggulingkan junta militer dan membebaskan rakyatnya.


Saat cahaya di ruangan itu mulai memudar, Samir duduk tegak, matanya terbuka lebar, dan dengan suara yang penuh keyakinan, ia berkata kepada dirinya sendiri, “Aku akan memimpin mereka. Aku akan mengubah segalanya.”


Dan begitu, dalam kesunyian malam yang mengerikan itu, Samir menyadari bahwa dunia yang ia kenal telah berubah selamanya.

Pada malam hari, saat sepi menyelimuti bangsal itu, Samir kembali terjaga dari tidurnya yang gelisah. Dalam kegelapan, wajah teman-temannya yang telah gugur kembali muncul dalam bayangannya, seolah mereka bertanya, "Apa yang telah kau lakukan, Samir?"


Setelah kekalahan besar itu—Surabaya jatuh, Papua Barat disewakan kepada Kekaisaran Terra Australialis untuk seratus tahun—Samir merasa dunia runtuh di sekelilingnya. Tentara Republik Indusnesos yang gagah kini hanya kenangan, dan republik yang mereka bela harus tunduk pada sebuah perjanjian yang menghinakan. Setelah itu, Samir tak bisa lagi mengenali dirinya sendiri. Hatinya dipenuhi amarah, dan jiwanya tenggelam dalam kebingungannya. Dunia ini seolah tak lagi memiliki tempat bagi orang-orang sepertinya, orang yang hanya tahu cara berperang, orang yang kini tak tahu bagaimana melawan kekalahan terbesar dalam sejarah tanah airnya.


Namun, entah bagaimana, dalam kegelapan itu, sebuah pemikiran datang menyusup ke dalam benaknya—sebuah panggilan yang lebih kuat dari rasa takut atau keraguan. Dia tak akan terjatuh dalam kehinaan ini. Samir bukanlah sekadar prajurit yang tersesat. Dia adalah Satrio Piningit, Ratu Adil yang telah dijanjikan untuk membawa pembaruan, untuk mengusir junta militer yang telah mengkhianati rakyatnya, dan yang lebih penting, untuk menggulingkan pengaruh Kekaisaran Terra Australialis dari tanah Indusnesos.


Dengan keyakinan yang tumbuh dalam dirinya, Samir mulai menarik orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat yang terpinggirkan, yang terisolasi, dan yang terluka oleh sejarah panjang penindasan. Di bangsal psikiatrik itu, di bawah pengawasan ketat militer, Samir mulai berbicara. Awalnya hanya suara-suara dalam bisikan, namun kemudian semakin keras, semakin yakin.


"Saudaraku," kata Samir, berbicara kepada sekelompok pasien yang mulai mendengarkan, "kita bukanlah pecundang. Kita bukanlah orang yang kalah dalam takdir. Kita dipilih oleh Tuhan untuk membebaskan negeri kita, untuk mengembalikan kehormatan dan kemuliaan bangsa ini. Kita adalah Satrio Piningit, yang akan mengembalikan kekuasaan pada rakyat, bukan pada tangan-tangan yang telah mengkhianati kita!"


Matanya bersinar, penuh dengan api yang tidak dapat dijelaskan—sebuah api yang membakar, yang menarik mereka yang gelisah, yang kecewa, yang tidak memiliki tempat lain untuk berpaling. Di balik jendela yang terbelenggu itu, Samir melihat dunia dengan cara yang baru. Surabaya yang runtuh, Papua Barat yang terpisah, itu semua adalah ujian yang harus mereka lewati. Semua itu adalah bagian dari takdir besar yang mengarah pada kemenangan mereka, kemenangan yang akan datang dengan pengorbanan yang tak terelakkan.


Di balik tirai kegilaan yang ditimbulkan oleh trauma perang, Samir menemukan sebuah cara untuk bertahan: dengan membangun sebuah sekte sesat, sebuah keyakinan yang menggantikan rasa kehilangan dengan harapan palsu, namun harapan yang menguatkan. Setiap kata yang diucapkannya, setiap ajaran yang disebarkannya, menjadi batu fondasi bagi sekte yang kini mulai berkembang di dalam dinding penjara ini. Mereka yang mendengarkan mulai memanggilnya dengan sebutan yang lebih tinggi Satrio Piningit, sang pembebas yang akan memimpin mereka dalam perlawanan.


Samir tahu, pengaruh Kekaisaran Terra Australialis tak akan mudah digulingkan. Junta militer yang kini menguasai republik hanya menunggu waktu untuk meredam segala bentuk perlawanan. Namun, Samir tidak takut. Ia tak lagi melihat dirinya sebagai seorang tentara biasa yang terjerat dalam kekalahan, tetapi sebagai sosok yang memiliki misi yang lebih besar dari dirinya sendiri. Di dalam pikirannya yang kacau, dia merasa takdir Tuhan telah membawanya ke tempat ini, dan di sini lah ia akan mulai merancang kebangkitan besar yang akan mengguncang tanah airnya.

Hari-hari di bangsal psikiatrik itu, yang dulunya sepi dan mencekam, kini dipenuhi oleh suara-suara pengikutnya. Setiap malam, mereka berkumpul dalam bisikan yang menggema, membicarakan bagaimana mereka akan mengorganisir perlawanan, bagaimana mereka akan mengusir pengaruh asing, dan bagaimana mereka akan mengembalikan kemerdekaan kepada rakyat Indusnesos. Meskipun banyak yang menganggapnya hanya khayalan dari seorang pria yang kehilangan akal sehat, bagi Samir, itu adalah kenyataan yang tak bisa digoyahkan.

Dunia luar tak mengetahui perubahan yang sedang terjadi di dalam penjara ini. Junta militer yang mendominasi Republik Indusnesos masih meremehkan bahaya yang tersembunyi di balik dinding-dinding itu. Mereka mungkin mengira Samir hanya seorang veteran yang rusak, seorang pria yang tidak lebih dari sekadar kenangan tragis tentang perang. Tetapi Samir tahu—semakin dalam ia terjerat dalam keyakinannya sendiri, semakin kuat ia merasa sebagai bagian dari sesuatu yang lebih besar. 

Satrio Piningit bukanlah seorang pria yang kalah, bukanlah seorang pria yang dilupakan. Samir adalah pemimpin yang takdirnya sudah digariskan, dan meskipun ia terkurung di bangsal psikiatrik, ia tahu bahwa pertempuran yang sesungguhnya baru saja dimulai.

Samir menolak kembali ke militer atau pemerintahan pusat.


Ia membentuk Temple of Independence, mengubahnya menjadi pusat keagamaan dan politik yang ekstrim.


Dalam waktu singkat, ia menyatukan para eks-tentara, pengungsi perang, korban bencana, dan fanatik yang kecewa pada Hellix, menjadi sebuah gerakan baru:

 “Gerakan Pemurnian Umat.”

Sebagai orang xenofobia dan anti-asing, para Hellix yang memiliki kekuatan super dituduh sebagai penyebab kepunahan manusia. Tuduhan lainnya termasuk menjadi antek asing dan mata-mata Pemerintah Terra Australialis yang ingin menghancurkan kedaulatan negara.


Masyarakat Indusnesos saat itu menganggap para Hellix di militer sebagai kelompok licik dan oportunis tanpa nasionalisme. Mereka dianggap lebih setia kepada sesama Hellix daripada negara. Republik Surgawi berpendapat bahwa manusia adalah ras mulia yang paling unggul sebagai pilihan Tuhan.


Para Hellix berperang bukan untuk membela negara, melainkan untuk melindungi kelompok mereka. Kesetiaan mereka diragukan dan sering dituduh sebagai antek asing, terutama kekaisaran Australia. Hal ini disebabkan Australia mengesahkan undang-undang dan kampanye hak asasi para Hellix.


Teori konspirasi liar menyatakan bahwa Hellix adalah kelompok elitis negara rahasia yang akan menghancurkan negara dan menyerahkannya ke kekaisaran Australia Raya. Mereka didoktrin sejak kecil bahwa para Hellix adalah jahat, meskipun tidak terbukti. Pengalaman buruk dengan Hellix yang menyalahgunakan kekuatan juga memperkuat pandangan ini.


XXX

Di sebelah barat Federasi Brahmaloka  ada benua raksasa bernama Aerika. Bangsa penyihir memiliki kerajaan sendiri di Benua utama Bhumiwidpa , tapi di benua lain terutama di Frankania , negeri para dewa, bangsa penyihir hanyalah subjek republik. 

Bahkan, negara ini juga menyewa jasa tentara bayaran Ronninvia Group untuk menumpas sekte-sekte penyihir separatis di negara bagian selatan dalam perang saudara.

Di benua Aerika, berdiri negara manusia terkuat:  Republik Frankania negeri yang didominasi oleh demigod atau manusia setengah dewa, sebuah republik luas yang lahir dari revolusi melawan tirani para dewa di menara Babel, negara ini adalah wilayah Induk Republik Frankania. Namun, kejayaan mereka mulai meredup. Republik ini adalah sebuah negara adidaya yang merupakan saingan berat sekaligus sekutu dekat Federasi Brahmaloka di  Planet Pimy. 

Di selatan, Kekaisaran Iblis Azhgareth — bangsa berumur panjang dengan sihir gelap dan kekuatan perang luar biasa — melancarkan ekspansi brutal ke kerajaan-kerajaan kecil yang berada di antara perbatasan mereka dan Republik Frankania. Desa-desa terbakar. Kerajaan jatuh satu demi satu. Jutaan pengungsi melarikan diri ke utara, ke tanah Colombia. Perdana Mentri mereka Fledermaus von Mephistoles mengklaim jika Dinasti Azghareth adalah keturunan langsung Aulgelmir Apollion, dewa dan leluhur bangsa iblis,

Kekaisaran Iblis Azghareth yang dipimpin Ratu Carmilia Bathford dulunya adalah Kadipaten Agung Azazelian wilayah terbelekang milik Republik Frankania yang terus didiskriminasi pemerintah pusat karena dihuniu mahluk mahluk kegelapan, keturunan dan titisan Kurawa  dan orang orang Kasta Sudra atau Plebs yang tak memiliki kekuatan dewa. Mereka melancarkan berbagai gerakan separatisme melawan Frankania dan terlalu kuat untuk ditumbangkan .

Di tengah arus pengungsi yang membludak, konflik internal, dan tekanan politik, Departemen Pertanian dianggap sebagai beban keuangan. Albrecht Vance, Menteri Pertanian, dikenal sebagai pria pendiam dan birokrat tulen, dianggap tidak kompeten, dan telah dijadwalkan untuk dicopot dalam reformasi kabinet.

Dia dianggap sebagai presiden patricius   gila yang ingin menghapus perbudakan Elf oleh penyihir, dia juga berusaha menghapus Forsaken realms di Azazelian  agar manusia biasa tanpa kekuatan demigod bisa hidup berdampingan dengan demigod, karena dia percaya semua mahluk hidup terlahir setara.


Namun segalanya berubah dalam semalam.

---


Pada malam gelap tanpa bintang, ledakan mengguncang Gedung Capitol di Columbia City, ibu kota Republik Frankania. Presiden Harold Weyland, seluruh kabinet, dan hampir seluruh anggota DPR tewas dalam serangan terkoordinasi. Ledakan ini dilakukan oleh kelompok tak dikenal, namun bukti menunjukkan keterlibatan kekaisaran Iblis atau sekutunya dari Selatan.


Albrecht, yang selamat hanya karena ketidakhadiran dalam rapat (ia sedang dalam kunjungan pertanian di luar kota), secara teknis adalah satu-satunya pejabat federal yang tersisa dalam urutan suksesi—meski bukan orang yang diinginkan oleh siapa pun. Dalam kekacauan, militer dan Mahkamah Agung menyatakan dia sebagai Presiden Darurat.


---


Rakyat marah. Parlemen hancur, ekonomi lumpuh, dan pasukan iblis telah menyusup ke perbatasan selatan. Rakyat mempertanyakan kenapa “menteri pertanian” yang tak dikenal memimpin negara saat krisis.


Jurnalis menyebutnya "Presiden Sayur" — bukan hanya karena latar belakangnya, tapi karena dianggap tak punya nyali dan arah.


Namun, Albrecht adalah pria dengan pandangan yang berbeda. Diam-diam selama bertahun-tahun ia menyusun riset pertanian revolusioner: kristal magitek yang bisa menumbuhkan panen dalam semalam dan menyerap sihir hitam. Ia mengerti satu hal yang dilupakan semua elit politik: tanpa pangan, perang akan kalah.


---


Dengan otoritas darurat, Albrecht membentuk Cabinet of the Soil, kabinet darurat dari para ilmuwan, petani veteran, dan jenderal tua yang terlupakan. Ia memulai proyek rahasia: "Tanah Merah", mengubah perbatasan selatan menjadi zona pertahanan agro-militer — ladang yang menyerap sihir jahat dan memberi makan jutaan.


Ia juga menyambut para pengungsi dengan tawaran tanah dan kewarganegaraan: sebuah langkah yang membangkitkan amarah politisi konservatif yang tersisa, tapi mulai membangun tentara rakyat, terdiri dari manusia dan pengungsi Selatan yang punya dendam pribadi terhadap Kekaisaran Iblis.


---


Namun, tak semua musuh berasal dari luar.


Beberapa jenderal merencanakan kudeta. Para industrialis ingin perang menjadi ajang bisnis, bukan kemanusiaan. Dan di bayang-bayang, sebuah Ordo Gelap yang menyusup ke elit  Frankania sejak lama, mulai menggerakkan pion mereka. Mereka tak ingin dunia bersatu melawan iblis — karena mereka adalah bagian dari kegelapan itu sendiri.


---

Kerajaan Sihir Avalorpuraheim memutus hubungan diplomatik dengan Frankania karena mendukung sesama penyihir di negara bagian selatan Frankania melakukan pemberontakan terhadap pemerintah pusat yang dikuasai manusia.

Bagian selatan benua Aerika, di dataran tinggi yang dikenal sebagai Esmira, selama ratusan tahun berdiri komunitas eksklusif penyihir berdarah murni yang menyebut diri mereka sebagai Kaum Tertua. Mereka panjang umur, hidup dalam menara kristal dan memperlakukan sihir bukan sebagai alat bantu umat manusia, melainkan sebagai hak ilahi keturunan langit. Di selatan Esmira wilayah yang dikenal sebagai Brazil dan Argentina ada wilayah buangan bernama Forsaken Realms yaitu Kadipaten Agung Azazelian.  Di bagian tenggara ada Kekaisaran Iblis Azghareth.


Di bawah bayang-bayang pemerintahan Frankania, mereka hidup dalam status semi-otonom, mengandalkan tenaga kerja elf, ras yang mereka anggap "alami untuk tunduk pada sihir" — dijadikan  budak kontrak selama ratusan tahun untuk pertanian magis, pengolahan kristal, dan penambangan energi aether.


Namun , Frankania mulai meloloskan serangkaian Undang-Undang Emansipasi, hasil tekanan dari kelompok humanis, gereja, dan aliran republikan progresif. Undang-undang itu menyatakan:


“Setiap makhluk berakal, termasuk bangsa elf dan Forsaken Realms , memiliki hak untuk memilih hidup dan pekerjaannya.”



Merasa terancam secara ekonomi dan ideologis, para Archmage Selatan berkumpul dalam konklaf rahasia dan mendirikan Konfederasi Si’Vareth — negara baru yang mengklaim pemisahan dari Frankaniaatas dasar “kedaulatan sihir dan tradisi kuno”.


Pemerintahan Si’Vareth dipimpin oleh Dewan Enam Archmage, namun figur yang menonjol adalah High Arcanist Vel’Maelor, penyihir legendaris berumur 500 tahun yang percaya bahwa perbudakan elf adalah simbiosis ilahi, bukan penindasan. Ia menyebut pembebasan para elf sebagai “kebiadaban moral kaum barbar utara”.


Konfederasi ini secara rahasia menjalin aliansi dengan Kekaisaran Iblis Azhgareth, menawarkan mereka akses ke ladang magitek elf, sebagai imbalan atas dukungan militer, pasokan kristal kegelapan, dan kekuatan sihir terlarang.


---


Kini  Republik Frankania menghadapi perang di dua front:


1. Di selatan-timur, invasi langsung dari Kekaisaran Iblis.

2. Di selatan-tengah, pemberontakan terorganisir oleh Si’Vareth, yang mendalangi sabotase, sihir kegelapan, dan kampanye disinformasi bahwa Frankania adalah “tirani manusia yang menindas kebebasan sihir.”


Konfederasi menunggangi retorika anti-manusia dan menggambarkan Frankania sebagai ancaman terhadap peradaban sihir dan tradisi kuno. Banyak penyihir independen, alkemis, bahkan beberapa ordo ksatria tua mulai bersimpati pada Konfederasi, terutama mereka yang merasa tersingkir dari politik manusia yang sekuler dan rasialis.


---


Presiden Albrecht Vance, di tengah tekanan luar biasa, memerintahkan penyelidikan mendalam ke praktik perbudakan elf oleh Si’Vareth. Hasilnya mengejutkan: para elf bukan hanya dijadikan budak, tetapi juga dikorbankan dalam ritual untuk menyuburkan ladang, memperkuat dinding sihir, bahkan menciptakan senjata hidup.


Sebagai tanggapan, Albrecht menyiarkan temuannya ke seluruh rakyat — menggunakan teknologi proyektor magitek dan jaringan burung pesan — untuk mempersatukan opini publik melawan Konfederasi dan Kekaisaran.


Tapi tidak semua menerima kenyataan itu. Di dalam Frankania sendiri, kelompok-kelompok konservatif dari negara bagian selatan mulai menyatakan simpati pada Konfederasi. Sebagian bahkan mulai menyebut Si’Vareth sebagai "harapan terakhir untuk peradaban sejati."


---


Sementara itu, para elf yang melarikan diri dari ladang-ladang Konfederasi mulai membentuk milisi sendiri: Pasukan Cahaya Terakhir (The Last Light Legion) — pasukan elf yang berjuang demi kemerdekaan ras mereka.


Albrecht, meski dicaci banyak pihak, justru menerima mereka dalam tentara federasi, menjadikan pasukan elf sebagai simbol persatuan baru antara ras dan sihir untuk melawan tirani kuno.

XXX

Tengah malam, hujan badai mengguyur lembah selatan Esmira. Di balik kabut lembut dan kabin bobrok, seorang wanita tunawisma melahirkan seorang bayi lelaki. Ia tak punya nama, tak punya tempat tinggal, hanya nyanyian lirih tentang masa depan.

Malam itu, ia melakukan satu tindakan yang mengubah sejarah: ia menyelundup masuk ke luar gerbang Istana Kristal Thalyssa Elyon, markas Ordo Agung Penyihir Putih, dan meninggalkan bayinya di altar api.

Di antara mereka yang menemukan bayi itu adalah Lady Seraphielle Elyon, penyihir tertua dan terkuat dari klan Elyon, berjuluk “Pembakar Langit” — wanita elegan berusia lebih dari seribu tahun, pemimpin klan yang pernah membunuh salah satu Kaisar Iblis, Mal’turach, dalam duel satu lawan satu seratus tahun sebelumnya.

Melanggar segala protokol, Lady Seraphielle mengadopsi bayi manusia itu, memberi nama: Albrecht — “yang luhur dalam tanah.”

Albrecht dibesarkan di dunia penyihir selatan — istana kristal, tata cara aristokrasi sihir, dan pelajaran dari para archmage. Tapi karena ia manusia biasa, bukan penyihir, ia dipandang rendah oleh kaum bangsawan. Bahkan setelah ia belajar magitek dan ilmu pertanian magis, banyak yang menyebutnya sebagai “hewan peliharaan Lady Elyon.”

Tapi Lady Seraphielle tak memperlakukan Albrecht sebagai alat. Ia mengajarinya bahwa sihir bukanlah soal darah, tapi soal kehendak hidup.

Namun dunia berubah. Saat ia remaja, Parlemen Utara di Frankania mengesahkan serangkaian Reformasi Moral, termasuk:

Pembatasan ritual sihir berdarah.
Pelarangan pengorbanan elf dalam pertanian.
Penetapan elf dan ras lain sebagai makhluk bebas dan setara.

Apa yang bagi kaum republikan di utara dianggap sebagai langkah keadilan, bagi kaum penyihir di selatan adalah penghinaan paling memalukan terhadap tatanan sosial ribuan tahun.

---


Sebelum undang-undang itu, para penyihir hidup berdampingan dengan manusia setengah dewa di Frankania . Bahkan mereka membayar upeti ke Frankania sebagai bentuk kontribusi ekonomi dan keamanan. Penyihir diberi otonomi dalam wilayahnya, dan para bangsawan sihir adalah penyumbang terbesar untuk riset, pertahanan, dan pertanian magitek.

Tapi dengan UU baru itu, tiba-tiba sihir menjadi dikontrol negara. Penyihir dipaksa tunduk pada moral manusia fana. Tradisi dianggap barbar, upeti dianggap pajak tanpa kehormatan. Ini adalah pecahnya kepercayaan.

Lady Seraphielle memohon pada Albrecht muda untuk menjadi jembatan — “Satukan kami. Kau tahu cinta kami. Tapi juga pahami ketakutan mereka.”

Namun seruan damai tenggelam oleh suara propaganda dan darah. Para penyihir pecah. Separuh tetap setia pada Frankania. Separuh lainnya membentuk Konfederasi Si’Vareth dan bersekutu dengan Kekaisaran Iblis demi menjaga “kemurnian sihir.”

---


Bertahun-tahun kemudian, Albrecht Vance naik secara misterius ke kursi kekuasaan setelah serangan teroris yang memusnahkan seluruh pemerintahan.

Kini, ia duduk di singgasana tertinggi sebagai anak dari dua dunia,  anak dari rakyat biasa yang dibuang dan anak angkat dari penyihir legendaris.

Ia tahu kekaisaran iblis adalah ancaman.
Tapi ia juga tahu bahwa kebencian dan pengkhianatan dari Konfederasi Si’Vareth berasal dari luka yang dibuat oleh idealisme buta Frankania sendiri.

XXX

Ketika perang meletus, Albrecht ditolak oleh dua dunia:

Di Frankania, ia adalah “anak penyihir.”
Di Si’Vareth, ia adalah “manusia lemah dan pengkhianat ras.”

Lady Seraphielle mencoba berdamai, namun Dewan Enam Archmage menyebutnya “gila karena kasih pada manusia.” Ia dibuang, ditantang duel, dan menghilang dalam pertempuran melawan High Arcanist Vel’Maelor.

Albrecht percaya ibunya gugur dalam duel itu.



XXX

Dunia yang dihuni oleh para Viking adalah sebuah pulau yang disebut Benua Eropa Utara, yang mereka sebut sebagai Midgard. Benua ini selalu terancam bahaya dari luar pulau. Benua Aerika, yang berada di luar Eropa, berada di bawah kekuasaan raksasa es yang disebut Jotun mereka menindas Penduduk asli Aerika termasuk dewa Dewi Bangsa Aztek. Jotun terletak di luar Eropa dan dikenal sebagai kerajaan Utgard, yang dipimpin oleh Thrym, Raja Raksasa Es atau Jotunheim. Jotunheim adalah tempat tinggal raksasa-raksasa curang yang melakukan segala tipu daya untuk menaklukkan dunia. Wilayah ini saat ini berada di Benua Amerika, yang kini menjadi bagian dari wilayah kekuasaan terbesar dan utama Republik Frankania. Republik Frankania adalah negara berbahasa Germanik yang didirikan di bekas wilayah kerajaan para Jotun atau raksasa es yang dikalahkan oleh sang dewa petir. Para pendiri Imperium Republik Frankania adalah keturunan Pangeran Aneas dari Troya, yang setelah kerajaan mereka dikalahkan oleh orang Yunani, melarikan diri dari Anatolia ke Kota Romulus dan mendirikan bangsa Frankania. Bangsa ini berbicara bahasa Latin dan Germanik dan kemudian menjajah orang Yunani, mengganti nama dewa Yunani seperti Hermes menjadi Mercury, dan melakukan perubahan lainnya. Salah satu cara yang dilakukan oleh Jotun untuk menghancurkan umat manusia dan para dewa sambil menanti Ragnarok, kiamat para dewa, adalah dengan menculik Dewi Freyja, Dewi Kesuburan Nordik. Jika mereka berhasil, tidak ada lagi makanan di ladang, dan tidak ada wanita manusia maupun Dewi yang dapat melahirkan anak, yang dapat menyebabkan kepunahan massal. Namun, para dewa berhasil mencegah rencana jahat ini.

Meski negara negara di bumi fajar tertinggal sekitar 200 tahun dari bumi di kehidupanku sebelumnya.dalam bebeberapa aspek teknologinya lebih maju, zaman victoria tapi modern. Republik Frankanka mendirikan Negara Bumi Serikat, sebuah organisasi pemerintahan besar yang memiliki para Pahlawan dengan kekuatan dewa dari berbagai pantheon peradaban manusia.

Midgard, Marcapada alam manusia, di mana Republik Frankania menguasai dan menjajah alam para dewa dengan memaksa menurunkan manusia setengah dewa.

Republik Frankania mengumpulkan berbagai pahlawan dewa fana dari berbagai Era Epik Mitologi dan para dewa dari berbagai Pantheon seperti Olympia, Bharata atau Nusataradwipa dan Norse.  

Republik Frankania melarang para pahlawannya menggunakan topeng, untuk mempertanggungjawabkan peran mereka pada negara.

Mereka memainkan peran penting sebagai cikal bakal berbagai konflik yang terjadi di dunia ini. Seluruh negara bersatu di bawah satu organisasi; kekuasaan Unifikasi Dunia memiliki kekuasaan yang sangat luas sebagai bentuk dari negara-negara dunia yang bersatu. Seluruh dunia, termasuk Republik Frankania, menjadi bagian dari Negara Bumi Serikat.

Frankania adalah republik sekaligus negara bagian yang menjadi pusat pemerintahan Negara Bumi Serikat. Seluruh dunia tunduk pada konstitusi yang dianut Negara Bumi Serikat, dan seluruh makhluk tunduk pada hukum Negara Bumi Serikat.

Meskipun mungkin 90 persen negara di dunia bergabung dengan Negara Bumi Serikat dan sisanya tidak bergabung serta memiliki konstitusinya masing-masing, yang kuat akan menginjak yang lemah karena posisi Negara Bumi Serikat yang dikendalikan Frankania. Kebijakan negara yang tak tergabung mau tak mau akan terpengaruh oleh hukum yang berlaku di Negara Bumi Serikat.

Sekuat apapun negara independen, mereka pasti akan kalah suara karena seolah-olah Negara Bumi Serikat memiliki posisi politik terpenting di dunia. Negara-negara yang tak tergabung dengan Bumi Serikat pasti akan terkena imbasnya.

Alasan mereka menciptakan dan bersatu menjadi Negara Bumi Serikat adalah karena mereka menyadari bumi sedang tidak baik-baik saja. Kerusakan alam di mana-mana dan sumber daya alam menipis diikuti meningkatnya populasi manusia.

Negara Bumi Serikat mirip dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa, namun dengan sistem kekuasaan yang berbeda. Negara Bumi Serikat adalah sebuah negara adidaya yang membawahi hampir seluruh negara di dunia di bawah satu bendera, sedangkan PBB hanya organisasi internasional. Negara Bumi Serikat menggabungkan setiap ideologi dan pemerintahan dari setiap negara yang ada untuk bersatu.

Untuk mencegah kepunahan manusia karena kerusakan alam, negara-negara di dunia menyatukan kekuatan dewa mereka dan bersatu di bawah Negara Bumi Serikat. Mereka mulai menyatukan pemikiran mereka agar selaras, sehingga manusia hidup di bawah tatanan dunia yang satu, yaitu Bumi Serikat. Dengan begitu, Negara Bumi Serikat memilih kekuasaan politik untuk mengatur keseimbangan alam di dunia, mempersatukan manusia di bawah satu kesadaran yang sama untuk melestarikan alam.

Setelah perang besar, batas antar negara sudah tak ada lagi. Kerusakan alam yang ada di bumi dapat dikendalikan dengan kebijakan terpusat yang dikendalikan Negara Bumi Serikat. Mereka bertekad membawa perubahan besar untuk menciptakan keseimbangan alam dan perdamaian dengan menciptakan Akademi Asosiasi Pahlawan.

Apakah tujuan Republik Elfen Lies Frankania mendirikan Negara Bumi Serikat memang untuk kepentingan manusia, menciptakan pahlawan super dan inovasi baru untuk melindungi manusia dari kerusakan alam dan peperangan? Kenyataannya, Negara Bumi Serikat bukan lagi dibentuk untuk menciptakan bumi yang selaras dengan alam, melainkan membuat pemerintahan baru yang lebih luas dengan kekuatan dewa mereka dan menciptakan sistem kelas sosial yang diskriminatif pada manusia minoritas yang tak memiliki kekuatan super.

Bumi Serikat dibentuk atas dasar politik dan kekuasaan yang paling dicari manusia untuk mengontrol orang lain. Lagipula, untuk membantah alasan moral dibentuknya negara ini, tidak semua negara di bumi memiliki tingkat kerusakan alam yang sama, jadi pendirian pemerintahan tunggal bukanlah satu-satunya solusi untuk menyelesaikan permasalahan berbeda dan kompleks yang ada di setiap negara tersebut. Bumi Serikat adalah bentuk paksaan negara-negara, seperti Republik Frankania yang memiliki kekuatan dewa lebih besar terhadap negara kecil yang lebih lemah. Lahirnya Negara Bumi Serikat hanyalah taktik penguasa politik di dunia untuk menguasai dunia. Jika dunia bersatu di bawah kekuasaan mereka, tak ada yang bisa mengalahkan mereka. 

Jadi, beberapa negara yang tak ada hubungannya dengan perang maupun kerusakan alam di bumi seolah-olah dipaksa bergabung secara intimidatif dan terselubung di bawah kekuasaan negara adidaya yang berkoalisi untuk membentuk negara super. Menghapuskan kerusakan alam di bumi dan membentuk pahlawan super untuk mencegah perang hanya menjadi alasan untuk menancapkan kekuasaan tokoh politik pada seluruh negara di dunia. Bahkan tak jarang pahlawan super dijadikan alat kediktatoran penguasa untuk menekan kelompok dan negara minoritas alih-alih mencegah peperangan.

Negara bagian di  Negara Bumi Serikat memiliki penguasa sekelas perdana menteri yang sudah berkuasa sebelum berdirinya satu pemerintahan global negara tunggal ini. Negara ini memiliki jabatan sebagai raja, presiden, hingga gubernur jenderal. Sedangkan jabatan sebagai puncak kepemimpinan tertinggi adalah Presiden Patricius Elfen Lies Frankania.

XXX 

Setelah mendapat kekuatan Reptilians aku berhasil memperoleh kekuatan Telepati mereka dan menemukan informasi menarik tentang pemimpin mereka. 

Naga Pharaoh yang memiliki gelar Lord Destrobrutus Elogabalus, penguasa kejahatan salah satu binatang peliharaan Aulgelmir Apollion, bangkit dengan kekuatan kegelapan yang mengerikan. Dia adalah naga, mahluk yang lebih rendah dari para dewa dan malaikat tetapi tetap sangat kuat dan abadi. Ia dulunya adalah pemuja Sanctuary yang paling taat tapi kemudian beralih kesetiaan kepada Aulgelmir Apollion karena terpesona oleh kekuasaannya.

Ia ingin menaklukkan seluruh Mars dan menindas semua kehidupan di sana. Untuk menghentikannya, empat Dewa Naga bersatu dan menggunakan empat Senjata Dewa yang legendaris. Mereka dibantu oleh dua belas dinosaurus Shio, yang merupakan penjaga zaman purba dengan kekuatan luar biasa.


Setelah pertarungan sengit, Pharaoh berhasil dikurung dalam penjara magis yang tersembunyi di dalam gunung tertinggi Mars. Namun, kekuatannya tidak benar-benar lenyap.


Dewa Naga dan para dinosaurus Shio tahu suatu saat nanti Pharaoh akan bangkit kembali. Mereka pun mengadakan pertemuan rahasia.


“Kita harus mempersiapkan generasi baru untuk melawan Pharaoh,” kata salah satu Dewa Naga.

“Tapi kita tidak bisa menggunakan makhluk dari dunia kita saja,” jawab seekor dinosaurus Shio.

“Kita harus mencari bantuan dari makhluk lain, dari dunia lain…”


Lord Destrobrutus Elogabalus adalah dewa yang memimpin bangsa Reptilians, dia bukan dewa dari mitologi manapun melainkan dia adalah sebuah entitas kosmologi yang sudah ada sebelum asal muasal dari segala sesuatu di alam semesta bahkan para dewa atau Elder of the Universe, dia kegelapan murni yang lebih tua dari Brahman sang zat pencipta yang dipuja bangsa Nusantaradwipa atau bahkan chaos yang merupakan kekacauan dan ledakan kosmos di mitologi Yunani, dia tak memiliki wujud fisik jadi sulit dibunuh. Destrobrutus  memiliki banyak pengawal yang disebut Gnomous, semacam kurcaci taman mekanik yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan waktu dan mereka berusaha menertibkan orang orang yang melanggar aturan penjelajah waktu dan merusak semua timeline. 

Tahun 10.000 sebelum masa sekarang, langit Bumi terbelah dalam semburat cahaya yang tidak berasal dari matahari. Di atas samudra yang kini telah tenggelam, sebuah bangsa dari bintang tiba—Reptilians, pengelana angkasa yang mencari rumah baru setelah kehancuran planet asal mereka. Mereka membangun peradaban agung: Atlantis, mahakarya ilmu pengetahuan dan kekuatan.

Mereka dipimpin oleh Xarath, Jendral yang dijuluki sebagai raja iblis luar angkasa  yang menjadi Jendral setia Naga Pharaoh dan penyembah Aulgelmir Apollion,  Atlantean juga memiliki banyak koloni luar angkasa salah satu yang terbesar adalah di Planet Aqua, planet yang dihuni oleh Marmaid atau putri duyung. Dia adalah salah satu penguasa yang berusaha menemukan Empire of Fantasy demi menguasai jagat raya.

Namun, bumi bukan tanpa pelindung.

Dari kedalaman mimpi kosmis dan kabut zaman purba, bangkitlah sang penjaga dunia, makhluk magis yang dikenal manusia hanya sebagai legenda terlarang: Cthulhu. Ia bukan iblis. Ia bukan dewa. Ia adalah harmoni kehendak alam, entitas yang ditakdirkan menjaga keseimbangan antara dunia dan kehendak bintang-bintang. Ia adalah wahana atau hewan tunggangan Aulgelmir Apollion di zaman para dewa.

Pertempuran terjadi. Lautan mendidih. Langit terbakar. Dan ketika Atlantis hampir runtuh, Cthulhu dikalahkan—disegel dalam ruang dan waktu oleh teknologi Planet Atlantean, dan Atlantis bertahan... untuk sementara.

Chaos sendiri adalah entitas tak berwujud dan tanpa kepribadian, tidak memiliki nafas atau jiwa seperti manusia dan dewa. Ia hanyalah benda mati yang mewakili kekacauan dan kekosongan yang melahirkan segala sesuatu di alam semesta, termasuk para dewa.

Mereka juga yang bertanggung jawab terhadap Inkranasi para ksatria seperti Wisanggeni dan Dewa Erlang Shen.

Di masa lalu yang sangat jauh, di planet merah yang kini dikenal sebagai Mars, hiduplah makhluk-makhluk luar biasa: naga perkasa dan dinosaurus bijaksana. 

Mars adalah planet keempat dari Matahari, sering disebut "planet merah" karena warnanya yang merah kemerahan. Mars adalah planet berbatu dengan atmosfer tipis dan sering dijuluki "planet merah". Mars juga dikenal sebagai planet yang musimnya paling mirip dengan Bumi. 


Lord Destrobrutus Elogabalus hidup di alam kehampaan yang eksistensinya di luar akal dan Indrawi manusia, bahkan tak mampu dijangkau oleh alam surgawi. Bahkan Dewa Krishna yang dianggap sebagai perwujudan tuhan atau perpanjang takdir oleh pengikutnya sangat takut dengan Destrobrutus Elogabalus yang merupakan antitesis dari takdir itu sendiri yaitu kekacauan. Dia adalah monster yang tak peduli dengan alam semesta.

Menyebut nama Destrobrutus Elogabalus adalah hal tabu dikalangan dewa Dewi Mesir, Amun Ra bisa menghukum dewa lainnya, bahkan jika mereka hanya menyebut namanya karena dipercaya bisa membawa malapetaka.

Ada salah satu dewa bumi yang mencoba melihat kedalam alam kehampaan dan mencoba melihat wujud asli Destrobrutus Elogabalus, konon dewa itu kehilangan kewarasannya.

Di alam semesta, awalnya alam semesta kosong tanpa apa pun. hingga muncul empat konsep primordial akibat ledakan kekacauan, yaitu Dewi Gaea (Bumi), Tartarus (Neraka), Erebus (Kegelapan), dan Eros (Cinta). 

Selain Gaia, terdapat juga Tartarus, sebuah gua gelap yang terletak di bawah bumi, yang dalam mitologi Yunani diibaratkan sebagai neraka. Ada pula Niks, yang melambangkan malam, Erebus yang merupakan kegelapan di angkasa, dan Eros yang menggambarkan hawa nafsu.

Dengan hadirnya Eros, Gaia melahirkan Uranus, dewa langit, dan Pontos, dewa laut. Uranus kemudian menjadi suami Gaia.

Dari hubungan mereka, lahirlah para Titan generasi pertama, yang terdiri dari enam Titan pria yaitu Koios, Krios, Kronos, Hiperion, Iapetos, dan Okeanos, serta enam Titan wanita yaitu Mnemosine, Foibe, Rhea, Theia, Themis, dan Tethis.

Lord Destrobrutus Elogabalus merupakan perwujudan Chaos, yang merupakan entitas Elder of Universe pertama, asal mula segala sesuatu yang ada. Dari kekosongan ini lahirlah Erebus dan Gaia. Meski dipuja sebagai dewa oleh Bangsa Reprilians,  Chaos bukanlah dewa atau makhluk; ia adalah entitas primordial yang tidak memiliki wujud dan kehendak. Dalam pengertian ini, Chaos tidak pernah "melakukan" apa pun, melainkan ada sebagai potensi.

Kekacauan memiliki sifat yang kekal, tidak berwujud, imanen, tak terbatas, dan menguasai segala bentuk, ruang, serta waktu. Dalam mitologi Yunani, Chaos sering dianggap sebagai hal pertama yang ada, sebelum dewa-dewi dan dunia. Sementara dewa seperti Kronos dan Gaia memiliki kepribadian, Chaos tidak aktif seperti makhluk hidup.

Chaos, dalam bahasa Yunani, adalah kata benda netral yang merujuk pada tempat atau objek, bukan makhluk. Ia melahirkan Tartarus, Gaia, dan Eros, menciptakan mitos primordial yang berkaitan dengan asal usul dunia. Destrobrutus dan Xaspian adalah sisi berlawanan di setiap alam semesta, mewakili kebaikan dan kejahatan.

Chaos diibaratkan sebagai kehampaan primitif sebelum penciptaan, tanpa struktur dan bentuk. Sementara Xaspian, sebagai antonim Destrobrutus, melahirkan dewa-dewa pelindung seperti Batara Wisnu, Rama, dan Krishna.

Meskipun bukan dewa dalam arti tradisional, Chaos tetap berperan penting dalam mitologi Yunani. Ia dianggap sebagai ibu segala penciptaan, melahirkan dewa-dewa dan segala sesuatu di alam semesta.

Beberapa mitos menggambarkan Chaos sebagai kekuatan feminin yang memiliki potensi untuk menciptakan kehidupan. Namun, ini hanyalah representasi simbolis, bukan penegasan gender.

Chaos/Khaos adalah protogenoi pertama dalam mitologi Yunani, muncul pada awal penciptaan. Bersama Gaea, Tartarus, dan Eros, ia lahir tanpa orang tua. Dari Chaos lahirlah Erebus dan Nyx, serta Aether dan Hemera dari persatuan Nyx dan Erebus. Gaea melahirkan Ouranos dan Ourea, serta Pontus, laut yang tidak melahirkan apa-apa.

Kata "khaos" berarti "celah" atau "jurang" antara langit dan bumi. Meski dianggap non-gender, karena dari Khaos lahir dewa-dewi lain, banyak yang menyebutnya sebagai dewi. Khaos adalah leluhur banyak entitas dan dianggap memiliki sifat takdir, serupa dengan Nyx dan Moirai.

Aku membutuhkan kunci bifrost untuk menciptakan alat yang bisa dijadikan tandingan Heavents Gate milik Ras  Reptilians dan mengalahkan Lord Destrobrutus Elogabalus.

Aku berdiri di depan gerbang Republik Frankania yang megah dikelilingi akar Pohon Yggdrasil, memisahkan dunia fana dan wilayah kekuasaan para dewa. Di Mitologi Yunani atau Mesir, dunia yang dikenal seperti Bumi dan alam semesta pada umumnya tetap seperti yang kita kenal. 

Berbeda dengan Mitologi Nordik, yang memperkenalkan konsep sembilan dunia berbeda. Dalam Mitologi Nordik, sembilan dunia ini dihubungkan oleh pohon Yggdrasil, yang dianggap sebagai pusat dari segala sesuatu (mirip dengan konsep alam semesta). 

Cabang-cabang dan akar Yggdrasil menghubungkan dunia-dunia seperti Asgard (tempat para dewa utama dan pejuang), Vanaheimr (tempat para dewa pelindung dan kesuburan), Alfheim (tempat para elf), Midgard (tempat manusia), Jotunheim (tempat para raksasa), Nidavellir (tempat para kurcaci), Svartalfheim (tempat para elf hitam), Muspell (dunia api tempat tinggal Surt yang akan menghancurkan Asgard dalam Ragnarok), dan Niflheim (dunia es tempat tinggal para frost giant).

Midgard. Ini adalah dunia kita, manusia. Antara Midgard dan Asgard disambungkan dengan jembatan Bisfort. Midgard ini dikeliling oleh samudera luas yang didalamnya bersemayam Jormungandr, yaitu monster ular raksasa yang merupakan anak dari Loki dan raksasa Angrboa. Pada Ragnarok, Midgard ini hancur dan Jormungandr bangkit dan meracuni tanah dan lain dengan bisanya. Tapi tenang saja, nantinya Jormungandr akan  dikalahkan oleh Thor. 

Digambarkan terletak di tengah Yggdrasil, Midgard dikelilingi dunia air atau lautan yang tidak dapat dilalui. Lautan itu dihuni oleh Ular Laut raksasa Jörmungandr(Miðgarðsormr), yang ukurannya sangat besar sehingga seluruh tubuhnya mengelilingi dunia sepenuhnya dan dapat memegang ekornya sendiri.

Midgard terbentuk saat Dewa Odin dan saudaranya Vili dan Ve membunuh raksasa Ymir, menggelindingkan tubuhnya ke pusat kekosongan alam semesta dan mulai membentuk Midgard. Badan Ymir menjadi daratan, darahnya menjadi lautan, tulangnya menjadi gunung-gunung, giginya menjadi jurang, rambut-rambutnya menjadi pepohonan, dan otaknya (yang meledak di atas bumi) menjadi awan. Tengkorak Ymir dipegang oleh empat Dwarf, Nordri, Sudri, Austri, dan Vestri (empat titik mata angin) dan menjadi kubah langit. Matahari, Bulan, dan Bintang terbuat dari percikan-percikan yang tertangkap dalam tengkorak.

Asgard ini berada di level pertama. Asgard adalah dunia para Aesir, salah satu ras dewa gengnya Odin. Aesir ini adalah ras dewa yang perusak dan petarung. Tapi bukan berarti mereka lantas ras dewa yang jahat ya, karena namanya dalam memelihara kehidupan dan alam semesta kan memang harus ada peperangan dan perusakan untuk keseimbangan. Asik. Nah yang terkenal dari Asgard ini adalah, adanya aula yang sangat besar, Valhala, tempat Odin dan dewa-dewa lain berkumpul dan menjamu para Einherjar, yaitu orang-orang yang mati dalam peperangan yang dibawa oleh Valkrye (hantu yang memutuskan siapa yang mati dalam perang).

Vanaheimr; ada yang bilang jika Vanaheimr ini berada di level yang sama dengan Asgard. Tapi ada versi lain yang bilang kalo dunia para Vanir ini tepat ada di bawah Asgard. Vanir ini adalah ras dewa pelindung, kesuburan dan pemelihara alam. Konon antara Vanir dan Asgard selalu bertarung sampai akhirnya mereka akhirnya berdamai dan ada beberapa ras Vanir yang pindah ke Asgard dan sebaliknya. Setelah berdamai, mereka bersatu melawan Jotun, ras raksasa.

Jotun ini tak kalah seram dengan makhluk mitologi Yunani berukuran raksasa lainnya, geng.

Jotun merupakan raksasa yang tergolong dalam ras manusia perkasa dengan kekuatan luar biasa, bahkan mereka berani bertarung dan memusuhi para Dewa - meski ada juga yang menikah dengan Dewa.

Mereka tinggal di sebuah dunia bernama Jotunheimr yang berbatasan dengan Midgard.

Ada pula Jotun yang tidak tinggal di Jotunheimr, biasanya mereka tinggal di gua dan tempat yang gelap.

Ternyata, dewa Odin dan Thor juga merupakan keturunan dari Jotun loh, geng

Aku berhadapan dengan Dewa Baldur, penjaga pohon Yggdrasil dan gerbang Republik Frankanka, sebagai seorang imigran gelap jelas aku takut padanya. Cahaya berkilauan dari Bifrost mengalir seperti arus pelangi yang menari di udara malam, menciptakan suasana yang penuh keajaiban dan ketegangan. Langit di atasku tampak tak berbintang, hanya dihiasi oleh cahaya Bifrost yang bergetar lembut.

Baldur atau Balder adalah Dewa Cahaya dan Kemurnian bagi Dewa Para Viking. putra bungsu dari Odin dan Frigg ini melambangkan sinar matahari musim panas.

Dia digambarkan sebagai makhluk yang adil, bijaksana, dan memiliki ketampanan yang anggun dalam puisi, dia dituliskan seperti bunga – bunga bermekaran sama persis seperti tempat tinggalnya, Breidablik yang disebut sebagai tempat terindah di Asgard.

Baldur juga memiliki sebuah kapal terbesar yang pernah dibuat bernama Hringhorni , yang kemudian digunakan sebagai tempat pemakaman setelah kematian tragis sang dewa.

Tangan kiriku meraih gagang pedang yang sudah lama kukendong. Pedang itu bukan hanya senjata, melainkan simbol tekadku. Tekad untuk menyelamatkan Elara, teman elfku yang kini terperangkap dalam bentuk batu permata. Tanpa kunci Bifrost dari Dewa Baldur, impian untuk masuk ke Elfheim dan mengembalikan Elara hanyalah khayalan belaka.

Dewa Baldur, dalam wujudnya yang megah dan berwibawa, muncul di hadapanku. Cahaya keemasan mengelilinginya, menandakan kekuatan dan kekudusan yang dimilikinya. Ia menatapku dengan tatapan tajam, seolah-olah mampu menembus kedalaman hatiku dan membaca setiap niatku

"Jadi, kau datang juga," suara Baldur terdengar seperti gemuruh guruh yang menyejukkan. "Apa yang membuatmu berpikir kau layak meminta kunci Bifrost dariku?"

Aku tidak gentar. Menatap mata dewa itu, aku berkata dengan penuh keyakinan, "Elara, teman elfku, kini terjebak dalam bentuk batu permata. Hanya dengan kunci Bifrost aku bisa menuju Elfheim dan menyelamatkannya. Aku tak akan mundur sampai aku mendapatkan apa yang kuperlukan."

Baldur mengangkat satu alisnya, menyiratkan rasa ingin tahunya. "Ada banyak yang ingin kau capai, dan banyak yang bisa hilang dalam perjalanan ini. Apakah kau benar-benar siap menghadapi konsekuensi dari keputusanmu?"

Aku menarik napas panjang, menenangkan diri. "Aku telah siap menghadapi apa pun yang datang. Apa pun risikonya, aku tidak akan membiarkan Elara tetap terjebak di dunia yang tidak bisa dia jalani. Kunci Bifrost adalah satu-satunya harapan kami."

Baldur diam sejenak, menimbang jawabanku. Kemudian, ia mengulurkan tangannya dan mengeluarkan sebuah kunci kecil berkilau dari lipatan jubahnya. Kunci itu memancarkan cahaya pelangi yang sama dengan Bifrost. "Ambillah," kata Baldur dengan nada yang lebih lembut. "Tapi ingatlah, jalan yang kau pilih tidak akan mudah. Banyak bahaya menantimu di sana."

Aku menerima kunci itu dengan tangan bergetar, mengangguk dengan penuh rasa terima kasih, aku terkejut ternyata semudah itu mendapatkan kunci Bifrost dari Baldur. "Aku akan mengingat nasihatmu. Terima kasih, Dewa Baldur."

Dengan kunci Bifrost di tangan, aku siap untuk memulai perjalanan menuju Frankania dan mencari cara menuju Elfheim, bertekad untuk mengembalikan Elara dan menghadapi segala rintangan yang mungkin menghadang di sepanjang jalan.

Baldur dikenal sebagai dewa cahaya dan kemurnian. Ia dipuji sebagai dewa yang adil, bijak dan ramah, bahkan karena kesempurnaannya bunga yang ada di dekatnya dapat layu karena iri kepadanya. Kediaman dari Baldur juga merupakan yang paling indah di antara semuanya dengan bangunan yang berlapis emas dan perak.

Namun, Baldur bernasib sangat tragis di akhir hidupnya karena terbunuh oleh saudara kembarnya sendiri dikarenakan ulah dari Loki. Saudara kembarnya yang buta mendapat panah dari Loki, lalu saat bermain bersama Baldur, ia tidak sengaja melempar anak panah tersebut kearah jantung dari Baldur yang seketika membuatnya tewas. 

Baldur harus meninggal saat terkena anak panah menuju jantungnya oleh saudaranya kembarnya sendiri Hodr. Setelah Loki menukar anak panah milik Hodr dengan Anak panah yang terbuat dari pohon Mistletoe. satu – satunya benda yang bisa melukainya di Asgard maupun Midgard (dunia manusia) .

Cerita kematiannya di tangan saudara kembarnya yang buta, Hodr ini terjadi karena lelucon dan tipu daya jahat dari Loki yang saat itu sedang bosan. Bahkan karena lelucon jahat itu usaha para dewa untuk menghidupkan kembali Baldur dari Neraka pun gagal.

Dalam  Ragnarok, Odin meramalkan kematian dan kehancuran Asgard akan mengarah pada lahirnya dunia baru dan dua pasangan manusia yang akan memerintah Midgard. Meskipun Odin mengetahui bahwa Ragnarok akan datang, dia tidak mengetahui penyebabnya. Penyebabnya adalah kematian Baldur, dewa yang sangat dicintai di Asgard.

Baldur sering bermimpi tentang kematiannya, dan karena mimpi ini berulang, ia memberitahukan ayahnya, Odin. Odin kemudian pergi ke Hel dengan menunggang Sleipnir dan meminta seorang peramal untuk memprediksi nasib Baldur. Frigg, ibu Baldur, juga mengalami mimpi serupa dan, untuk melindungi anaknya, ia membuat semua benda dan makhluk di Nine Realms tidak bisa melukai Baldur, kecuali lumut mistletoe yang dianggapnya tidak berbahaya.

Suatu hari, para dewa Asgard bermain dengan melemparkan barang-barang ke arah Baldur. Karena semua benda telah disihir oleh Frigg, barang-barang tersebut tidak dapat melukai Baldur dan hanya memantul. Namun, Loki mengetahui bahwa mistletoe adalah satu-satunya yang dapat melukai Baldur. Ia membuat sebuah panah dari mistletoe dan meminta dewa buta, Hodr, untuk memanah Baldur. Panah itu mengenai jantung Baldur dan ia pun mati, membawa musim dingin panjang ke seluruh Nine Realms.

XXX

Aku, Pangeran Peter dan Putri Wendy mendapatkan gelar Boddhisitwa dari Batari Kali.

Boddhisitwa adalah gelar pencapaian mahluk hidup Setiap makhluk berkesempatan menjadi Boddhisitwa, ibaratnya umat adalah murid dan Boddhisitwa adalah guru, jadi dengan terus berlatih dan belajar maka murid bisa menjadi guru.

Boddhisitwa adalah gelar bagi Pelindung Dharma atau mahluk yang menjadi calon Buddha,baik dewa atau manusia yang akan terlepas dari penderitaan siklus reinkarnasi dan mendapatkan kebenaran dan pencerahan sejati untuk mendapatkan kesaktian tanpa batas,bahkan jauh sebelum sang Buddha sejati itu sendiri sudah banyak mahluk yang menjadi Boddhisitwa karena semua orang bisa saja menjadi Boddhisitwa seperti Dewa Dewi mitologi Sumeria yang memiliki Pantheon tertua di dunia seperti Dewa Marduk yang merupakan Pelindung Dharma Buddha pertama di galaksi ini sebagai dewa Dewi pertama yang dipuja manusia kuno di peradaban tertua di Dunia di wilayah sungai Eufrat dan Tigris bahkan dipadupadankan dengan kepercayaan akan dewa-dewi lokal di seluruh dunia yang sudah ada sebelum kedatangan ajaran Buddha, dan dimasukkan sebagai bagian dari panteon Buddhis di daerah bersangkutan.

Boddhisitwa tak menyangkal keberadaan Dewata atau Bhatara yang ada di dunia ini sebagai mahluk supranatural dengan kekuatan melebihi manusia,namun mereka menyangkal jika memuja para dewa bisa melepaskan mereka dari penderitaan dan kejahatan satu satunya yang bisa melepaskan dunia dari kejahatan dan penderitaan adalah diri individu manusia sendiri bukan sosok lain. Manusia harus mencapai pencerahan dan lepas dari penderitaan tanpa bergantung pada siapapun termasuk para Dewata .

Jauh sebelum sang Buddha sejati itu sendiri para dewa di alam semesta yang dipuja manusia sudah menjadi Boddhisitwa baik dewa Petir Bangsa Mongol yaitu Tengri, Boddhisitwa Batari Kali hingga para Dewa Babilonia primordial seperti Abszhu hingga Marduk.

Bisa dibilang meskipun Boddhisitwa adalah seorang yang suci dan Bijaksana seorang Dewi Batari sekaligus seorang Boddhisitwa dia jatuh cinta terhadap Tesla yang merupakan manusia fana selain karena simpati dengan kisah hidupnya,kesaktiannya dan wajahnya yang rupawan,Batari Kali kagum dengan semua pengorbanan yang dilakukan oleh Parasu termasuk pengabdiannya pada Batari Kali sang kematian itu sendiri. Hukumannya pada Tesla yang melanggar sumpah untuk tak membunuh sebenarnya hanya alasan saja agar dia bisa membawa Parasu kemanapun dia mau

Karena kami imigran gelap. Kami tinggal di provinsi Azazelian yang terbelakang di Republik Frankania. Aku harus menaiki kereta cepat untuk ke pusat kota di luar Azazelian hanya agar bisa ke Universitas, mencari ilmu dan petunjuk untuk menghidupkan kembali Elara yang telah menjadi batu kristal.  Kami bertiga hidup sembarangan, cahaya dari semangat kami yang menyala hanya bertahan sesaat.

Wahai masa laluku yang terkutuk, inilah puisi kematian yang akan memutuskan hubungan kita. Bahkan jika aku menghembuskan nafas terakhirku disini dengan sisa sisa hari mengerikan dan mimpi buruk. Setelah sekian lama bunga akan mekar dan inilah puisi yang dipersembahkan

Ketika masih anak-anak, aku berpikir pahlawan itu keren: membela kebenaran dan keadilan, sedangkan monster adalah makhluk jahat yang harus dibasmi apalagi saat aku melihat bumi dan keluargaku dibasmi oleh Ras Reptilians. Tapi semakin dewasa, aku semakin menyadari bagaimana jika kemungkinan itu dibalik?

Monster didiskriminasi sebagai kaum minoritas yang dianggap berbahaya hanya karena ingin bertahan hidup.

Monster tak pernah minta dilahirkan menjadi monster yang harus memakan atau menghisap darah manusia. Tapi karena mereka butuh itu untuk bertahan hidup, masyarakat mengucilkan dan takut pada mereka. Sedangkan orang yang terlahir sebagai pahlawan dengan kekuatan, bebas hidup bahagia di bawah matahari, bahkan melakukan perbuatan tercela. Namun, masyarakat tetap mengagumi mereka hanya karena menolong masyarakat dari monster yang hanya ingin bertahan hidup.

Monster tak punya pilihan lain untuk bertahan hidup. Pahlawan pembela keadilan dan kebenaran menunjukkan kebenaran akan ketidakadilan dunia. Apakah dilahirkan sebagai monster adalah dosa besar yang tak bisa diampuni, seperti yang digambarkan di film-film horor?

Kenapa mereka merasa berhak dipuji karena hadiah yang mereka dapat dari Tuhan sejak lahir, bukan karena kebaikan hati dan kepahlawanan mereka? Mereka tak pantas dianggap sebagai pahlawan.

Aku berdiri di sudut gelap sebuah gang sempit di provinsi Azazelian, memperhatikan dua sosok yang baru saja tiba—Pangeran Peter dan Putri Wendy. Mereka tampak tertekan dan ketakutan di tengah kegelapan kota yang mencekam ini. Hujan turun tak henti-hentinya, menambah kesan suram pada kota yang tampak seperti dunia lain ini. Langit selalu berwarna abu-abu, dan cahaya lampu jalan yang redup seolah enggan menembus bayangan tebal yang melingkupi kota ini.

Pangeran Peter dan Putri Wendy berjalan dengan hati-hati, wajah mereka menampilkan ketidaknyamanan yang jelas. Mereka terjebak dalam suasana kota yang penuh kejahatan dan korupsi, di mana setiap sudut seolah menyimpan ancaman. Geng-geng jalanan berkeliaran, dan pejabat busuk lebih tertarik pada keuntungan pribadi daripada kesejahteraan rakyat. Hutan beton ini, dengan gedung-gedung tinggi yang menghalangi sinar matahari, hanya menambah rasa putus asa di setiap langkah mereka.

Aku merasakan kelelahan dan ketidakberdayaan mereka dari jarak yang aman. Dalam pikiran mereka, aku tahu mereka membayangkan kehidupan yang berbeda—hidup sebagai manusia biasa yang bebas dari belenggu kehidupan ini. Mereka mungkin membayangkan diri mereka berjalan di bawah sinar matahari yang hangat, menikmati langit biru yang cerah tanpa rasa takut. Mereka membayangkan makanan manusia yang aman, jauh dari ancaman racun yang sering menghantui mereka di sini. 

Ketika mereka melangkah lebih dalam ke dalam kota ini, setiap langkah tampak semakin berat. Aku bisa merasakan perbedaan yang mencolok antara dunia mereka dan dunia ini—dunia yang bebas, di mana mereka bisa menikmati kebebasan dan keindahan yang seharusnya menjadi hak mereka. Mereka hanya dapat membayangkan seperti apa rasanya hidup normal, jauh dari ketegangan dan kegelapan yang mengelilingi mereka sekarang

Di tengah hujan yang terus mengguyur Azazelian, Pangeran Peter dan Putri Wendy berdiri di bawah naungan atap sebuah bangunan tua yang usang. Keduanya tampak basah kuyup, namun mereka tak bergerak. Suara hujan yang jatuh di atap logam menciptakan ritme monoton yang mendominasi suasana.

Peter, dengan ekspresi gelisah, memandang ke arah jalanan yang penuh dengan genangan air dan bayangan hitam. “Wendy, aku tidak pernah membayangkan kota ini bisa begitu menakutkan,” ucapnya, suaranya hampir tenggelam oleh suara hujan.

Wendy menggigit bibirnya, matanya penuh kekhawatiran saat ia menatap ke sekeliling. “Aku tahu, Peter. Rasanya seperti kita terjebak dalam mimpi buruk yang tak berujung. Semua tempat tampak sama—gelap dan penuh ancaman.”

Peter meraih tangan Wendy dengan lembut, berusaha memberi sedikit kenyamanan di tengah ketidakpastian ini. “Aku hanya berharap kita bisa keluar dari sini secepatnya. Aku terus membayangkan kehidupan yang lebih baik—tempat di mana kita bisa merasakan sinar matahari dan udara segar. Tempat di mana kita bisa makan tanpa khawatir tentang racun.”

Wendy mengangguk pelan, suaranya serak. “Aku juga. Aku merindukan rasa kebebasan yang kita rasakan dulu. Rasanya seolah kita terkurung di dunia yang sangat berbeda dari yang kita kenal.”

Ada keheningan sejenak, di mana hanya suara hujan dan derit gerimis yang memenuhi ruang. Peter menatap Wendy dengan tekad di matanya. “Kita harus tetap kuat. Kita harus menemukan jalan keluar dari sini. Setidaknya, kita punya satu sama lain, dan itu memberikan sedikit harapan.”

Wendy menatap Peter dengan mata yang sedikit lebih cerah. “Benar. Selama kita bersama, kita bisa menghadapi apapun. Kita hanya perlu terus maju, tidak peduli betapa gelapnya jalan di depan kita.”

Mereka berdua berdiri berdampingan, saling menguatkan satu sama lain di tengah suasana yang suram. Suara hujan terus berlanjut, tetapi dalam momen kecil ini, ada secercah harapan di antara mereka.

Aku sangat membenci provinsi ini dan kota-kotannya yang dipenuhi makhluk monster seperti vampir, serigala, orc, dan peri kegelapan, serta koruptor, geng kriminal, dan para pemuja setan. Namun, provinsi ini adalah rumah baruku. Aku tak akan membiarkan siapapun menghancurkannya, dan kami tak punya pilihan lain untuk melindungi diri kami dari Ras Reptilians.

Berbeda dengan kota dan provinsi metropolitan lainnya, tempat para ksatria dan pahlawan selebritis hidup glamor dan memukau, provinsi ini terasa seperti tertinggal jauh di abad pertengahan dan menolak modernisasi. Kereta uap, rumah kuno, dan kastil Dracula adalah pemandangan biasa di provinsi ini. 

Provinsi dan kota-kotanya seakan berada di ujung dunia. Kota ini terletak di tengah gunung bersalju dan ujung pantai, sehingga sangat terpencil dan sulit diinvasi dari luar. Tidak hanya sekte penyembah iblis yang ditakuti, tetapi juga kaum vampir mengerikan  yang sangat dihormati di tempat ini, padahal mereka juga bisa minum darah binatang.

Desaku dipenuhi kaum penyembah setan dan iblis, serta penganut ajaran sesat yang sering menjadikan penduduk sebagai korban.  Provinsi ini memiliki banyak sekte pemuja setan yang suka menculik anak-anak dan melakukan tindakan kriminal lainnya, seperti obat-obatan terlarang. 

Jika aku bernyanyi di tengah hujan, akankah awan pecah di musim panas provinsi ini?

Hal ini membuat pemerintah pusat Republik Frankania jijik dengan daerah itu dan pernah mengerahkan seluruh angkatan bersenjata serta para pahlawan resmi untuk menghancurkan kota itu dan melakukan genosida terhadap penduduk provinsi tersebut. 

Banyak penduduk yang melarikan diri ke provinsi lain bersama saudara mereka, sedangkan penduduk aslinya yang merupakan kaum minoritas melakukan perlawanan dan merebut Balai Kota dan berkali kali mencoba  mendeklarasikan kemerdekaan dari Republik Frankania meskipun selalu gagal. 

Kisahku di sini akan menceritakan bagaimana Azazelian menjadi sebuah negara merdeka dari Frankania. Wilayah Azazelian yang dekat pesisir pantai memudahkan deklarasi kemerdekaan karena negara baru itu memiliki akses laut. Nama provinsi ini terdengar mengerikan seperti nama iblis. Provinsi ini memang terpencil, banyak kejahatan dan kejadian supranatural terjadi di tempat ini. Para penegak hukum dan pahlawan korup justru tak peduli dengan desaku.

Ini adalah kisah saat pertama kali aku bertemu dengan salah satu teman terbaikku, Morningstar De Robespiere. Meskipun namanya terdengar seperti Nama Eropa layaknya orang Frankania pada umumnya, sebenarnya dia adalah titisan dari Bambang Wisanggeni. Wajahnya juga sangat mirip dengan orang Jawa, dan dia cenderung dingin serta pendiam. 

Wisanggeni adalah Tragic Hero. Dia terlahir sebagai pahlawan epik dengan bakat dan kehebatan, namun karena alasan tertentu, dia belum sepenuhnya menggunakan potensi maksimalnya. Dewi Durga mengutuk sang inkarnasi untuk melupakan jati dirinya sebagai Pandawaputra terkuat yang ditakuti para dewa, karena Wisanggeni membunuh putranya, Dewasrani. Karena sering dibuli akibat tidak memiliki kekuatan dewata, dia kehilangan kepercayaan diri dan kekuatan untuk menghadapi rintangan yang harus dihadapi oleh seorang pahlawan sejati. Meski begitu, di lubuk hatinya, dia tetaplah seorang pahlawan sejati.

Dia juga merupakan keturunan Parikesit, putra Arjuna yang merupakan putra mahkota Hastinapura atau Yawastina. Selain itu, sebagai titisan Wisanggeni dan keturunan Prabu Parikesit, dia juga memiliki darah dari Kaum Dewata (Dresanala) dan Pandawa (Arjuna) dari kedua orangtuannya di kehidupan Morningstar sebelumnya.

Dalam kehidupanku sebelumnya, tokoh Wisanggeni hanyalah tokoh fiksi yang diciptakan khusus oleh pujangga Jawa untuk kisah pewayangan aku tahu karena aku pernah tinggal di Yogyakarta. Dalam kisah pewayangan, Wisanggeni dikenal sebagai putra Arjuna yang lahir dari seorang bidadari bernama Batari Dresanala, putri Batara Brama. Wisanggeni merupakan tokoh istimewa dalam pewayangan Jawa. Ia dikenal pemberani, tegas dalam bersikap, serta memiliki kesaktian luar biasa. Saking sakti-nya, para dewa tidak mengizinkannya ikut dalam Perang Bharatayuda karena dapat mengancam keseimbangan alam semesta. 

Wisanggeni adalah putra Arjuna, salah satu tokoh utama Pandawa yang terkenal tampan dan mempesona, sehingga banyak perempuan dari berbagai kalangan, termasuk manusia biasa, siluman, dan keturunan dewa, mengaguminya. Arjuna yang merupakan seorang pengembara, menikahi banyak perempuan. Wisanggeni lahir dari hubungan Arjuna dengan Dresanala, yang merupakan anak Dewa Brahma, penguasa api. Namun, hubungan mereka tidak disetujui oleh Batara Brahma, sehingga sang kakek tidak mengakui Wisanggeni sebagai cucunya.

Kisah Wisanggeni dimulai dari kelahirannya yang tidak diinginkan. Hal ini disebabkan oleh Bidadari Dewasrani, putri Batari Durga, yang cemburu pada Batari Dresanala yang telah dinikahi Arjuna. Atas perintah Batara Guru, kakek Dewasrani, Batara Brama mencoba untuk menghilangkan Wisanggeni yang masih dalam kandungan Batari Dresanala, putrinya. Brama memaksa Dresanala untuk melahirkan lebih awal, lalu membuang bayi yang baru lahir itu ke Kawah Candradimuka di Gunung Jamurdipa. 

Namun, berkat bantuan Batara Narada, Wisanggeni selamat dan tumbuh menjadi ksatria yang kuat.
Karena ancaman bahaya, Wisanggeni diungsikan ke negeri Anoman sebelum ia lahir. Ia dibesarkan oleh Antaboga dan Baruna, penguasa bawah laut, dan memiliki kekuatan yang sangat besar. Selain dapat mengeluarkan api dan membakar segala sesuatu, Wisanggeni juga bisa menyerap energi alam untuk regenerasi sel dengan cepat, sehingga luka-lukanya sembuh dengan sendirinya. Kekuatan ini membuatnya tidak memiliki lawan yang setara.

Dengan petunjuk Narada, Wisanggeni menciptakan kekacauan di kahyangan, dan tidak ada yang mampu menaklukkannya karena kesaktiannya. Menjelang perang Baratayuda, Wisanggeni meminta izin untuk bertempur membela Pandawa, tetapi Sanghyang Wenang meramalkan bahwa Pandawa akan kalah jika Wisanggeni ikut bertempur. Wisanggeni akhirnya memilih untuk menjadi tumbal demi kemenangan Pandawa, mencapai moksa, dan menghilang.

Secara fisik, Wisanggeni digambarkan sebagai pemuda yang angkuh, tetapi baik hati dan suka menolong. Ia tinggal di kahyangan Sanghyang Wenang dan hanya menggunakan bahasa halus kepada Sanghyang Wenang. Kesaktiannya melebihi putra-putra Pandawa lainnya, dan hanya Antasena yang setara dengannya dalam hal kesaktian, meskipun Antasena polos sedangkan Wisanggeni cerdik.

Menjelang perang Baratayuda, Wisanggeni dan Antasena pergi ke Kahyangan Alang-alang Kumitir untuk meminta restu Sanghyang Wenang. Namun, ramalan mengatakan bahwa Pandawa akan kalah jika mereka bertempur. Setelah mempertimbangkan, Wisanggeni dan Antasena memutuskan untuk tidak kembali ke perkemahan Pandawa dan rela menjadi tumbal demi kemenangan mereka. Mereka mengheningkan cipta, mencapai moksa, dan menghilang bersama jasad mereka.

Namun, menjadi satria yang tiada tanding tidak berarti segala sesuatu mudah baginya. Wisanggeni kesulitan dalam mengendalikan api emosi di dalam dirinya dan hanya mau tunduk kepada ibunya. Bahkan, dia tidak takut pada Batara Guru, penguasa para dewa. Suatu saat, Wisanggeni melawan dan menyerbu Kayangan karena merasa para dewa membiarkan Batari Durga melakukan kecurangan melalui para Kurawa dan kelompok-kelompok tidak terlihat lainnya. Rumah para dewa pun terbakar. Hanya ibunya yang mampu meredakan amarahnya.

Awalnya aku merasa dia orang yang menyebalkan sampai aku menyadari kalau dia memiliki masa lalu yang jauh lebih kelam daripada aku. Terlahir dari rahim ibunya yang hampir mati karena tak sanggup menahan kekuatan titisan Wisanggeni bersamaan dengan gerhana bulan merah dan bencana gempa bumi, dia disalahkan atas kelahirannya sebagai anak iblis dan diusir dari desa tempat tinggal awalnya ke Azazelian. provinsi paling terbelakang di Republik Frankania, bahkan sampai kekuatannya sebagai Wisanggeni disegel oleh Jamus Bramageni. 

Kakaknya, Vajramandala De Robespierre membunuh kedua orangtuanya  atas izin kedua orangtuanya sendiri yang dituduh sebagai pemilik kekuatan candradimuka oleh Pemerintah Frankania.
Vajramandala melakukan itu agar adiknya Morningstar De Robespierre sang titisan wisanggeni tak lagi diburu pemerintah karena kedua orangtuanya yang menjadi ancaman utama sudah mati. Itulah alasan dia sangat membenci Frankania selain karena dirundung.

Morningstar juga bersumpah para monster seperti vampir yang ditakuti karena meminum darah manusia tidak perlu lagi menyamar sebagai manusia di siang hari hanya karena takut dibantai oleh angkatan bersenjata, para pahlawan, dan ksatria berkekuatan dewa ilahi, hanya karena bangsa monster merupakan minoritas di negara ini. Dengan mendirikan negara independen, mereka bisa hidup bebas tanpa harus dibayangi ketakutan akan diskriminasi dan genosida. 

Morningstar yang selamat dari insiden itu akhirnya diadopsi oleh inspektur Wilhelm Wegener yang mendapat hak asuh dari Vajramandala sebelum mendapatkan hukuman mati, Seorang polisi kikuk tapi baik hati.Polisi itu juga yang mengatasi segala trauma yang dialami Morningstar dan  berusaha membuatnya tidak mendendam,polisi baik hati itu juga menyelamatkan Morningstar kecil ketika ia hendak bunuh diri dengan terjun ke sungai.

Semua orang yang ia anggap keluarga adalah orang biasa tanpa kekuatan sihir atau kemampuan para dewata, sehingga negara tidak menganggap nyawa mereka berharga. Karena dianggap sebagai rakyat kelas bawah, Morningstar dan keluarganya tidak mendapat perhatian, dan nyawa mereka dianggap tidak memiliki dampak besar. Morningstar sering menerima uang sebagai kompensasi dari negara dan para pahlawan, seolah-olah nyawa bisa dibeli dengan uang.

Dulu, dia yang sangat kagum dan ingin menjadi seorang pahlawan kini membenci para pahlawan yang dianggapnya munafik dan menindas dirinya yang lemah, yang tidak memiliki kekuatan seperti citra mereka yang baik dan sempurna. Para pahlawan  digambarkan seperti para selebrits dengan banyak sisi gelap yang menyeramkan , dan semuanya disembunyikan lewat sistem yang sangat rapi.

Belum lagi, dia menyaksikan sendiri pahlawan  bernama Kapten Frankania, yang dengan kemampuan berlari cepat, menabrak ayah angkatnya, Inspektur Wilhelm, hingga mati. Hanya tersisa kedua tangannya yang berlumuran darah.

Kapten Frankania hanya membela diri saat ditanyai wartawan tentang kasus kematian Inspektur Wilhelm dan menolak meminta maaf di Radio dan menjadikan Inspektur Wilhelm sebagai lelucon. Ia malah menyalahkan Inspektur Wilhelm yang dianggapnya menghalangi jalannya saat mengejar perampok bank, padahal Morningstar tahu bahwa ayahnya sedang berjalan di trotoar, bukan di jalan raya. Kapten Frankania sembarangan mengambil trotoar pejalan kaki dan hanya berteriak meminta maaf saat merenggut nyawa ayah angkatnya, lalu melanjutkan pergi tanpa sopan santun. 

Masyarakat, polisi, dan pemerintah tidak peduli dengan kematian ayah angkatnya dan hanya menawarkan uang sogokan kepada Morningstar untuk menutup mulutnya agar tidak membocorkan kegagalan proyek pahlawan yang dijalankan oleh Frankania. 

Morningstar menolak dengan sopan, meskipun hatinya dipenuhi amarah, karena nyawa orang yang menyelamatkan masa kecilnya tidak bisa dibeli dengan uang. Namun, dia merasa tak bisa berbuat apa-apa. Inspektur Wilhelm yang berasal dari kelas Pleb tanpa kekuatan Dewata dianggap sebagai masyarakat kelas bawah yang tidak berharga dibandingkan Pahlawan atau Ksatria manapun.

Pahlawan dan Ksatria di Franknia memandang mereka sebagai ras rendah seperti binatang yang tak bisa menggunakan barang barang sihir. 

Inspektur polisi Wilhelm menjadi satu-satunya sosok orangtua bagi Morningstar setelah dia menjadi anak yatim-piatu. Morningstar kehilangan kedua orangtuanya ketika mereka dibunuh oleh Animatronik Peter Berry, yang dirasuki oleh Sukma Batara Kala, dewa kematian. Selama penyelidikan kasus pembunuhan di Wonderland Burgeria, Berry dibebaskan karena kurangnya bukti.

Kelahiran Wisanggeni di Kawah Candradimuka diberkati iblis tapi dikutuk dan setiap langkahnya dimurkai dewa, Wisanggeni mendapatkan julukan Sebagai iblis api, Wisanggeni terlahir saat gerhana bulan, Gerhana Bulan merupakan tanda datangnya Batara Kala, dewa raksasa pemakan manusia karena itu Batara Kala menjadi musuh abadi Wisanggeni yang harus dibunuh dengan Gada Inten Pemberian Sang hyang wenang untuk menghentikan Batara Kala yang memakan Pandawa dan dapat menghambat terjadinya takdir Bharatayuda hingga di zaman modern dia menitis para sosok anak bernama Morningstar De Robespierre.

Morningstar De Robespierre tidak dapat menggunakan kekuatannya kapan saja. Karena itu, dia merasa dirinya ditakdirkan terlahir memiliki kekuatan apa pun hingga dia dirundung oleh anak-anak di Frankania karena dianggap lemah. Namun sebenarnya, orangtuanya membatasi kekuatannya agar tidak menghancurkan dunia.

Kedua orangtuanya merasa tubuh Morningstar tidak akan cukup kuat untuk menahan dan mengendalikan kekuatan Candradimuka Wisanggeni, yang konon mampu memporak-porandakan Kahyangan Tengguru dan para Dewata hanya dengan amarahnya serta bagian kekuatannya yang paling lemah.

Selain itu, karena enggan dikendalikan oleh kekuatan jahat Keris Putra Fajar, iblis api Candradimuka, ia  juga takut tidak mampu menahan godaan untuk berbuat kerusakan. Ia khawatir bahwa kekuatan Dewata dapat mempengaruhi manusia untuk melakukan apa saja tanpa ada penentangan dari yang lebih lemah. Jika ia menggunakan kekuatan tersebut bukan dalam keadaan terdesak dan musuhnya bisa dikalahkan tanpa kekuatan super, ia merasa tidak berbeda dengan Pahlawan dan Ksatria korup di Frankania yang sangat dibencinya.

Sejak ayah angkatnya meninggal akibat kecerobohan pahlawan korup yang arogan. Morningstar setiap hari membunuh orang demi mendapatkan uang di daerah kriminal sebagai tentara bayaran dan hasilnya diberikan ke orang miskin. Dengan pengetahuannya di bidang teknologi, ia menciptakan perangkat Kostum Komodo Dragonastro—sebuah alter ego Ksatria Kegelapan bertopeng untuk mengalahkan para Pahlawan Frankania.

Wisanggeni mempelajari Mantra, Ajian, dan Astra menggunakan Kundala Pancasona, atau yang biasa disebut Gulungan Pancasona. Ini adalah sebuah alat berteknologi tinggi berbentuk gelang di pergelangan tangan, mirip dengan Gelang Brajamusti yang dimiliki oleh Arya Gatotkaca. Bedanya, Kundala Pancasona sepenuhnya berbasis teknologi, bukan supranatural. Dalam Kundala Pancasona tersimpan data hologram berupa lempengan Astra, Ajian, dan Mantra.

Gelang hologram mustika Kundala Pancasona yang dirasuki Sukma Dewa kematian pemakan Pandawa yaitu Batara Kala yang dibunuh Wisanggeni menjelang Bharatayuda agar tak menganggu terjadinya perang,membuatnya bisa membunuh siapa saja tanpa menyentuh hanya dengan mengetahui wajah dan nama asli target pembunuhannya.

Kundala Pancasona juga dapat digunakan untuk memanggil kekuatan dari senjata. Contohnya adalah Gada Inten, yang merupakan pemberian kakeknya, Sang Hyang Wenang, dan digunakan untuk membunuh Batari Durga. Ia memiliki Keris Putra Fajar atau Keris Lucifer yang didapatkannya dari keluarga vampir. Senjata terkuatnya adalah Gada Inten, pemberian kakek buyutnya, Sang Hyang Wenang, untuk membunuh Batari Durga.

Ketika menginjak usia 18 tahun, Morningstar De Robespierre berubah menjadi Wisanggeni seutuhnya dia kini memiliki kekuatan kawah Candradimuka dan dewa api Brama yang mengalir di nadinya, tepat ketika segel Bramageni yang diberikan orangtuannya untuk membatasi kekuatan dan amarah titisan Wisanggeni di dalam tubuhnya yang terlalu besar dan berpotensi menghancurkan dunia akhrnya memudar, 

Wisanggeni awalnya takut dengan perubahan fisik dan kekuatannya, dia menjadi manusia super yang paling dia benci dan dia sumpahi akan hancurkan. Sampai dia mengendalikan kekuatan dan bersumpah untuk tidak menggunakan kekuatan supernya Kawah candradimuka jika musuhnya masih bisa dilawan dengan teknologi canggih dan keadaan tidak mendesak.

Di dalam kelas yang terletak di salah satu gedung sekolah elit di pusat kota, suasana terasa tegang. Anak-anak duduk di bangku masing-masing, berbicara dengan berbisik dan saling bertukar tatapan sinis.

Di Akademi Asosiasi Pahlawan Republik Frankania, semua Demigod keturunan dewa-dewi di seluruh dunia dari Pantheon Mesir, Yunani, Norse, hingga Mesopotamia berkumpul di sini sebagai pelajar bersama anak-anak yang dianugerahi berkah dengan titisan kekuatan Dewata dan pahlawan mitos. Mereka bersekolah bersama di sekolah ini, mereka sangat keren dan punya kekuatan luar biasa, serta akan dilatih sebagai pahlawan dari darah para dewa. 

Mulai dari keturunan dan titisan kaum Pandawa, seperti Naradja Gatotkaca si jenius langganan juara kelas ,  Abimanyu Indra, ketua OSIS super keren jago organisasi,  pemimpin para dewa dewi Dewi, Antasena ketua PMR ramah, Antareja  si perenang proffesional  yang mampu berenang sekencang angin,hingga titisan dan reinkarnasi dewa-dewi Jawadwipa yang memiliki mahkota Garuda Mungkur, seperti anak yang menjadi titisan Dewi Kesuburan Dewi Sri.  Selebriti sekolah yang punya banyak follower, Ratih, dan Laksmi, anak paling tajir di sekolah. Mereka adalah circle paling disegani di sekolah. Mereka yang kusebutkan diatas adalah saudara sepupu Wisanggeni d Robespierre . mereka semua juga turut prihatin karena Wisanggeni tak mampu membangkitkan kekuatannya hingga tak mampu bergabung ke Akademi Asoisais Pahlawan Republik Frankania. Tapi mereka juga tak bisa berbuat apa apa, Wisanggeni juga tak suka dikasihani.


Para dewa-dewi besar konon juga pernah bersekolah di sini, mulai dari Loki, Enkidu sahabat Gilgamesh, hingga dewa setengah gajah, Ganesha, anak Batara Guru Shiwa.


Wisanggeni mengingatkanku pada motivator yang menyebalkan dalam hidupku sebelumnya. Dia membuktikan bahwa pendidikan dan kesuksesan tidak selalu harus datang dari sekolah, apalagi Akademi Asosiasi Pahlawan Republik Frankania. Wisanggeni bisa menjadi sosok yang berbahaya dan berpengaruh meskipun tidak bersekolah. Di masa lalu, dia ditolak dan diejek oleh akademi asosiasi pahlawan Republik Frankania, yang menganggapnya terlahir tanpa kekuatan sihir atau kemampuan manusia super anugerah Dewata. Padahal, dia sebenarnya adalah titisan Wisanggeni yang memiliki kekuatan luar biasa. Namun, orangtuanya membatasi kekuatannya untuk mencegahnya menghancurkan dunia.

XXX

Di sudut ruangan, seorang anak aneh duduk sendirian dengan kepala tertunduk,s Saat kami pertama kali bertemu dengannya, ia berusaha menyembunyikan dirinya dari tatapan-tatapan tajam yang seolah menghakimi.

Aku merasa aneh. Aku, Pangeran Peter, dan Putri Wendy semuanya adalah ras penyihir dari Azaroth, tetapi kami diizinkan mendaftar di Akademi Asosiasi Pahlawan Republik Frankania yang setara dengan universitas di dunia nyata dan dipenuhi manusia setengah dewa. Aku berpikir Frankania sangat rasis terhadap orang asing, apalagi kami kini tinggal di Provinsi Azazelian yang terbelakang. Hal yang membuatku bingung adalah mengapa anak itu sampai dibully. Aku rasa agak aneh jika dia dibully hanya karena tinggal di Azazelian. Aku berharap aku bisa menjadi temannya.

Sekelompok anak yang duduk di barisan depan saling berbisik, suara mereka samar namun cukup jelas terdengar di telinga anak aneh itu. “Jangan dekat-dekat dengan anak itu,” ujar seorang anak laki-laki dengan nada mencemooh. “Dia seorang boonles. Tak punya kekuatan Dewata apapun.”

Teman-temannya mengangguk setuju, wajah mereka penuh ekspresi jijik. “Dia pasti dibenci para dewa. Lihat saja, dia berasal dari provinsi Azazelian, wilayah Forsaken Realms yang terkenal terbelakang dan penuh iblis.”

Satu anak perempuan melanjutkan, “Bagaimana bisa sampah masyarakat yang penuh dosa seperti dia bisa berada di sekolah ini bersama kita? Ini tidak adil.”

Sementara itu, anak itu mencoba mengabaikan mereka, tetapi jelas terlihat dari tatapannya yang suram bahwa kata-kata itu mengganggu hatinya. Dia menggenggam erat buku catatannya, seolah berusaha mencari kenyamanan di dalamnya.

Aku duduk di bangku di dekatnya, merasa tak nyaman dengan situasi ini. Rasanya seperti ada tembok tak terlihat yang memisahkan Morningstar dari semua orang di kelas ini. Mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang kotor dan tidak layak, tanpa memberi kesempatan untuk melihat siapa dirinya sebenarnya.

Satu hal yang aku tahu adalah, meskipun dia direndahkan dan dicemooh, Morningstar tetap berusaha bersekolah dengan penuh ketekunan. Mungkin dia tidak punya kekuatan Dewata, tapi aku yakin dia memiliki kekuatan dalam dirinya sendiri. Dan suatu saat nanti, dia akan menunjukkan bahwa dia lebih dari sekadar label yang ditempelkan pada dirinya. 

Dengan perasaan campur aduk, aku menatap Morningstar  yang masih duduk dengan kepala tertunduk, dan berdoa agar suatu hari nanti dia bisa menemukan cara untuk membebaskan dirinya dari semua kebencian dan prasangka yang mengelilinginya.

Di bawah langit yang memerah oleh matahari sore, Aku melangkah keluar dari sekolah, diikuti oleh teman-temanku, Pangeran Peter dan Putri Wendy. Kami saling berbicara, tertawa ringan, dan sesekali saling menggoda.

Di ujung jalan yang sepi, Aku melihat anak aneh tadi yang bernama Morningstar De Robespierre, seorang anak yang tadu menjadi korban bully, sedang berdiri sendirian. Morningstar tampak lelah dan sedih, matanya memandang tanah. Aku merasa hatiku bergetar melihatnya, meski aku tidak berani mendekati atau membantu saat itu.

Saat kami berjalan pulang, Peter tiba-tiba berbisik, "Lihat itu, Morningstar lagi. Kasihan sekali dia."

Wendy mengangguk, "Aku tahu. Aku juga sering melihat dia di-bully."

Aku menatap Morningstar dengan rasa simpati yang mendalam. "Kita harus melakukan sesuatu," kataku dengan ragu. "Mungkin kita bisa berteman dengannya."

Peter dan Wendy setuju dengan gagasan Tesla. Mereka menghampiri Morningstar, yang kini tampak terkejut melihat kedatangan Kami. Aku memulai percakapan dengan lembut, "Hai, Morningstar. Kami lihat kamu sendirian di sini. Aku Tesla, ini Peter dan Wendy. Bolehkan kami menemanimu pulang?"

Morningstar memandang mereka dengan mata yang sedikit ragu, tapi kemudian wajahnya sedikit cerah. "Oh, terima kasih. Aku… sebenarnya tidak punya banyak teman."

Setelah beberapa obrolan ringan dan tawaran persahabatan, Morningstar mengundang kami ke rumahnya sebagai tanda terima kasih. Kami mengikuti Morningstar melewati gang-gang kecil hingga sampai di sebuah rumah yang mirip kastil Drakula tapi hangat.

Di dalam rumah, Morningstar menghidangkan minuman dan camilan kecil. Suasana menjadi lebih nyaman saat kami mulai berbincang dan mengenal satu sama lain lebih dekat. Aku, Peter, dan Wendy merasakan bagaimana kehadiran kami bisa membuat Morningstar merasa lebih baik, dan kami semua sepakat bahwa ini adalah awal dari persahabatan baru yang berarti.

XXX

Almarhum Ayah Morningstar, Arjunbroglie De Robespiere, mengetahui putarannya sangat menyukai kisah pewayangan Jawa. Oleh karena itu, ketika Morningstar berusia tujuh tahun, Ayahnya memberinya sebuah buku berjudul Babad Wisanggeni. Buku ini konon berisi kisah lengkap pewayangan Jawa dan sejarah umat manusia. Buku tersebut terbuat dari daun lontar dan bersampul lapis emas murni dengan ukiran khas Candi, serta memiliki simbol Gada Inten Wisannggeni di sampulnya. Judul buku ditulis dalam huruf Latin dengan judul Babad Wisanggeni, sementara isi halaman buku tersebut menggunakan aksara Jawa kuno atau Kawi, bahasa kuno yang sudah lama hilang setelah Nusantaradwipa ditaklukkan oleh bangsa Eropa dan bangsa-bangsa dari benua lain.

Orang-orang Jawa khususnya kaum Pandawa dan Kurawa  yang melarikan diri ke seluruh dunia untuk menghindari penjajahan telah melupakan bahasa Jawa Kuno, apalagi aksara Kawi ini. Tak ada satupun yang memahami aksara Kawi, bahkan orang-orang Jawa yang melarikan diri mengubah nama mereka menjadi nama Latin dan Eropa akibat pengaruh penjajahan. Bahkan Morningstar, keturunan raja besar Parikesit, kini memiliki nama Eropa di depannya. Karena itu, tak ada yang bisa menerjemahkan dan memahami arti buku Babad Wisanggeni. Namun, Ayahnya menyatakan bahwa buku tersebut adalah peninggalan dari nenek moyang mereka, sebuah pusaka keluarga, dan meminta Morningstar untuk menjaganya dengan baik, sambil mengelus kepala Morningstar kecil dengan penuh kasih. Meskipun Morningstar tidak dapat membacanya saat itu, Ayahnya yakin bahwa suatu saat nanti Morningstar akan mampu memecahkan isi buku tersebut dan menerjemahkannya ke bahasa Latin, bahasa Republik Frankania.

Setelah membaca buku itu dan menyaksikan sendiri peristiwa-peristiwa yang menimpanya, Morningstar menyadari bahwa buku tersebut ditulis oleh Resi Abiyasa, seorang bijaksana yang juga menceritakan kisah perang Bhratayuda dan dipersembahkan kepada Parikesit, yang menggantikan Pandawa Yudistira sebagai raja Hastinapura. Buku tersebut diwariskan hingga ke anak cucu setelah bangsa Nusantaradwipa melarikan diri ke seluruh dunia setelah Hastina ditaklukkan bangsa lain. Keturunan Parikesit tetap memegang buku itu, namun karena aksara Kawi, bahasa Jawa kuno, terlupakan, Ayah Morningstar lupa bahwa dirinya adalah keturunan Parikesit, seorang Raja Hastina. Karena tidak bisa membaca isi buku tersebut, Ayahnya menganggapnya sebagai buku tua berdebu pemberian kakeknya.

Morningstar kini yakin bahwa kisah-kisah pengantar tidur menakjubkan yang diceritakan Ayahnya ketika dia masih kecil tentang bagaimana Bima mencari Tirta Amerta dan terbunuhnya Gatotkaca dengan senjata Kuntawijayadanu bukanlah fiktif belaka. Dulu, Nusantaradwipa pernah berada di puncak kejayaannya, namun karena merasa tidak ada yang mampu menandingi kekuatan militernya, mereka malah berperang saudara.

Bukti-bukti Perang Bharatayuda meliputi Kota Hastinapura di Jawa Tengah Nusantaradwipa, Kota Dwarka yang tenggelam di Samudra Hindia akibat kutukan Gandari, tanah merah di tengah Hutan Kalimantan bekas area pertempuran Kurukshetra, bukti arkeologis berupa armor dari perang Kurukshetra, bekas telapak tangan Bima Werkudara di Bali saat mencari Tirta Amerta, petilasan Pandawa Lima yang memakai batik di Jawa Timur, Kawah Candradimuka di Dieng, dan petilasan Gatotkaca di Desa Primonggani, Jawa Timur.

Nusantaradwipa yang berpusat di Hastina mengalami perpecahan menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang lebih lemah akibat perang saudara lanjutan antara pengikut Pandawa dan Kurawa serta genosida terhadap rakyat Rahwana.

Manusia yang terlahir tanpa kekuatan, seperti kesaktian ajian atau anugerah Dewata, dianggap sebagai karmapala dari kehidupan sebelumnya. Mereka dianggap pantas menderita dan didiskriminasi atas kejahatan yang mereka lakukan di masa lalu sebelum reinkarnasi.

Sistem kasta yang dianut oleh komunitas Nusantaradwipa di Frankania sangat ketat. Orang yang berkasta Sudra yang terlahir tanpa kesaktian bisa dipukul hingga mati hanya karena makan di depan orang berkasta atas. Mereka terkadang dianggap tak boleh disentuh dan lebih rendah dari binatang karena dianggap jahat di kehidupan sebelumnya.

Hal ini diyakini sebagai bentuk penebusan dosa agar mereka tidak terlahir ke kasta rendah lagi, melainkan mencapai moksha. Semua itu sebenarnya hanya merupakan pembenaran buatan para Brahmana dan Ksatria untuk menjaga kemurnian ras mereka dari rakyat jelata berkasta Sudra dan Waisya. Mereka sendiri yakin bahwa posisi mereka sebagai pemilik kekuatan dan berada di posisi atas bukan karena Dharma, melainkan karena mereka secara inheren lebih unggul karena diberkati oleh dewa.

Batara Semar Ismaya yang merupakan pamong Para Ksatria Seperti Sri Rama dan para Pandawa bersama para punakawan yang merupakan murid sebangsanya, memang berpenampilan merakyat dan bersahaja, mereka berpakaian sederhana yang mewakili sudut pandang dan suara rakyat jelata atau orang biasa.

Batara Semar melihat kehidupan kaum Sudra atau Plebs di Frankania pada zaman Kaliyuga. Semar seketika menangis putus asa mendengar perkataan sang Wisanggeni. Semar memahami bahwa dunia sudah memasuki Akhir Zaman atau Kaliyuga. Dengan kata lain, bumi sudah terlalu tua. Kebaikan dan kejahatan tidak bisa dibedakan, penjahat dan pahlawan juga sulit dipisahkan. 

Bahkan, sulit menentukan mana yang benar antara Pandawa dan Kurawa.Semar  melihat diskriminasi dan penderitaan yang mereka rasakan, di akhirat zaman Kaliyuga yang mengalami krisis moral memprihatinkan bahkan lebih buruk daripada zaman Bharatayuda dulu, banyak pahlawan yang merasa kekuatan adalah segala galanya, hingga bukannya membela yang lemah mereka malah menyombong kekuatannya dan mendiskriminasi orang lemah. 

Batara Semar juga bersimpati dengan Adipati Karna yang harus menjadi musuh Pandawa yang harus berkhianat ke kubu Kurawa dari para saudara pandawanya karena diskriminasi yang dia terima karena diasuh oleh orang berkasta Sudra, kusir kereta kuda.

Halaman-halaman daun lontar terakhir Kitab Babad Wisanggeni meramalkan bahwa suatu saat nanti Sang Hyang Batara Wenang akan mengutus Wisanggeni, yang sebenarnya sudah moksa setelah mengorbankan diri demi kemenangan Pandawa, untuk berinkarnasi menjadi seorang pemuda keturunan Parikesit. Tujuan utamanya adalah mengembalikan suku-suku Nusantaradwipa yang hilang di seluruh dunia ke Hastinapura dan tanah yang dijanjikan kepulauan Nusantaradwipa, serta menyatukan Pandawa dan Kurawa dengan menegakkan Dharma dan menghukum anak cucu Pandawa dan Kurawa yang menyalahgunakan kekuatan mereka untuk menindas yang lemah. Parikesit sendiri adalah cucu Arjuna yang menjadi Raja Hastinapura. Dengan demikian, baik Wisanggeni maupun Parikesit merupakan keturunan Arjuna.

Semenjak Yudayana putra Parikesit naik takhta, nama kerajaan diganti dari Hastina menjadi Yawastina. Yudayana kemudian mewariskan takhta Yawastina kepada Gendrayana. Pada suatu hari, Gendrayana menghukum adiknya yang bernama Sudarsana karena kesalahpahaman. Batara Narada turun dari kahyangan sebagai utusan dewata untuk mengadili Gendrayana. Sebagai hukuman, Gendrayana dibuang ke hutan sedangkan Sudarsana dijadikan raja baru oleh Narada.

Gendrayana membangun kerajaan baru bernama Mamenang. Antara Yawastina dan Mamenang terlibat perang saudara berlarut-larut. Memenang akhirnya bersekutu dengan sisa sisa Keturunan dan Laskar Kurawa untuk melawan Yawastina untuk membalaskan kekalahan mereka di Perang Bhratayuda di Medan Kurusherta 

Atas usaha pertapa kera putih bernama Hanoman yang sudah berusia ratusan tahun, kedua negeri pun berdamai, yaitu melalui perkawinan,namun Perang saudara dan konflik internal dalam Kekaisaran Yawastina yang berkuasa di seluruh Nusantaradwipa tak kunjung berakhir, Genosida dan pembantaian terhadap bangsa Rhaksasa keturunan prabu Rahwana penculik Dewi sinta Yang terjadi jauh sebelum Bhratayuda karena dendam dan perang saudara lanjutan antara Kelompok Pro Kurawa dan Pro Pandawa tak kunjung berakhir

Akhirnya Kekaisaran Hastinapura atau Yawastina Nusantaradwipa runtuh dan terpecah menjadi negara kecil yang lebih lemah dan dapat dengan mudah ditaklukkan oleh jelmaan Dewa Kaisar Langit  dari Dinasti Liong Tiongkok.

Kaum Pandawa dan rakyat Nusantaradwipa sempat melakukan pemberontakan terhadap Kaisar Tiongkok namun mereka dikalahkan dan melarikan diri ke seluruh dunia untuk menghidindari Persekusi dan kerja paksa,mereka akhirnya sampai ke Amerika latin yang dikuasai Republik Frankania karena kesaktian mereka Republik Frankania yang terobsesi dengan Pahlawan atau Jawara dan Colleseum menjadikan keturunan Pandawa sebagai tentara kolonial dan Petarung di Colloseum sedangkan Imigran Nusantaradwipa yang merupakan rakyat biasa dianggap rendah dan tak berharga.

Rata rata orang Nusantaradwipa yang kabur dari Persekusi kaisar Tiongkok kabur ke Suriname Amerika latin,negara bagian Frankania untuk menjadi tenaga kerja yang murah.Suriname juga basis kekuatan para Pandawa.

Sedangkan Semar Pamong Sri Rama  bersama orang orang Klan Suryawangsa pengikut Sri Rama mengasingkan diri ke pedalaman Jawa untuk bertapa menunggu kebangkitan Tanah Nusantaradwipa dan disebut kaum Tengger.

Alasan mengapa Pandawa dapat berkuasa di kelas sosial tinggi di Republik Frankania sebagai Patricius atau bangsawan Republik tidak lepas dari perjanjian antara Prabu Ranawijaya, keturunan Prabu Parikesit, penguasa Hastina pada era pasca-Bhratayuda, dan Presiden pertama Republik Frankania, Clovis Zeus I. 

Dalam perjanjian tersebut, Clovis Zeus I mendapatkan legitimasi kekuasaan dari Pandawa sebagai pemenang Perang Bharatayuda kepada Republik Frankania setelah kaum Pandawa dan bangsa lain di Nusantaradwipa mengungsi ke Suriname, Amerika Latin, wilayah Frankania, untuk menghindari persekusi dinasti Liong Tiongkok. Menurut perjanjian, Frankania harus mengembalikan kekuasaan tersebut 500 tahun kemudian.

Saat ini, Morningstar Wisanggeni menganggap bahwa momentum yang tepat telah tiba untuk mendirikan kembali Kerajaan Yawastina atau Hastinapura baru dengan nama "Keraton Agung Sejagat Hastinapura." Mahkamah Internasional dianggap sebagai parlemen dan kekuasaan kehakiman Keraton Agung Hastinapura yang baru, sementara Pentagon berfungsi sebagai Dewan Keamanan Keraton Agung Hastinapura dan Indraphrasta.

XXX

Sejak inspektur wilhelm meninggal Morningstar tinggal bersama kakak sepupunya. Silsilah keluarga Motningstar sangat rumit kepalaku sampai pusing, tapi aku akan mencoba menjelaskannya sesederhana mungkin. Kalian boleh melewati penjelasanku kalau kalian mau, tak terlalu berpengaruh ke cerita tapi detail ini cukup penting.

Bibi Morningstar, atau ibu dari kakak sepupunya Wisanggeni Morningstar yang bernama Robbespiere de Vionna Bathford adalah titisan Dewi Kamyaka, Dewi hutan dan kesuburan. Dewi Kamyaka adalah saudara perempuan dari ibu Wisanggeni Morningstar, yang merupakan titisan Dresanala, Dewi kecantikan. Dewi Kamyaka menikah dengan Agares, dewa iblis kegelapan dari bangsa Filistin sa;lah satu panglima terkuat Aulgelmir Appolion dan leluhur para vampir. Setelah menginvasi kahyangan Tengguru dan berhasil mengalahkan Batara Guru untuk meminang titisan salah satu putrinya, mereka melahirkan De Vionna, yang merupakan seorang dhampir.

Sang raja vampir, ayah dari kakak sepupunya Morningstar memiliki tiga istri. Istri pertamanya meninggal 100 tahun lalu ketika melahirkan Carmilia, anak tertua di keluarga Bathford. Karena tidak memiliki anak laki-laki, ia menikah lagi dengan bibi Morningstar dari pihak ibu, seorang wanita dari ras manusia setengah Dewi Kamyaka. Namun, bibi Morningstar meninggal karena kanker setelah melahirkan janin seorang vampir. Agares , sang raja vampir, memutuskan untuk menikah lagi karena belum memiliki anak laki-laki bahkan sampai akhir hayatnya.

Istri pertama Agares, Maria dos Palmares, memiliki dua orang anak kembar perempuan vampir darah murni, Erika Bathford dan Carmilia Bathford. Istri pertama Agares  adalah  seorang vampir yang menjadi pelayan Dewa Kegelapan Seth di Mesir. 

Erika Bathford memiliki dendam kesumat terhadap ayahnya Agares dan kakaknya, Carmilia Bathford, yang meninggalkannya saat masih kecil bersama ibunya yang sedang sakit. Kakaknya meninggalkan mereka untuk berperang melindungi manusia dan mengkhianati kaumnya sendiri, bangsa iblis yang saat itu beraliansi dengan Ras Reptilians untuk menaklukkan Bumi Fajar. Namun sampai saat ini Agares menghilang secara misterius.

Agares membunuh raja dan jenderal bangsa iblis serta menutup  Heavents Gate. karena ia jatuh cinta pada vampir darah murni yang memiliki wujud manusia bernama Maria Bathford Dos Palmares, Ibu Carmilia dan Erika. 

Aku Sendiri terkejut ternyata Ras Reptilians telah berusaha menguasai Bumi Fajar sejak lama, bahkan mereka sempat beraliansi dengan Ras Iblis.

Erika mengira kakaknya telah meninggal seperti ayahnya. Agar tak lagi diburu pemburu vampir selama puluhan tahun ia berusaha menyamarkan nama vampirnya dengan nama manusianya yaitu Asahi Akirayuki tanpa marga Bathford ,ketika masih anak anak ia tak memiliki kekuatan yang cukup untuk mengalahkan iblis atau pemburu vampir.

Ia kemudian mendirikan kelompok baru yang disebut Forever Knights Of Demon untuk membalaskan dendamnya terhadap kakaknya yang meninggalkan ibunya dan dirinya yang masih kecil. Forever Knights Of Demon yang mengumpulkan sisa sisa pasukan iblis yang selamat dari pengkhianatan ayahnya menjadi sekutu organisasi Kurawabharata, yang juga berusaha melawan kekuasaan Frankania negeri para dewa dan akibat dendam dan diskriminasi keturunan Pandawa terhadap keturunan Kurawa. 

Dengan kata lain, sekte Forever Knights Of Demon dan organisasi Kurawabharata memiliki musuh yang sama.

Di masa depan ada kemungkinan terjadi perang segitiga antara Republik Franknia didukung kaum Pandawa melawan Azazelian yang dipimpin Carmilia dan Morningstar melawan Kurawabarata dan Forever Knights of Demon. Ini adalah hal yang sangat mengerikan. Jika penduduk dunia ini tak bersatu Ras Reptilians akan mengeksploitasi konflik ini dengan sangat mudah untuk kepentingan mereka seperti yang terjadi di kehidupanku sebelumnya.

Dari istri keduanya, Agares menikahi seorang manusia titisan dewi yang merupakan bibi dari pihak ibu Morningstar, dan melahirkan kakak sepupu Morningstar de Robespierre yang bernama Robespierre de Vionna Bathford. 

Bibi Morningstar meninggal karena tak sanggup menahan rasa sakit akibat melahirkan kakak sepupunya yang memiliki darah setengah vampir.

Vionna adalah seorang dhampir, manusia setengah vampir yang seringkali dianggap lemah karena bukan darah murni, tapi ternyata dia sangat kuat karena mendapatkan berkah sebagai titisan Dewi Bulan Yunani, Diana atau disebut juga Artemis.

Kakak sepupu Morningstar Wisanggeni yang bernama Robespierre De Vionna sangat mengerikan meski dia bukan vampir darah murni. Dia adalah seperempat titisan Dewi Olympian Bulan Diana yang dapat bertransformasi dengan energi gerhana. Selain itu, dia juga seperempat vampir bulan bangsawan utama, seperempat manusia biasa, dan seperempat keturunan Batari Dewi Kesuburan Kamyaka Laksmi.

Dari istri ketiganya, yang merupakan werewolf, Agares memiliki seorang anak, yaitu Dienna Lycan. Istri ketiga Agares Alucard adalah Hilda, seorang putri Werewolf.  Namun sampai akhir hayatnya Agares sama sekali belum mendapatkan penerus laki-laki.

Hilda adalah putri Dewa Serigala Raksasa bernama Fenrir dari Nordik. Fenrir adalah anak dari Loki, dan diramalkan akan membunuh dewa Odin dalam Ragnarök, tetapi Fenrir akan mati dibunuh oleh putra Odin, Vídarr.Fenrir, salah satunya adalah mengenai tindakan para dewa yang berusaha mengikat Fenrir, yang tumbuh dengan cepat, supaya hewan tersebut tidak menimbulkan bencana. Dalam usahanya mengikat Fenrir, dewa Týr kehilangan tangan kanannya akibat gigitan sang serigala.

Di dalam ruang perpustakaan yang luas di kastil Carmilla Bathford, lampu-lampu berpendar lembut dari lilin memberikan suasana yang tenang.

Ratu Carmilia Bathford yang sangat dihormati di Provinsi Azazelian adalah putri tertua Keluarga Bathford yang menjadi ratu atau kepala keluarga karena satu-satunya vampir darah murni di antara adik-adiknya yang berdarah campuran manusia atau werewolf. Dia adalah kakak tiri seayah tetapi berbeda ibu dari kakak sepupu Morningstar, Robespierre de-Vionna Bathford, seorang dhampir—setengah manusia dari saudara ibuku dan setengah vampir dari ayahnya, Raja Dewa Vampir.

Ruang tersebut dipenuhi dengan rak-rak buku tua dan aroma kertas kuno yang khas. "Aku" duduk di kursi empuk di depan meja kayu besar, di mana Carmilla, vampir yang anggun dengan rambut hitam panjang dan mata merah menyala, duduk berseberangan.

"Maafkan aku jika telah mengganggu malammu," kataku, menatap Carmilla dengan penuh harap. "Tapi aku benar-benar butuh bantuanmu. Temanku, Elara, seorang elf, telah berubah menjadi kristal. Aku harus mencari cara untuk mengembalikannya ke wujud semula. Kau tahu sesuatu tentang hal ini?"

Carmilla menghela napas, wajahnya menunjukkan ekspresi yang penuh pertimbangan. "Sayangnya, pengetahuan tentang hal-hal semacam itu di luar keahlianku. Kristalisasi bukanlah fenomena yang umum di dunia kami, dan aku tidak memiliki informasi khusus tentang cara mengembalikannya."

Wendy dan Peter, yang duduk di sampingku, saling berpandangan. Wendy, dengan rambut merahnya yang tergerai, tampak cemas. Peter, dengan mata biru tajam, menyentuh dagunya seolah sedang berpikir keras.

"Namun," lanjut Carmilla, suaranya lembut namun penuh wibawa, "aku bisa merasakan betapa besar tekadmu dan betapa pentingnya Elara bagimu. Meskipun aku tidak dapat memberikan jawaban langsung, aku ingin menawarkan sesuatu."

Aku menoleh, tertarik. "Apa itu?"

"Kau dan teman-temanmu boleh tinggal di kastilku selama kalian berada di provinsi Azazelian. Mungkin dari sini, kalian bisa mengakses pengetahuan yang lebih luas atau menemukan petunjuk yang bisa membantu misi kalian. Kastil ini memiliki koleksi buku dan artefak yang mungkin berguna."

Peter mengangguk, dan Wendy tersenyum sedikit, tampak lega. Aku merasa seberkas harapan baru muncul di dalam diri kami. "Terima kasih, Carmilla. Tawaranmu sangat berarti bagi kami."

Carmilla tersenyum lembut, lalu berdiri dengan anggun. "Silakan, jika ada yang bisa aku bantu, jangan ragu untuk meminta. Aku berharap kalian menemukan apa yang kalian cari."

Dengan itu, aku, Wendy, dan Peter mengikuti Carmilla keluar dari ruang perpustakaan, siap memulai babak baru dari pencarian kami di kastil yang misterius ini, dengan harapan bahwa di balik tembok-tebok tua dan rak-rak buku kuno, kami bisa menemukan jalan untuk menyelamatkan Elara.

XXX

Morningstar, dengan mata cerah dan polos, duduk di depan kakak sepupunya, De Vionna, yang memiliki tatapan lembut dan penuh perhatian. Mereka berdua berada di sebuah ruang kecil di sudut Forsaken Realms, sebuah tempat yang jauh dari kemewahan Noble Realms.

"Kak De Vionna," tanya Morningstar dengan penuh harapan, "orang-orang di wilayah atas pasti hidup enak, ya? Mereka pasti menjalani hari dengan hidup mewah. Orang orang diatas sana sangat sombong, berbicara dengan jahat dan memperlakukan orang layaknya keset karena dididik sejak kecil untuk meremehkan manusia yang memiliki kekuatan dewata sepertiku atau mahluk kegelapan seperti kakak  yang dianggap rendah, Kenapa kita tidak pindah ke wilayah atas saja?" Tanya Morningstar dengan mata polos pada kakak sepupunya yang lembut itu.

De Vionna menatap adiknya dengan rasa putus asa di matanya yang berkilau seperti bulan purnama. "Masalahnya tidak semudah itu. Hanya orang dengan kekuatan dewata tinggi yang dapat tinggal di wilayah atas. Ada diskriminasi yang mendalam terhadap penduduk wilayah bawah seperti kita. Meskipun kita sesama warga negara, kita dipandang rendah hanya karena kekuatan sihir kita yang dianggap rendah."

Morningstar menggenggam tangan kakaknya dengan tekad. "Kalau begitu, aku akan memutus rantai ini," katanya dengan suara penuh tekad. Kadipaten Azazeliaan akan bebas dari Forsaken realms dan menjadi negara merdeka dari Frankania"Aku berjanji akan menjadi ksatria kegelapan  yang akan menghapuskan masyarakat pahlawan dan para dewa yang diskriminatif ini. Aku akan menjadi Ksatria kegelapan yang menjadi ancaman terbesar sepanjang sejarah negara ini. Rakyat jelata dan mereka yang terlahir sebagai makhluk kegelapan tak akan lagi didiskriminasi dan diasingkan dari fasilitas pusat kota."

Dengan janji kelingking mereka yang saling terkait, Morningstar bertekad untuk mengubah nasib, menantang norma-norma diskriminatif yang telah lama mengakar, dan merintis jalan baru bagi mereka yang selama ini terpinggirkan. " Di masa depan, para Revolusioner Azazelian akan menghancurkan patung The Ubbermansch Liberty   yang memulai era pahlawan Republik Frankania dan sisi gelapnya.." Kata Morningstar sambil memeluk kakaknya yang hampiur dua kali tinggi badannya saat itu

Di dunia Frankania, hierarki kekuatan menentukan status sosial. Pahlawan kelas D, C, dan B, yang merupakan titisan dewa minor, sering dianggap tidak berharga dan dijadikan tumbal demi kepentingan Pahlawan kelas S dan A. Mereka dipandang sebagai pion yang dapat dikorbankan untuk mencapai tujuan.

Diskriminasi berdasarkan kekuatan dewata menyebabkan ketidakadilan. Pahlawan kelas bawah dipaksa bertarung di garis depan tanpa penghargaan, sedangkan pahlawan kelas atas menikmati kekuatan dan pengaruh. Doktrin moral dan pengorbanan yang tidak adil memperburuk situasi, membuat Pahlawan kelas bawah merasa tidak dihargai dan diperlakukan sebagai sampah.
XXX

Wisanggeni Morningstar berdiri di tengah ruangan. Mantelnya compang-camping, rambutnya acak-acakan seperti habis kabur dari penjara. Matanya menyala pelan dalam gelap — bukan karena amarah, tapi karena kecewa yang terlalu lama dipendam.


Tiga pria berdiri mengelilinginya. Tiga pria tua… atau lebih tepatnya: tiga legenda mati yang belum sepenuhnya hilang.
Reruntuhan istana tua di jantung hutan Azazelian. Langit tertutup kabut. Pohon-pohon tua berbisik, dan patung-patung raksasa Kurawa yang patah tersembunyi di semak liar.

Wisanggeni berdiri di tengah ruang terbuka yang lapuk waktu. Tanah di bawahnya basah, udara di sekeliling terasa berat, seperti mengandung suara-suara dari masa lalu yang belum rela mati.

Lalu, satu per satu, mereka datang.

Yang pertama melangkah dari bayangan adalah seorang pria tinggi, berkulit keemasan, wajahnya tajam dan tenang seperti patung marmer hidup. Rambut panjangnya diikat sederhana, jubahnya kelabu dan penuh debu, tapi posturnya… tegak. Tidak sedikit pun membungkuk, seolah dunia masih berutang sesuatu padanya.

“Kau sudah dewasa, Wisanggeni.”

Suara itu dalam, lembut… dan terasa sangat tua.
Karna.
Anak matahari.
Kesatria agung yang dibuang sejarah,
dan — lebih penting — kakak tirinya Arjuna.

Wisanggeni tertegun.
“Aku… mengenali suara itu. Tapi ini… tidak mungkin.”

Dari sisi kanan, langkah kedua terdengar — berat, mantap, dan penuh tekanan.
Seorang pria besar muncul dari balik reruntuhan. Bahunya lebar seperti gerbang istana, wajahnya keras seperti batu karang, dan sorot matanya menyala seperti api yang belum padam. Tangannya mengepal, dan ada luka lama di dada kirinya.

 “Kami pamanmu.
 Dan kami tak datang untuk membawakan hadiah ulang tahun.”

Duryodhana.
Pangeran Kurawa.
Yang kalah dalam Bharatayuda, tapi berdiri kembali dengan dendam yang berubah menjadi ketenangan dingin.

Di belakangnya, sosok ketiga muncul —
lebih ramping, lebih cepat, langkahnya seperti bayangan yang bisa menyelinap lewat celah hati manusia.

Dursasana.
Senyumnya masih sama: miring, mengejek, menantang langit.

 “Kami pikir sudah waktunya kau tahu siapa yang sebenarnya berdiri di sisimu, keponakanku.”

---

Wisanggeni tidak bicara. Tidak bisa. Napasnya tercekat.

Tiga nama yang selama ini hanya hidup di buku-buku kuno dan khutbah para pendeta… sekarang berdiri di hadapannya. Dan mereka memanggilnya keponakan.

Karna mendekat lebih dulu, lalu menyentuh bahu Wisanggeni. Sentuhannya hangat — tidak seperti dewa, tidak seperti roh, tapi seperti… keluarga.

 “Kami tahu siapa kamu.
 Anak Arjuna yang disembunyikan dari dunia.
 Dibesarkan bukan sebagai Pandawa, juga bukan Kurawa.
 Kau sendirian.”

Duryodhana melangkah maju.

 “Dan kini, Frankania — negeri yang katanya adil — mengulang dosa lama.
 Menindas anak cucu Kurawa. Menyebut kami pewaris iblis.
 Mereka tidak melihat siapa yang salah… hanya melihat siapa yang menang.”

Dursasana mengeluarkan gulungan bendera merah, lalu melemparkannya ke tanah.

 “Azazelian harus merdeka.
 Ini tanah para buangan, para makhluk malam.
 Tapi kami tidak akan terus diseret sebagai bayang-bayang dosa Bharatayuda.”

Karna menatap Wisanggeni dalam-dalam.
“Dan kau, Wisanggeni… api yang tidak diakui oleh langit maupun bumi…
kau lah jenderal kami.
Pemimpin revolusi kami.
Yang bisa menyalakan perang baru — perang keadilan.”

Wisanggeni melihat mereka satu per satu.

 Karna — diam, tajam, menyimpan luka terlalu dalam.
 Duryodhana — kuat, tenang, penuh harga diri.
Dursasana — licik, berbahaya, tapi setia pada darahnya.

Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya,
Wisanggeni merasa *tidak sendirian*.

---

 “Jadi,” katanya pelan, “kalian bertiga benar-benar… pamanku?”

Karna tersenyum. “Kami bukan sempurna. Kami bukan suci. Tapi kami darahmu.”

Duryodhana mengangguk. “Dan kau… adalah nyala baru yang tidak bisa mereka padamkan.”

Dursasana mendekat, berbisik di telinganya:

 “Kita bukan anak Bharatayuda. Kita anak dari sejarah yang ingin dilupakan.
Tapi kita tidak akan diam.”

Wisanggeni menatap bendera merah berduri itu.

Dan dalam dadanya, bara kecil menyala.
Tidak dengan amarah.
Tapi dengan *tujuan*.


 “Pandawa, yang katanya pembela keadilan, sekarang duduk di kursi penguasa di Republik Frankania.
 Tapi para Kurawa? Kami dijadikan kelas buangan. Diinterogasi, dikunci, dituduh pewaris kejahatan. Anak cucu kami dihukum karena perang ribuan tahun lalu.”

Wisanggeni tidak menjawab.

Duryodhana maju. Tatapannya berat. “Kami tahu hatimu, Wisanggeni. Kau juga muak dengan Frankania. Kau tahu bagaimana mereka memperlakukanmu. Mereka tak pernah benar-benar menganggapmu Pandawa. Atau dewa. Atau manusia.”

Dursasana menambahkan dengan senyum menyeringai:

 “Kau setengah langit, setengah neraka. Dan itu membuatmu sempurna untuk kami.”

Hening sejenak. Hanya suara detak air yang terdengar.

Lalu Karna membuka gulungan kain hitam dan memperlihatkan bendera merah berduri, bergambar mata iblis dan mahkota patah.

“Kami ingin Azazelian merdeka.
Provinsi penuh makhluk malam dan roh terkutuk itu sudah cukup lama dijadikan koloni.
Kami ingin menjadikannya Kekaisaran Azghareth.
Negeri bagi mereka yang tidak diterima oleh cahaya.
Kau, Wisanggeni Morningstar... kami ingin kau menjadi Jenderal pertamanya.”

Wisanggeni menatap bendera itu. Lama

Bayangan Sarvakara Arjuna melintas di pikirannya. Tapi juga bayangan pengkhianatan, pengorbanan, pengusiran, dan penghapusan identitasnya sendiri.

“Kalian ingin aku memimpin pemberontakan terhadap Republik?"

 “Bukan sekadar republik,” kata Karna pelan.
“Tapi sistem yang korup sejak Bharatayuda.
Kita bukan pemberontak. Kita adalah pemurni sejarah.

Dan dalam detik itu, Wisanggeni menyadari sesuatu.

Ia tidak pernah punya tempat di langit.
Dan bumi… juga tidak pernah benar-benar menerimanya.

Mungkin… neraka adalah satu-satunya tempat yang menawarkannya tahta.


XXX

Penjara Militer Arasy Putih, markas tinggi angkatan perang Republik Frankania.
Sel bawah tanah. Dindingnya dari logam kelabu yang memantulkan gema setiap napas. Di luar, badai salju elektronik menggulung langit.

Di dalam sel sempit, empat sosok duduk dalam diam. Tanpa belenggu, tapi juga tanpa harapan. Hanya kesetiaan mereka pada nurani yang membuat mereka tetap di sana.

Mereka adalah Naradja Gatotkaca,  Abimanyu, Antasena, dan Antareja*
Putra-putra Pandawa.
Pahlawan yang seharusnya duduk di kursi kemuliaan…
…tapi kini disebut pengkhianat negara.

---

Gatotkaca duduk bersila, tubuh raksasanya menunduk, sayap baja di punggungnya dilipat rapi. Ia tampak seperti gunung yang kelelahan berdiri terlalu lama.

“Dulu kita berperang demi dharma,” gumamnya pelan.
 “Tapi sekarang mereka ingin kita perang demi… kursi.”

Abimanyu, duduk menyandar di tembok, menatap lurus ke atap yang retak.

“Mereka bilang Wisanggeni adalah separatis.
 Tapi dia sepupu kita.
 
 Bagaimana mungkin aku mengarahkan senjata pada dia?”

Antasena, si penguasa lautan, menyilangkan tangan, wajahnya gelap.

 “Dia bukan musuh. Dia luka yang tak pernah disembuhkan oleh sejarah.
 Dan sekarang mereka ingin kita jadi tangan besi untuk membungkamnya?”

Antareja menatap tanah. Tangannya terus menggenggam secarik kain merah — potongan jubah Wisanggeni dari masa kecil.

 “Kita sudah lihat apa yang dilakukan ayah-ayah kita di Bharatayuda.
 Darah Kurawa, darah Pandawa… semuanya sama di tanah.
 Apa kita akan ulangi itu lagi, demi kepuasan para senator Frankania?”

---

Pintu sel terbuka. Seorang perwira berpangkat tinggi masuk — jaketnya bersih, wajahnya keras seperti pahatan baja.

 “Kalian adalah ksatria negara.”
 “Dan kalian menolak tugas untuk menyerang Azazelian.”

 “Itu pengkhianatan.”

Gatotkaca berdiri perlahan. Tingginya membuat perwira itu mundur satu langkah.

 “Kalau membunuh saudara sendiri demi Republik adalah kesetiaan…”
“Maka biarlah kami pengkhianat.”

Perwira menggertakkan giginya. “Wisanggeni adalah ancaman! Dia ingin mendirikan Kekaisaran Iblis!”

Abimanyu bangkit dari duduknya. Sorot matanya tajam.

 “Tidak ada iblis di tubuh Wisanggeni.
Yang ada hanya kemarahan seorang anak yang dibuang sejarah.”

Antasena menambahkan, suaranya dingin.

 “Dan kalian ingin kami mengulang perang tua yang belum selesai…
 tapi dengan bendera baru dan dosa yang sama.”

Antareja melangkah ke depan, berdiri di tengah mereka.

 “Katakan pada Senat.
Kami tidak akan membunuh Wisanggeni.
Kami tidak akan menjadi tangan dari sejarah yang busuk.
Kami akan tetap di penjara…
jika itu harga untuk menghentikan darah saudara kami sendiri.”

---

Perwira itu tidak menjawab. Ia hanya mundur, mengunci sel, dan meninggalkan mereka.

Di luar, suara sirene perang mulai meraung.
Pasukan sedang disiapkan.
Senjata diarahkan ke Azazelian.

Tapi di dalam sel,
empat saudara duduk bersama.
Mereka tidak merdeka.
Tapi mereka bebas.


XXX

Benteng Terakhir Ordo Bathford, wilayah perbatasan utara Frankania, malam sebelum dewan tinggi Frankania mengesahkan “Undang-Undang Penaklukan Azazelian.”

Di sebuah ruangan yang hangus setengahnya karena serangan drone seminggu lalu, dua wanita berdiri saling berhadapan di antara rak buku roboh dan peta dunia yang terbakar ujungnya.

Carmilia Bathford — sulung keluarga bangsawan militer Bathford, rambut perak panjangnya terikat tinggi, matanya tajam seperti pisau, wajahnya penuh luka-luka lama yang tidak pernah dia izinkan sembuh.

Erika Bathford — adik kandungnya, lebih muda, lebih emosional, selama ini membelot dari jalur militer dan membentuk aliansi bawah tanah. Wajahnya lebih tenang malam itu. Bukan pasrah, tapi teguh.

 “Kamu datang juga,” ujar Carmilia pelan.
“Aku pikir kamu masih menganggapku alat kekuasaan Republik.”

Erika menatap kakaknya dengan mata yang selama ini penuh kemarahan — tapi kini hanya menyisakan rasa lelah dan sayang yang terlambat.

 “Dulu aku membencimu... karena kamu memilih tunduk pada sistem.
Tapi ternyata, sistem itu sendiri yang mengkhianatimu lebih dulu.”

Carmilia tak menjawab. Ia menatap peta di dinding. Garis-garis merah mengelilingi wilayah Azazelian seperti jerat.

Erika menarik napas panjang. Lalu membuka gulungan dokumen kecil dari dalam mantelnya.

 “Organisasi Kurawabharata— faksi tua keturunan Kurawa di tubuh legislatif bawah tanah — telah menyatakan dukungan penuh pada kemerdekaan Azazelian.”
 “Dan aku… aku berhasil menyatukan mereka dengan Forever Knights of Demon — para eksil iblis, beastfolk, dan makhluk malam yang dulu dibuang Frankania ke wilayah selatan.”

Carmilia menoleh cepat. Wajahnya terkejut, tapi tak bisa menyangkal rasa hormat yang tumbuh di dalam dirinya.

 “Kau menyatukan dua organisasi yang saling curiga selama puluhan tahun?”

Erika mengangguk. “Karena mereka punya musuh yang sama sekarang.
Bukan manusia. Bukan dewa.
Tapi ingatan palsu yang terus diulang oleh Republik ini.”

Carmilia memejamkan mata. Ia terdiam. Lalu dengan suara rendah, katanya:

 “Kau tahu... dulu aku pikir dengan menjadi alat Republik, aku bisa memperbaiki sistem dari dalam.
 Tapi nyatanya, setiap tahun aku lihat wajah-wajah dibungkam, anak-anak dibakar sejarah,
 dan namaku sendiri dicuci bersih dari darah yang aku lindungi.”

Erika mendekat. Wajahnya lembut.

 “Kita tidak bisa ulang Bharatayuda.
Tapi kita bisa hentikan tragedinya.”

Carmilia tersenyum kecil. Untuk pertama kalinya dalam sepuluh tahun, ia memeluk adiknya.
Hangat. Tegas. Tak lagi sebagai lawan. Tapi sebagai sesama Bathford.

 “Lalu katakan padaku, Erika…
 Apa rencanamu?”

Erika menarik napas dalam. Tatapannya membara.

 “Kita akan bantu Wisanggeni.
 Kita akan kirim pasukan rahasia.
 Kita akan bocorkan rute militer ke dalam benteng Azazelian.
 Dan jika perlu…
Kita akan bakar bendera Frankania sendiri.”

Carmilia mengangguk. Senyumnya tajam.

 “Baiklah.
Untuk pertama kalinya…
Keluarga Bathford berperang di sisi yang benar.”

XXX

Dalam hening malam kediaman Bathford, Batari Kali kembali muncul duduk bersila di hadapanku , dengan tatapan yang dalam dan penuh makna. Hembusan angin malam menyusuri rambutnya yang hitam legam, menciptakan aura kekuatan yang tak terlihat namun terasa. Aku , yang tengah merenung, mendengarkan setiap kata Batari Kali dengan hati-hati.

Batari Kali memulai, suaranya lembut namun penuh wibawa, "Orang yang mendapat pencerahan adalah orang yang tak sadar dirinya mendapat pencerahan dan tak tahu apa arti pencerahan." Ia berhenti sejenak, menatapku dengan pandangan tajam, seperti ingin menembus batas kesadaran manusia. "Jadi, seluruh semedi yang kau lakukan, sebaiknya tak mengharapkan imbalan. Pencerahan bukan untuk mendapatkan sesuatu, melainkan untuk melepaskan diri dari segala keterikatan, termasuk dari masa lalu."

Aku, Tesla Sancaka duduk termenung di tepi sungai, matanya menatap aliran air yang tenang namun tak bisa mengalihkan pikirannya. Pikiran tentang hidup dan kematian bergelayut di benaknya, seperti bayangan yang tak kunjung pergi. Di sampingnya, Batari, sang guru yang penuh wibawa, berdiri dengan tenang, memperhatikan sang murid yang terlihat kebingungan.

"Tesla," Batari memulai, suara lembut namun penuh makna. "Manusia tak pernah berlomba dengan orang lain. Kita tak bersaing dengan siapapun selain diri kita sendiri. Yang sesungguhnya kita hadapi adalah waktu, kematian yang tak dapat dielakkan. Hanya itu yang pasti." 

Aku menoleh, mataku berkaca-kaca, tampak seperti mencari makna dalam setiap kata yang terucap. "Tapi... mengapa kita berjuang keras, Batari? Apa tujuan kita jika semuanya akan berakhir?"

Batari tersenyum dengan bijaksana, melangkah mendekat dan duduk di samping Tesla. "Karena hidup hanya sekali, Tesla. Begitu semuanya berakhir, kita akan kehilangan segalanya—semua yang kita cintai, segala yang kita perjuangkan. Tak ada yang bisa kita bawa pergi, kecuali bagaimana kita menjalani waktu itu. Jangan sia-siakan hidupmu, lakukan yang terbaik dengan sisa waktu yang ada. Agar hidupmu lebih panjang dan berarti, bahkan setelah kau pergi." 


Aku menundukkan kepala, merenung. "Tapi, kadang-kadang kegagalan itu terasa lebih mudah daripada terus berjuang, Batari. Kadang godaan untuk menyerah begitu kuat."


Batari mengangguk pelan, memandang jauh ke horizon seolah melihat dunia yang lebih luas. "Kegagalan dan godaan untuk menyerah memang selalu hadir. Mereka jauh lebih mudah dan menyenangkan, itu kenyataannya. Tapi tekad untuk terus berjuang, untuk bertahan dan mencapai yang terbaik, itulah yang akan memberikan hidupmu makna sejati. Waktu tak akan kembali, Tesla. Syukurlah untuk tiap detiknya. Hargai hidup, agar kau tak menyesal di akhir nanti."


Aku terdiam, meresapi kata-kata itu, merasakan kedalaman nasihat yang diberikan. Batari melanjutkan dengan lembut, "Jalan menuju Yamaloka sangat indah, penuh dengan bunga dan jalanan mulus yang menuntunmu. Namun ingat, jika kau memilih jalan itu, kau takkan bisa bebas dari siklus reinkarnasi. Begitu pula dengan Swargaloka—tempat yang seakan sempurna, tapi membuatmu terikat pada putaran hidup dan mati yang tiada akhir."


Aku  menatap Batari dengan penuh pertanyaan. "Lalu, apa yang harus kita lakukan?"

Batari memandang langit, suaranya penuh keheningan yang dalam. "Kau harus selalu menghormati hidup, menghargai setiap momen. Jika kita melupakan mereka yang sudah pergi, mereka akan terlupakan—begitu juga dengan kita, jika kita tak menjaga nilai hidup ini. Jangan sampai terlena dengan godaan untuk menyerah. Setiap keputusanmu membentuk takdirmu, Tesla."

Aku merasakan sebuah cahaya baru yang menyentuh hatinya, sebuah pencerahan yang mulai memotivasi dirinya untuk tidak menyerah begitu saja. "Terima kasih, Batari. Aku akan berjuang."

Batari tersenyum, mata penuh kedamaian. "Begitu, Tesla. Ingatlah, hidup ini adalah hadiah yang tak boleh kita sia-siakan."

Aku mencerna kata-kata itu, merasakannya menyelusup ke dalam jiwanya. Batari Kali melanjutkan, "Boddhisatwa tak menyangkal keberadaan Dewata atau Bhatara yang ada di dunia ini sebagai makhluk supranatural dengan kekuatan melebihi manusia. Namun, mereka menyangkal bahwa memuja para dewa bisa melepaskan manusia dari penderitaan." Ia mengangkat tangannya, seolah memegang kebenaran yang lebih besar. "Satu-satunya yang bisa melepaskan dunia dari kejahatan dan penderitaan adalah diri individu manusia itu sendiri. Bukan sosok lain, bukan dewa, bukan kekuatan luar."

Aku merasa tubuhnya seolah dipenuhi energi yang luar biasa, sesuatu yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Batari Kali menatapnya lebih dalam lagi, "Manusia harus mencapai pencerahan dan lepas dari penderitaan tanpa bergantung pada siapapun, termasuk para Dewata."

Seketika, suasana berubah menjadi sunyi. Batari Kali melanjutkan, suaranya kini terdengar lebih jauh, seperti mengingatkan perjalanan panjang umat manusia dalam mencari kebenaran. "Jauh sebelum Sang Buddha sejati itu sendiri, para dewa di alam semesta yang dipuja manusia sudah menjadi Boddhisatwa. Tengri, dewa Petir Bangsa Mongol. Aku, Batari Kali, bahkan para Dewa Babilonia primordial seperti Abszhu hingga Marduk."

Aku merasakan kehadiran yang lebih besar dari kata-kata itu, seakan semesta sedang berbicara langsung dengan jiwanya. Dalam diam, aku mulai memahami bahwa pencarian sejati bukanlah tentang menggapai kekuatan luar, melainkan membebaskan diri dari belenggu dalam. Sebuah pencerahan yang lebih dalam, lebih murni, dari yang pernah aku bayangkan.


Kami tiba saat kabut belum sepenuhnya turun, tapi sinar matahari juga sudah tidak berguna lagi di tempat seperti ini.


Di selatan, segala sesuatu seperti berbisik, tapi bukan suara yang bisa kau tangkap dengan telinga. Ini suara yang menempel di tengkukmu. Lembut, tapi membuat bulu kuduk berdiri.


Aku, Wendy, dan Peter berjalan pelan di jalanan batu retak yang membelah hutan hitam. Di kiri-kanan, pohon-pohon bengkok seperti menunduk ke arah kami — seolah tahu siapa kami, dan kenapa kami datang.


Konfederasi Si’Vareth bukan tempat biasa. Mereka bukan sekadar penyihir. Mereka adalah pecahan dari semua tatanan magis dunia: eksil, pembelot, ilmuwan sesat, penjaga kebenaran tua, bahkan peramal yang ditolak kerajaan sendiri.


Tapi hari ini... kami tidak datang untuk menertibkan. Kami datang untuk menawarkan api.


Gerbang batu dengan simbol lingkaran perak dan mata berduri membuka tanpa suara. Dua penjaga berpakaian jubah ungu dan topeng tulang memberi isyarat kami masuk.


 “Tak perlu bicara,” bisik Wendy padaku.

 “Biar Peter yang memulai. Kita dengarkan dulu bagaimana mereka berdetak.”


Aku mengangguk.


Kami melintasi lorong bawah tanah menuju aula utama. Dindingnya penuh lukisan sihir yang bergerak, menunjukkan adegan pembakaran buku, pertempuran dengan pasukan Frankania, dan pelarian penyihir muda dari menara-menara yang runtuh.


Dan di ujung ruangan, duduklah mereka: Lima tetua Konfederasi Si’Vareth.


Semua mengenakan jubah dalam gradasi ungu tua dan hitam. Tak satu pun dari mereka memperlihatkan wajah, kecuali satu — Permaisuri Ratu Asvara, wanita separuh baya dengan rambut beruban mengalir seperti tinta, dan mata emas yang seolah bisa membelah hatimu dua.


Peter membungkuk ringan. “Kami datang sebagai utusan dari wilayah netral. Kami tidak mewakili Frankania. Tidak juga Azazelian. Kami ingin bicara... soal peperangan yang akan datang.”


Asvara memandangi kami satu per satu. Lama.


 “Tiga anak dari utara datang ke selatan,

 membawa suara yang bukan milik siapa-siapa,” katanya pelan.

 “Kalian tahu, kami tidak percaya pada sistem Frankania. Tapi jangan kira kami percaya pada kaisar api itu. Wisanggeni adalah percikan yang menyulut perang, dan kau ingin kami percaya pada perang yang menyala dari luka lama?”


Wendy bicara tanpa ragu.


 “Kami adalah Putri dan Pangeran Kerajaan Sihir Azaroth dalam pelarian, tidak datang membawa janji damai. Tapi juga tidak membawa ultimatum. Kami tahu kalian punya jaringan mata dan telinga di tubuh Frankania. Kami juga tahu kalian mulai mempersenjatai menara-menara bayangan kalian.”


Peter menambahkan, “Apa kalian benar-benar siap berperang... tanpa tahu ke mana arah akhirnya?”


Asvara tersenyum kecil.


 “Frankania harus jatuh. Itu sudah keputusan.

 Tapi kami tidak mau dunia jatuh ke tangan Azghareth.

 Karena kegelapan yang pernah diciptakan tak pernah benar-benar tahu cara berhenti membakar.”


Aku akhirnya bicara.


 “Maka biarkan kami jadi perantara.

Kalian ingin kehancuran Frankania.

Wisanggeni ingin kebebasan bagi kaum yang ditindas.

Tapi jika kalian tidak bertemu,

 maka perang ini akan memakan lebih dari yang kalian sangka.”


Asvara menatapku tajam.


 “Dan kenapa anak muda sepertimu berpikir bisa menjembatani dua kutub yang saling ingin saling musnah?”


Aku menatap balik.


 “Karena kami tahu apa rasanya kehilangan arah.

 Dan kami lebih memilih jadi jembatan yang terbakar...

 daripada jadi tembok yang membisu.”


Hening.


Salah satu tetua Si’Vareth membisikkan sesuatu ke telinga Asvara. Ia mengangguk pelan.


“Tinggalkan satu di antara kalian malam ini. Kami akan bicarakan ini lebih jauh.

Tapi ingat, satu kata yang salah... dan tak ada yang bisa menyelamatkanmu dari mata dalam kabut ini.”


Wendy menatapku. Peter juga.


Dan seperti biasa... aku tahu, aku yang harus tinggal.


---


Malam pun turun.


Aku duduk di bawah obor sihir yang tidak memancarkan cahaya, tapi rasa: rasa gugup, rasa ditelanjangi.


Tapi di dalam hatiku, aku tahu...


Ini bukan awal pertemanan.

Ini awal perundingan yang bisa menyelamatkan dunia… atau membakarnya sampai habis.

XXX

Aula Bara Abadi, istana pusat Kekaisaran Azazelian. Dindingnya berlapis logam hitam dan batu merah, dengan sungai lava mengalir di sela-sela lantai yang mengeluarkan uap panas. Langit di atas berkabut kemerahan, seperti luka yang belum sembuh.


Di singgasana yang tampak seperti tahta namun juga seperti altar pengorbanan, Wisanggeni Morningstar duduk diam. Mata apinya tak berkedip, napasnya tenang. Tapi seluruh ruang tahu: bara dalam dirinya tak pernah padam.


Tiba-tiba, angin suci mengoyak udara panas.


Langkah kaki putih mendarat tanpa suara di tengah aula.


Seorang sosok berjubah putih, bertubuh simpanse kekar, berekor, dan bermata bercahaya seperti berlian turun dari langit seperti kilatan petir tenang.


Hanoman.


Dewa, utusan langit, kesatria abadi, putra Bayu. Lambang kesetiaan dan kemurnian. Utusan terakhir dari Republik Frankania, dikirim bukan dengan pasukan… tapi dengan suara langit dan kepercayaan pada kebenaran mutlak.


 “Wisanggeni,” ucap Hanoman, suaranya tenang namun menusuk.

 “Aku datang bukan sebagai musuh. Tapi sebagai pengingat: darahmu adalah darah suci. Tapi perbuatanmu telah menyeretmu ke lumpur dosa.”


Wisanggeni menyipitkan mata. “Langsung ke inti, kakek.”


 “Kurawa,” lanjut Hanoman, “adalah warisan kehancuran. Pemberontakan mereka melawan Pandawa adalah karma yang terus membusuk.

Dan Azazelian… adalah tempat di mana kelahiran rendah, karma buruk, dan niat jahat berkumpul.”


Hanoman menatap lurus.


“Kau adalah keturunan Arjuna. Ketika kau berdiri di sisi mereka yang terlahir sebagai sudra, iblis, dan makhluk malam, kau melawan tatanan alam.

 Kau menyangkal hukum kelahiran. Apa yang ada sekarang… adalah hasil dari dosa-dosa masa lalu. Mereka menerima nasib mereka.

 Tapi kau… ingin membakar langit demi mereka?”


Wisanggeni berdiri. Bayangan apinya menjulang.


 “Kau salah, Hanoman.

 Kelahiran mungkin tak bisa dipilih. Tapi pilihan setelah lahir… adalah hak semua jiwa.”


Langkahnya maju.


“Apa kau tahu rasanya dibuang karena terlalu kuat untuk dipeluk?

Apa kau tahu rasanya diasingkan karena tidak cocok dengan takdir yang dituliskan orang lain atas nama surga?”


Hanoman mendengus. “Kau masih muda.”


“Muda atau tidak,” balas Wisanggeni, “aku tidak akan berlutut pada sistem yang memenjarakan manusia atas nama ‘dharma’ yang hanya berpihak pada pemenang.

"Kurawa, iblis, sudra, kaum malam — kami mungkin dilahirkan di bawah. Tapi bukan berarti kami harus tetap membungkuk selamanya.”


Hanoman mengangkat tangan. “Aku tidak datang untuk bertarung.”


“Sayangnya, kau datang sendirian. Ke pusat Azghareth.

 Di negeriku, itu bukan langkah bijak, Hanoman.”


Wisanggeni menjentikkan jarinya.


Lantai terbuka. Api meledak dari bawah. Pasukan iblis penjaga Azazelian muncul dari bayangan — bertaring, bersenjata, dengan sihir hitam membalut tangan mereka.


Hanoman tetap tenang. Tapi keringat mulai menetes.


Wisanggeni menatapnya dingin.


“Kau ingin membawa pesan langit. Tapi langit yang tidak mendengar jerit bumi,

seharusnya berhenti bicara tentang hukum.”


---


Pertarungan meledak.


Hanoman meloncat, menghindar, menangkis, dan meneriakkan mantra langit. Tapi jumlah musuh terlalu banyak. Bahkan bagi seorang dewa.


Dia bertarung dengan indah — cepat seperti angin, kuat seperti petir, dan bersinar seperti matahari pagi. Tapi Azazelian bukan tanah yang tunduk pada cahaya.


Satu per satu pasukan dikalahkan. Tapi tubuh Hanoman terluka. Darah dewa menetes ke lantai neraka.


Wisanggeni tidak ikut campur. Ia hanya menatap. Dan saat Hanoman akhirnya terdorong ke ujung balkon api, ia mengangkat tangannya.


“Cukup.”


Semua pasukan berhenti.


“Kau boleh pulang, Hanoman.

Tapi sampaikan pada para dewa…

jika mereka ingin perang,

mereka akan mendapat api.”


Hanoman berdiri, terengah, tapi matanya masih menyala.


 “Kau akan terbakar oleh nyalamu sendiri, anak muda.”


Wisanggeni tersenyum dingin.


 “Mungkin. Tapi aku akan terbakar dengan kehendakku sendiri.

 Bukan karena takdir yang ditulis oleh mereka yang duduk di atas dan lupa rasanya disentuh tanah.”


---


Dengan satu lompatan besar, Hanoman terbang meninggalkan Azazelian.

Udara suci tertinggal sebentar, lalu lenyap.


Dan Wisanggeni kembali duduk di singgasananya. Api menyelimuti lantai.

Suara petarung-petarung iblis mulai bersorak. Tapi ia mengangkat tangan.


 “Belum saatnya. Perang masih jauh. Tapi langit… sudah mulai turun ke bumi.”


XXXX

Indra turun dari langit seperti petir yang dipahat menjadi manusia. Tubuhnya bersinar, matanya menyala seperti dua matahari kecil, dan di tangannya tergenggam vajra—petir abadi yang hanya digunakan saat langit benar-benar merasa terancam.


“Wisanggeni!” teriaknya. “Anak api dari darah Pandawa.

 Berhenti sekarang! Kau tak dilahirkan untuk memihak para buangan!”


Wisanggeni berdiri di atas jembatan batu lahar yang mengapung, api menyala dari tubuhnya. Suaranya serak, tapi jelas:


“Aku tidak memilih dilahirkan. Tapi aku memilih di pihak siapa aku berdiri.

 Dan aku berdiri bersama mereka yang tak pernah didengar.”


Indra melemparkan vajra. Petir menghantam tanah, mengoyak medan. Tapi Wisanggeni meloncat, menembus langit, membalas dengan tombak lava yang muncul dari dada bumi.


Dua kekuatan kosmik beradu di udara — api lawan petir.

Tanah terbuka. Udara mengeluh. Langit berguncang.


Indra terhuyung. Wisanggeni berdarah.


Tapi tak satu pun mundur.


---



Di sisi timur medan, Athena, dewi kebijaksanaan dan strategi Yunani, turun dengan baju zirah emas. Matanya tajam, seperti panah yang telah lama dibidikkan ke masa depan.


Ratu Asvara berdiri di atas mandala sihir yang melayang di udara. Jubahnya hitam keunguan, dan mantranya menari dalam udara seperti nada-nada beracun.


Athena: “Aku tak datang membunuh. Tapi kebijaksanaan tak bisa tumbuh dalam kekacauan.”

Asvara: “Kau bicara kebijaksanaan dari singgasana emas. Kami tumbuh dari abu-abu kesedihan. Jangan ajari kami tentang harga damai.”


Athena menyerang lebih dulu—tombaknya menembus ruang, menargetkan jiwa. Tapi Asvara mengubah waktu di sekelilingnya, dan menciptakan bayangan-bayangan masa lalu Athena — pertempuran-pertempuran gagal, pilihan salah, dan luka yang tak pernah sembuh.


Athena berteriak. Tapi ia terseret ke *ilusi realitas yang ditulis ulang*. Hanya dengan kekuatan mentalnya yang luar biasa ia bisa membebaskan diri.


Asvara tersenyum tipis.


 “Kau lihat? Kami bukan bayangan. Kami adalah hasil dari apa yang ditinggalkan oleh cahaya.”


---




Di bawah tanah reruntuhan kuil Yaldrith, pertarungan antara sihir kematian dan cahaya penebus meletus.


Hades berjalan perlahan, tubuhnya seperti kabut yang disusun menjadi raja. Di tangannya, *rantai jiwa, dan di sekitarnya roh-roh yang meraung dalam sunyi.


Wendy berdiri di tengah altar tua, tongkat lunar-nya bersinar biru. Tak ada rasa takut, hanya keputusan.


 Hades: “Dunia ini adalah milikku.

 Kematian bukan pilihan. Ia tak perlu persetujuan.”

Wendy: “Tapi aku datang bukan untuk hidup kekal.

Aku datang untuk mengembalikan hak orang untuk memilih kapan mereka ingin hidup atau mati.”


Rantai dilontarkan. Wendy menangkis dengan medan cahaya.

Serangan demi serangan membuat tanah di bawah mereka berubah menjadi rawa jiwa.


Dan akhirnya, Wendy menancapkan tongkatnya ke jantung medan.

Satu ledakan lunar melepaskan roh-roh yang diperbudak.

Mereka teriak, lalu membalik—menyerang Hades.


Sang dewa pun mundur ke alamnya sendiri, untuk pertama kalinya ditolak oleh kematian itu sendiri.


---



Makhluk malam, beastfolk, dan iblis maju sebagai ombak hitam dengan sihir merah darah.

Forever  Knights of Demon menyerbu benteng langit menggunakan naga neraka bertanduk obsidian.

 Kurawabharata membuka kitab mantra dari masa Bharatayuda, memanggil roh ksatria Kurawa yang dimurnikan.



Dewa Mesir membentuk piramida perisai energi, tapi dipukul mundur oleh sihr-badai dari Asvara.

Dewa Nordik seperti Thor dan Tyr memimpin pasukan manusia, tapi terkunci dalam pertarungan brutal dengan ksatria Azghareth.

Demigod Yunani (Herakles, Perseus) bertarung sengit melawan pasukan sihir Kurawa yang mewarisi kekuatan Karna dan Duryodhana.


Aku  dan Peter memimpin unit penyihir netral untuk menstabilkan medan tempur, menghalau kekacauan dimensi dari benturan sihir antar alam.


Di tengah medan, Indra sudah terluka, petirnya tinggal sisa-sisa.

Wisanggeni berdiri, satu tangan hangus, mata membara putih. Ia menyeret tombak api.


“Ini bukan perang antara baik dan jahat.”

 “Ini perang antara mereka yang dipaksa tunduk… dan mereka yang memilih bangkit.”


Indra melompat terakhir kalinya.


Wisanggeni menghantamnya dengan Tinju Kehendak Bebas.


Langit terbelah.


Indra terpental ke langit...

...dan tidak kembali.


---




Athena mundur.

Hades kalah.

Dewa Mesir membubarkan barisan.

Frankania runtuh.


Dan dari tengah kabut pertempuran, bendera Azghareth berkibar.

Bukan dengan nyanyian kemenangan. Tapi dengan diam yang berat.


Di puncak menara, Wisanggeni berdiri sendiri. Jubahnya terkoyak. Tapi tatapannya menembus cakrawala.


“Bukan kita yang menghancurkan langit.

Langit… yang menolak kita terlalu lama.”

XXX

Ratu Asvara berdiri dengan tongkat sihir yang mengendalikan waktu dan medan. Di belakangnya, 700 penyihir mengenakan jubah bergelombang biru-hitam, menyanyikan mantra dalam bahasa mati yang hanya dikenal oleh tanah dan roh.


“Kami tidak membela dosa masa lalu,” kata Asvara.

“Kami membela hak setiap bayangan untuk tidak dibakar oleh cahaya.”


---




Erika dan Carmilia Bathford memimpin 400 ksatria kegelapan berkuda iblis. Pedang mereka mengandung racun dimensi, dan zirah mereka menyatu dengan tulang makhluk malam.


Mereka adalah benteng. Mereka adalah badai yang tahu bagaimana membelah cahaya.


---

Dari Langit: Para Dewa dan Dewi Turun


Ledakan cahaya memecah langit.

Zeus turun dari awan petir, disertai Hera, Ares, dan Athena.


Dari sisi timur, Indra, Skanda, dan Agnimuncul dalam kereta surya bertabur mantra.

Langit bergetar saat Sekhmet dan Anubis dari Mesir muncul bersama Ra yang terbang seperti bola api.


Dari puncak utara, Thor, Freya, dan Tyr memanggil badai Nordik yang memutar langit dalam spiral es dan guntur.


Para dewa tak turun dengan ragu.

Mereka tahu siapa lawannya malam ini.


Rajan Duryatana menyerbu langsung ke arah Ares, dewa perang Yunani. Mereka beradu gada dan pedang sihir.

Tanah retak. Setiap pukulan membuat gelombang kejut. Tapi Duryatana, dengan gaya Duryodhana, bertarung *bukan demi kemenangan, melainkan demi membuktikan bahwa ia tidak lahir untuk tunduk.


Ares: “Kau pewaris kekalahan!”

 Duryatana: “Lalu biar aku kalahkan kau untuk menyempurnakannya!”


Ares terpental. Duryatana menancapkan gada ke tanah, memanggil *pilar batu berapi* yang melukai tubuh dewa.


---



Karnaresh dan Indra saling menatap. Dulu ayah mereka pernah saling menyakiti. Kini, anaknya menuntut jawaban.


Karnaresh: “Kau curi baju zirah ayahku dulu. Sekarang... aku akan ambil cahaya langitmu!”


Indra menembakkan ribuan petir. Karna  menyerapnya ke dalam anak panahnya, lalu menembakkan satu tembakan:

"Panah Kutukan Surya."


Ledakan cahaya hitam memekakkan langit, dan tubuh Indra terjatuh dari kuda surgawinya.


---




Ratu Penyihir  Asvara melawan Athena dan Freya bersamaan. Tapi Asvara membekukan waktu di sekitarnya, memecah mantra ilahi dengan ilmu yang ditulis oleh manusia yang dilupakan dewa.


Freya menyerang dengan pedang sihir es, tapi Asvara menyelimuti udara dengan api tenang—sihir yang tak bisa dilawan oleh kekuatan langsung.


Athena tersandung ilusi masa lalu.

Freya terperangkap dalam lingkaran mantra yang memperlihatkan semua makhluk yang ia abaikan.


Asvara: “Cahaya terlalu sibuk memantulkan bayangan sendiri. Hari ini... bayangan itu menggigit balik.”


---



Carmilia menahan palu Thor dengan zirah tulang iblis, sementara Erika melawan Sekhmet dalam duel cepat — singa vs demon.

Setiap benturan menciptakan kilatan hitam-merah.


Thor melempar Mjölnir, tapi Carmilia mengubah gravitasi di sekelilingnya, membuat palu melambat dan membelok ke samping.


 Erika: “Kalian pikir kalian penjaga dunia. Tapi dunia tak pernah meminta penjaga. Dunia hanya ingin didengar!”


---



Penyihir Si’Vareth menciptakan lingkaran mantra dimensi—mengunci dewa-dewa dalam putaran ilusi dan kelelahan.

Kurawa menekan barisan depan.

Knights of Demon menyerbu hingga menembus jantung pasukan dewa.


Pasukan Frankania terpecah. Cahaya mundur.

 Untuk pertama kalinya dalam sejarah peradaban... Seratus Kurawa berdiri menang.


---


.


Aku, Tesla Sancaka berdiri diam, menyaksikan langit yang gemetar.


“Hari ini... dewa-dewa belajar bahwa manusia tak lahir untuk tunduk selamanya.

Mereka juga bisa mewarisi bayangan...

 dan mengubahnya menjadi pedang.”


---

XXX

Jurang Langit Baradha — perbatasan antara waktu dan ruang. Langitnya kosong. Tanahnya mengambang. Segala yang hidup di sini… terdiam. Tak ada gema. Tak ada arah.

Tempat yang bahkan para dewa pun enggan datangi. Tapi malam ini… tempat ini jadi saksi berakhirnya yang abadi.


---


Hanoman berdiri di atas bongkahan batu melayang.

Rambutnya berwarna perak api. Matanya memancarkan cahaya langit yang sudah lelah bersinar.

Di tangannya, tongkat Reksaksara — peninggalan para dewa kuno.

Di tubuhnya, luka-luka dari perang sebelumnya, tapi semangatnya… tetap utuh.


“Aku tidak datang untuk membunuh,” katanya,

“Tapi untuk mengingatkan bahwa api yang membakar terlalu terang… bisa membakar pemiliknya sendiri.”


Di seberangnya, di atas batu lain, berdiri Wisanggeni —

…tapi kini, bukan lagi manusia, bukan dewa, bukan iblis.

Ia adalah api yang diberi bentuk.


Di tangan kirinya: Gada Inten, senjata kosmik yang diberikan Sang Hyang Wenang sendiri — bukan sebagai anugerah, tapi sebagai ujian.

Di belakangnya: Bayangan besar Batara Kala, roh waktu dan kehancuran, yang kini tunduk di bawah kehendak Wisanggeni.


Di sisi kanan Wisanggeni: Pangeran Peter, dengan mata biru bersinar, tongkat panjang yang kini bersatu dengan pedang, sihirnya melilit udara seperti akar cahaya.

Di sisi kirinya: Aku — Tesla Sancaka.

Di belakang kami, di ketinggian, Adipati Karna berdiri diam di atas panah sihir terbang, wajahnya seperti patung batu sebelum badai.


---


Hanoman menatap kami bertiga.


“Apakah kalian… benar-benar ingin ini?”


Wisanggeni menjawab, perlahan:


“Kami tidak ingin… tapi kami harus.”

“Dunia yang terus-menerus didikte oleh langit… adalah dunia yang tak pernah bisa berdiri sendiri.”


---




Hanoman melompat ke depan lebih dulu, tubuhnya berubah jadi kilatan perak.

Tongkatnya menabrak tanah melayang tempat kami berdiri. Aku terpental, Peter menahan serangan pertama dengan penghalang sihir yang hampir pecah. Wisanggeni menangkis dengan Gada Inten, memercikkan  kilatan lava dan cahaya putih.


Batara Kala bergerak — bayangannya menelan bintang, menciptakan ruang kosong. Tapi Hanoman melompat ke dalam bayangan itu dan *menghantam jantungnya dari dalam.*

Kala menjerit, menghilang sesaat, dan Wisanggeni mundur. Luka kecil muncul di dadanya.


“Kau masih sekuat dulu, kakek,” ujar Wisanggeni, mengelap darahnya.


Hanoman tidak menjawab. Tapi napasnya mulai berat. Ia lelah — bukan karena tubuh, tapi karena harus melawan orang yang pernah ia lindungi.


---



Peter meluncurkan sihir lingkaran pembalik waktu, mencoba memperlambat gerakan Hanoman. Aku melompat dari arah lain, melemparkan mantra penyegel jiwa — tapi tubuh Hanoman berputar cepat, dan semua sihir kami terpental kembali.


Gada Inten menghantam tanah. Ledakan lava kosmik memecah seluruh pulau melayang. Peter jatuh. Aku terpental.

Tapi Wisanggeni tidak berhenti.

Dengan teriakan api, ia menggabungkan kekuatan Gada Inten dan Batara Kala, menciptakan tornado magma yang memaksa Hanoman mundur.


Darah mulai menetes dari bahu Hanoman.


---



Di atas kami, Adipati Karna berdiri diam.

Ia belum bergerak sejak awal.


Hanoman melirik ke atas. Wajahnya pasrah.


“Kau putra matahari…

 Apakah panahmu masih mencari keadilan…

 atau hanya menuruti kehendak yang telah kau simpan terlalu lama?”


Karna menarik busurnya.


 “Panah ini… bukan untuk kehendak.

Tapi untuk mengakhiri kesedihan yang tak pernah mau selesai.”


Panah Matahari Hitam dilepaskan.


Terbang melintasi langit, melewati puing-puing, menembus dua lapis mantra Hanoman…

…dan menancap tepat di dada sang kera sakti.


Hanoman terdiam. Tongkatnya terlepas.


Ia jatuh perlahan.


Tidak dengan jeritan. Tidak dengan kemarahan.


Tapi dengan keheningan yang dalam.


---


Tubuh Hanoman membeku menjadi batu putih, lalu hancur menjadi pasir perak yang berterbangan di udara.


Kami tidak bersorak.

Tidak ada yang menang hari itu.


Wisanggeni hanya menunduk, Gada Inten di tangannya bersinar pelan.

Batara Kala menghilang ke balik dimensi.

Peter menutup matanya.


Aku memejamkan mataku. Dan dalam hatiku aku tahu:


 “Kami telah membunuh bukan hanya penjaga langit…

Tapi juga cermin dari kebaikan yang tidak sempat kami pahami.”

XXX
Langit belum sepenuhnya terang saat Kunti, permaisuri muda yang masih suci dan belum bersuami, berjalan dengan langkah tergesa menuju tepi sungai Gangga. Di balik kain kuning yang menyelimuti tubuhnya, dadanya bergemuruh seperti guntur yang tertahan.

Dalam pelukannya: seorang bayi laki-laki, tubuhnya hangat, matanya terbuka, dan di dadanya—sebuah tanda cahaya bundar seperti cakram matahari.

“Maafkan aku…” bisiknya lirih pada si kecil. Sang ibu ingin melepas tanggung jawab setelah menanggung malu karena hamil di luar nikah dengan dewa Surya.

Air matanya menetes satu demi satu, jatuh ke kening bayi itu. Dia bukan bayi biasa. Dia adalah anak dari Surya, Dewa Matahari, hasil dari mantra pemanggil dewa yang ia ucapkan dengan penasaran dan ketakutan—dan kini berbuah dosa yang tak bisa ia jelaskan pada dunia.

Dengan gemetar, ia membaringkan bayi itu di dalam keranjang anyaman daun pisang dan kulit kayu, menutupi tubuhnya dengan selendang emas sebagai satu-satunya penanda bangsawan.

Keranjang itu hanyut—dan Kunti jatuh berlutut di tanah.
“Kau lahir dari cahaya… tapi dunia hanya akan memberimu bayangan.”

Dan air sungai membawa bayi itu menjauh dari istana, dari nama, dan dari warisan darahnya.


Keranjang itu akhirnya ditemukan oleh Adhiratha, seorang kusir kereta kerajaan, dan istrinya Radha, wanita sederhana berhati lembut.

Saat mereka membuka tutup keranjang, sinar hangat terpancar dari tubuh bayi itu, tapi tidak menyilaukan—justru menenangkan. Mata Radha berkaca-kaca. Mereka tak punya anak.

“Tuhan telah mengirimkan cahaya ke rumah kita, Adhiratha…”

Dan sejak saat itu, sang bayi—yang mereka beri nama Karna—dibesarkan sebagai anak kaum Sudra.

---



Karna tumbuh cepat. Tubuhnya tegap, matanya tajam, dan di bawah sinar mentari, kulitnya bersinar keemasan. Tapi di pasar, di sekolah, di alun-alun desa, ia selalu mendengar bisik-bisik:

“Kenapa anak kusir bisa memanah seperti raja?”
“Itu anak adopsi, bukan darah murni.”
“Sudra seharusnya tidak belajar ilmu para bangsawan!”

Dan Karna hanya diam, menatap tanah. Tapi setiap malam, ia duduk sendiri di belakang rumah, menatap langit malam, mencoba bicara pada sesuatu yang tak pernah menjawab:

 “Kalau aku memang anak para dewa… kenapa aku lahir sebagai paria?”

---

Hari di Mana Ia Menyadari Takdirnya

Suatu hari, Karna mengikuti lomba panahan di istana. Para guru menertawakannya, murid-murid lainnya menolak bertanding dengannya. Seorang pengawas berkata:

 “Sudra tidak layak bertanding. Itu bukan untuk kasta bawah.”

Karna mengepalkan tangan.

“Tapi apakah darahku tahu kasta? Apakah cahaya di tubuhku palsu hanya karena aku tidak lahir di kamar emas?”

Mereka tetap menolak. Dan di malam hari itu, Karna berjalan pulang sendirian, hujan turun pelan, membasahi jalan tanah.

Ia duduk di depan rumah ayah angkatnya. Adhiratha memanggilnya masuk, tapi Karna tak bergerak.

“Ayah… aku ingin percaya kalau aku cukup. Tapi dunia tidak mau percaya.”

Adhiratha hanya memeluknya, kuat.
 “Kau bukan milik kasta mana pun, Karna. Kau milik langit.”

---



Karna tumbuh dalam bayang-bayang takdir yang bukan pilihannya. Ia menjadi pemanah, prajurit, pemimpin. Tapi dalam hatinya, selalu ada lubang yang tak bisa ditambal oleh kekuatan, oleh kehormatan, bahkan oleh mahkota sekalipun.

Ia adalah anak matahari yang dikurung dalam lumpur kasta.
Seorang bangsawan yang diajari untuk merasa hina.
Seorang pahlawan yang dicintai rakyat… tapi tak pernah diakui darahnya.

Dan sejak hari itu, Karna bersumpah:
Jika dunia tak mau menerimanya, maka ia akan menciptakan dunia baru…
dengan tangannya sendiri.

XXX

Ruang Oval Meridien, pusat kekuasaan tertinggi Republik Frankania. Dindingnya berlapis obsidian putih, dan simbol burung api terpahat di langit-langit, lambang kemegahan yang mulai rapuh. Lampu-lampu holografik redup karena gangguan daya sihir yang belakangan sering terjadi.


---


Presiden Albrecht von Hegner berdiri di depan jendela besar yang menghadap ke arah timur. Matahari belum sepenuhnya terbit. Tapi dia tahu: hari ini akan menjadi awal yang tak pernah dibayangkan oleh para pendiri republik ini.

 “Azazelian tak lagi bisa disebut pemberontak,” katanya pelan.

“Mereka bukan musuh kita. Mereka cermin kita.”


Di belakangnya, Jenderal Roth Eisenberg—panglima tertinggi militer, berwajah seperti baja, berdiri tegak dengan tangan di belakang.


 “Dengan hormat, Yang Mulia Presiden...

Itu akan menjadi pengkhianatan.

 Menyerahkan wilayah strategis penuh sumber daya magis?

Menyerahkan Si’Vareth yang penuh jaringan intelijen? Itu—bukan—hak—mereka!”


Albrecht berbalik, wajahnya tidak marah. Justru... sedih.


 “Bukan hak mereka?

Atau kita yang tidak pernah berniat memberikannya?

Sudah berapa generasi kita menyebut Azazelian 'daerah khusus'?

Padahal kita perlakukan mereka seperti tawanan. Seperti binatang.”


Eisenberg mengeraskan rahangnya.


“Tapi ini bukan soal moral. Ini soal kedaulatan negara.

Kalau kita kehilangan wilayah itu, kita kehilangan kendali.

Kita jadi lemah.”


Albrecht mendekat.


“Kalau kita menyebut kontrol sebagai kekuatan, lalu apa bedanya kita dengan kekaisaran tua yang kita gulingkan ribuan tahun  lalu?”


---


Tiba-tiba, lampu redup.

Terdengar suara retakan pelan dari panel keamanan. Salah satu asisten digital milik presiden menunjukkan data yang disamarkan. Tak ada tanda masuk.


Albrecht mendekat. Matanya menyipit. Data itu hanya bisa diakses oleh tiga orang: dia, menteri dalam negeri, dan kepala intelijen.


Ia mengaktifkan tampilan rahasia.


Tiba-tiba: visual hologram muncul.


Rekaman kamera thermal dari rapat rahasia menteri pertahanan.

Dalam cahaya biasa: manusia.

Tapi dalam spektrum inframerah… kulit mereka bersisik, pupil berubah vertikal.


Reptilians.


Menyamar. Mengendalikan kementerian. Membisiki keputusan militer.

Dan semua agresi ke Azazelian selama 5 tahun terakhir… adalah bagian dari rencana besar mereka.


Albrecht terdiam.


 “...Mereka bukan hanya menyusup. Mereka mendesain ulang perang ini.

Kapten Zarkon, alien mengerikan yang jauh lebih kuat dari para dewa. Mahluk Multidimensi  dan multi alam semesta , petinggi Reptilians di dunia ini sudah mengendalikan pemerintahan Frankania di balik layar

"Kita sibuk menghancurkan pemberontakan, padahal yang menyulutnya adalah—parasit di dalam tubuh kita sendiri.”


Eisenberg masih membeku, belum sepenuhnya percaya.


 “Itu... bisa saja rekayasa. Disinformasi sihir tinggi. Kau tahu, banyak dari mereka menyebar rumor tentang ‘reptilians’...”


 “Aku tahu apa yang kulihat,” tegas Albrecht.

“Kita tidak bisa perang pada dua front: Satu, rakyat yang menuntut kemerdekaan.

 Dan satu lagi, makhluk dari luar dunia yang merampas republik ini dari dalam.”


---



Albrecht berdiri di tengah ruang rapat darurat. Di hadapan kamera siaran nasional, para jenderal, dan diplomat dunia.


Ia mencopot lencana presiden dari jasnya.


“Aku, Albrecht von Hegner, menyatakan:


1. Penarikan penuh pasukan dari wilayah Azazelian dan Si’Vareth.

 2. Pengakuan penuh kemerdekaan politik dan magis atas wilayah tersebut.

 3. Deklarasi gencatan senjata abadi terhadap Wisanggeni dan faksi-faksi terafiliasi.

4. Pembentukan Komando Kontra-Intelijen Republik untuk membasmi infiltrasi ras Reptilian.

Dan yang terakhir…

Aku bukan lagi presiden dari Republik yang gagal mengenali penyakitnya sendiri.”


Ia menjatuhkan lencana itu ke meja.


Hening.


Lalu perlahan, satu per satu dari staf istana berdiri dan memberi hormat. Beberapa menangis.

Jenderal Eisenberg hanya menunduk—dan tidak membantah.


---


Albrecht melangkah keluar dari istana. Langit sudah sepenuhnya terang.


“Republik yang tak mengenali kesalahannya… adalah kerajaan dalam penyamaran.”


Dan kini, ia bukan lagi kepala negara.


Tapi ia mungkin menjadi pemimpin sejati pertama… yang benar-benar manusia.


XXXX

Di Republik Shambala negara kecil yang ada di perbatasan India dan Cina. Kami melanjutkan petualangan untuk menolong Elara, kini bersama Wisanggeni Morningstar yang ingin meninggalkan kampung halamannya yang membuatnya trauma, meski Wisanggeni Morningstar berjasa memerdekakan  kadipaten Agung Azazelian dari Frankania menjadi kekaisaaran Iblis Azgareth, tak ada bangsawan vampir maupun iblis yang mau seorang titisan setengah dewa menjadi petinggi negara.

Bahkan, mereka terus menghina Wisanggeni Morningstar dan mengusirnya. Meski kedua kakak sepupunya Carmilia Bathford dan Robespierrre de vionna sedih dan mereka sebenarnya adalah keturunan raja Iblis, mereka tak bisa seenaknya menentang keinginan dewan bangsawan.

Aku terus membawa kristal Elara kemana mana berharap dapat menemukan cara menghidupkannya, lagi lagi kami tiba di negara  bobrok yang tak jauh berbeda dengan Azazelian, mau bagaimana lagi kami imigran ilegal tak ada negara waras yang akan mau menerima kami cuma cuma.

Kakak Sepupu tiri Wisanggeni, Carmilla  Bathford memberi petunjuk jika aku harus mencoba pergi ke Republik Shambala, di Shambala dia punya teman bernama Lady Svetlana yang mempelajari sihir pengubah bentuk. Untungnya seorang mafia lokal bernama Shangrila Arslan  yang menjadi penguasa de facto Republik Shambala yang kosong bersedia menerima kami sebagai tuan rumah setelah mendengar petualangan kami di Republik Shambala.  

Namun bukannya berterima kasih karena kebaikan tuan rumah, Wisanggeni Morningstar malah melakukan hal yang agak kurang sopan...........

Halaman depan Markas Shangrila Arslan di  Shambala sore itu dingin dan terang. Salju mencair di tepi kolam,.


Wisanggeni berdiri di tengah halaman. Bajunya hitam kusam seperti bara padam, rambutnya agak berantakan, dan matanya merah seperti baru saja selesai menahan amarah... atau air mata. Di depannya berdiri Sarvakarna, gadis muda dari Republik Shambala yang dari tadi menatapnya seperti dia adalah teka-teki besar yang belum selesai.


Sarvakarna mengulurkan tangan — ragu, tapi tetap mantap.


Wisanggeni membungkuk. Perlahan, sangat pelan. Lalu ia mencium tangan itu. Bukan dengan nafsu atau basa-basi. Tapi... tulus. Ringan. Hormat. Kayak anak kecil yang akhirnya ketemu cahaya di tengah kegelapan yang sangat panjang.


“Terima kasih,” bisik Wisanggeni. 


Baru juga suasana tenang sebentar —

PLAK!


Sebuah tamparan keras meledak di udara. Kepala Wisanggeni langsung menoleh ke kiri.


“GILA KAU YA?!” bentak seseorang.


Itu  Shangrila Arslan, sahabat masa kecil Sarvakarna — dan cowok paling temperamental seantero dataran tinggi. Wajahnya merah. Bukan cuma karena marah, tapi karena cemburu, mungkin. Atau takut.


“Dia itu titisan Batari Durga! Bukan gadis pasar yang bisa kau cium sesuka hati!”


Wisanggeni mengusap pipinya yang memerah. Tapi dia nggak marah. Dia malah tersenyum tipis, mengangkat bahu.


“Aku tahu. Maaf.”


Sarvakarna menatap keduanya. Canggung. Tapi tak berkata apa-apa.

 Langit malam menggantung tak bergerak di luar jendela batu, dan api kecil di altar hanya berkedip sesekali, seolah tahu waktu sudah mendekati akhirnya.


Wisanggeni duduk bersila di tengah lingkaran mantra, matanya menatap ke bawah, ke dalam dirinya sendiri. Ada banyak suara yang sudah tak ia pedulikan. Suara para dewa. Suara para leluhur. Bahkan suara Arjuna, ayahnya sendiri, sudah lama jadi gema samar di telinganya.


Dia tahu. Sebentar lagi, Sang Hyang Wenang akan memanggilnya. Dan ia akan musnah. Dihapus. Tidak gugur sebagai prajurit, tidak mati sebagai pahlawan. Tapi... dihilangkan sebagai tumbal kemenangan Pandawa di perang Bharatayuda , seperti goresan di pasir yang tersapu air pasang.


Ia sudah siap.


Atau, setidaknya, ia kira dirinya siap.


Sampai sosok itu muncul di balik asap dupa suci.


Batari Durga.


Tidak seperti dalam cerita-cerita, dia tidak datang dengan delapan tangan dan wajah menakutkan. Tidak ada singa. Tidak ada petir. Tidak ada api neraka. Hanya seorang perempuan — agung, tapi lelah. Tegas, tapi lembut.


Wisanggeni langsung berdiri, sedikit kaget.


 “Kau?” suaranya tercekat.


Durga mengangguk pelan. “Aku.”


Untuk sesaat, mereka hanya saling menatap. Tak ada denting gamelan kahyangan, tak ada suara genderang perang. Hanya detak jantung Wisanggeni — cepat, bingung, hangat.


Durga mendekat, langkahnya tenang. Ia berhenti di hadapan Wisanggeni dan mengulurkan tangan.


 “Aku minta maaf.”


Wisanggeni tidak menjawab. Ia hanya menatap tangannya — jemari lembut, kuat... dan gemetar sedikit.


 “Aku yang memisahkanmu dari orang tuamu,” lanjut Durga. “Aku yang mengatur agar kau dijauhkan dari Arjuna dan Dresanala. Bukan karena benci... tapi karena takut. Takut pada kekuatanmu. Takut pada apa yang bisa kau rusak... atau lawan.”


Air di mata Wisanggeni tidak jatuh, tapi terasa menggenang.


“Tapi kamu... kamu yang paling mengerti aku, bukan?” bisiknya.


Durga tidak menjawab. Ia hanya menyentuh pipi Wisanggeni. Jari-jarinya dingin, tapi bukan karena kedinginan. Dinginnya seperti... embun pagi. Sejuk yang menenangkan.


Dan anehnya, Wisanggeni merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan.

Bukan hormat. Bukan benci. Bukan marah.


Tapi... sesuatu yang jauh lebih dalam.

Rasa sayang.

Atau mungkin... sesuatu yang mendekati cinta.


Tapi bukan cinta romantis.

Lebih seperti cinta seorang api kepada nyala pertama yang memberinya hidup.

Cinta dari seorang jiwa yang seluruh hidupnya haus, akhirnya menemukan mata air — walau hanya sebentar.


“Kalau aku tidak akan ada lagi besok,” kata Wisanggeni perlahan, “bolehkah malam ini... aku hanya jadi anakmu?”


Batari Durga menarik napas panjang. Lalu ia memeluk Wisanggeni — kencang, penuh, dan tanpa kata-kata.


Dan dalam pelukan itu, Wisanggeni akhirnya... merasa pulang.

XXX

Sekelompok perampok, dengan masker dan topi Koboi, memasuki sebuah toko kelontong menodong pemilik toko dan seorang wanita pembeli dengan pistolnya. Ketika salah satu dari mereka mengancam akan menembak dalam hitungan ketiga, tiba tiba terdengar suara pecahan kaca yang mengalihkan perhatian semua orang. Seorang pria dengan kostum ayam menerobos masuk ke dalam toko itu, memecahkan kaca  dengan heroik. 

Orang ini berbeda dengan Blaze Chicken pertama, Blaze Chicken yang pertama adalah sosok vigilante misterius bernama Sergio Giovanna yang puluhan tahun lalu membunuh Pablo Escobar, pemimpin kartel narkoba terbesar di dunia asal Kadipaten Agung Azazelian, negara paling Korup di Republik Frankania. Meskipun dianggap pahlawan super oleh sebagian orang, Negara Bumi Serikat memvonis Blaze Chicken pertama sebagai Teroris Internasional. Sama seperti blaze chicken pertama, ketika Shangrila berpikir dirinya adalah pahlawan yang menyandang nama 'Blaze Chicken 2' orang orang di sekitarnya malah memandangnya sebagai orang gila yang memakai kostum ayam.

Meskipun aksinya bisa dibilang konyol karena disebelahnya pintu toko sama sekali tak dikunci, dia mencekik dan menghajar salah satu perampok. Saat temannya mencoba menembaknya dengan pistol, dia menjadikan tubuh perampok itu sebagai tameng manusia sampai tubuh perampok itu tewas dipenuhi darah dan lubang peluru oleh temannya sendiri.

Teman perampok itu, kepalanya dia hajar dengan mesin kasir sampai tewas dan darah mengalir di kepalanya. Ketika pemilik toko itu merasa ngeri namun juga ingin berterimakasih, sosok itu tiba tiba menghilang seiring dengan suara sirine mobil polisi. Dia pun mengambil pistol yang dimiliki oleh para perampok itu untuk melanjutkan perjalanan panjangnya berkeliling dunia demi menghentikan kekuatan  jahat. Orang-orang hanya mengenal sosok bertopeng itu sebagai Blaze Chicken.

XXX

Apakah manusia memiliki kehendak bebas untuk mengubah masa depan? Shangri-La Arslan membuktikan hal tersebut. Di sebuah pegunungan terpencil, di bawah langit yang kelabu, seorang pemuda berpakaian putih berjalan di samping gurunya. Ia adalah seorang murid pengembara suci yang telah lama menemani sang guru dalam perjalanan mencari ilmu. Namun, hari ini, hati pemuda itu dipenuhi keraguan yang tak bisa ia tahan lagi.

Seorang pengembara suci dan muridnya berkunjung ke Republik Shambala untuk berziarah. Mereka bertemu Shangri-La yang saat itu berusia enam tahun, sedang bermain sendirian di ayunan.

Pengembara suci itu tiba-tiba mengancam Shangri-La dengan pistol, berniat membunuhnya. Namun, berkat campur tangan muridnya yang berani, Shangri-La selamat. Murid itu melindungi Shangri-La dan terluka dalam terkena tembakan. Shangri-La berlari ke rumah sambil berteriak ketakutan.

"Mengapa, Guru?" suara murid itu terdengar gemetar, namun penuh dengan kemarahan yang terpendam. "Mengapa kau tega membunuh anak kecil yang tak berdosa itu? Apa salahnya? "

Sang guru berhenti berjalan dan menatap muridnya dengan tatapan tajam, seolah memandang jauh ke dalam jiwa pemuda itu. "Muridku, kau memang belum mengerti," jawab sang guru dengan suara tenang, namun penuh kepercayaan diri. "Ilmu yang aku miliki jauh lebih tinggi dari pemahamanmu yang sempit. Aku melihat lebih jauh dari yang kau lihat."

Murid itu mematung sejenak, lalu mengerutkan kening. "Apa maksudmu, Guru?"

Guru itu menghela napas panjang, tampak seperti mengumpulkan kata-kata sebelum melanjutkan. "Anak itu, meskipun tak berdosa sekarang, akan menjadi ancaman besar di masa depan. Jika dibiarkan hidup, dia akan menyesatkan orangtuanya, bahkan seluruh dunia. Tak ada yang bisa mencegahnya, kecuali aku."

Murid itu terdiam, tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengar. "Masa depan? Kau berbicara tentang masa depan yang belum terjadi, Guru! Bagaimana bisa kita menghakimi seorang anak yang tak tahu apa-apa tentang dunia? Apa hakmu untuk menentukan takdirnya?"

Sang guru memandang muridnya dengan sorot mata yang lebih dalam. "Aku melihat takdir anak itu dengan jelas. Dia akan menjerumuskan orangtuanya ke dalam kegelapan, dan kegelapan itu akan menyebar ke seluruh dunia. Ini bukan lagi soal kemanusiaan, tetapi tentang mencegah malapetaka yang lebih besar."

Murid itu menggertakkan giginya, hatinya dipenuhi kemarahan yang semakin membuncah. "Tidak, Guru! Itu tidak bisa dimaafkan. Membunuh seorang anak kecil hanya karena masa depan yang belum tentu terjadi adalah kejahatan yang tak termaafkan. Apa kau tidak tahu betapa kejamnya itu? Bagaimana mungkin kau menghilangkan hak hidupnya hanya karena sesuatu yang tak bisa dia kendalikan?"

Sang guru hanya menatapnya dengan mata yang penuh ketegasan. "Ini adalah keputusan yang harus aku ambil. Aku tahu apa yang akan terjadi, dan aku memilih untuk melindungi dunia dari kehancuran."

Murid itu menarik napas dalam-dalam, namun rasa marahnya tak bisa lagi dibendung. "Tidak, Guru. Ini bukanlah perlindungan. Ini adalah pembunuhan. Membunuh anak yang tak berdosa, yang bahkan tidak tahu apa-apa tentang masa depannya. Kau menodai kehendak bebasnya. Kau bermain sebagai dewa kematian yang menentukan siapa yang layak hidup dan siapa yang harus mati."

Sang guru terdiam, namun tidak ada penyesalan di wajahnya. "Aku hanya mengikuti takdir, muridku. Tak ada jalan lain."

"Tapi kau salah, Guru!" suara murid itu bergetar, penuh emosi. "Seorang anak, bahkan seorang bayi sekalipun, memiliki hak untuk hidup. Mereka memiliki kesempatan untuk berubah. Masa depan bukanlah sesuatu yang bisa kita tentukan sekarang. Tidak ada yang tahu apa yang bisa mereka capai. Bagaimana bisa kau membunuhnya hanya karena takdir yang belum pasti? Itu tidak adil!"

Mata murid itu membara, penuh kebencian. "Tak ada manusia yang berhak menentukan hidup atau mati orang lain, apalagi seorang bayi. Kita tidak bisa membunuh seorang anak karena dosa yang belum dilakukannya. Bahkan seorang bayi seperti Hitler pun tidak pantas dibunuh sebelum dia memilih untuk berbuat jahat. Itu bukan jalan yang benar. Jika kau berpikir dunia ini akan lebih baik dengan cara seperti itu, maka kau hanya menjadi dewa kematian, yang memilih siapa yang pantas hidup dan siapa yang pantas mati. Dan jika itu yang kau lakukan, Guru, maka kau adalah orang terakhir yang pantas hidup."

Sang guru menatap muridnya dengan tatapan kosong, seperti sudah tidak mendengar lagi. Namun, di dalam hati sang guru, ada sedikit keraguan. Namun, dia tidak mengakuinya. "Muridku, kau masih belum paham. Ini semua demi kebaikan dunia."

Murid itu menatap gurunya dengan penuh kekecewaan. "Kebaikan dunia? Membunuh seorang anak kecil demi masa depan yang belum pasti? Itu bukan kebaikan, itu kebejatan. Jika kau bisa memilih siapa yang hidup dan siapa yang mati, maka dunia ini bukanlah tempat yang layak untuk kita tinggali. Aku tidak akan mengikuti jalanmu, Guru. Aku tidak bisa."

Dengan hati yang berat dan langkah yang teguh, murid itu berbalik dan berjalan menjauh, meninggalkan sang guru yang kini berdiri dalam kesunyian. Pemuda itu tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini, tetapi satu hal yang pasti—dia tidak akan pernah menerima jalan yang menganggap hidup seseorang bisa dihentikan karena takdir yang tak jelas. Keputusan guru itu adalah sesuatu yang sangat keliru. Dunia yang penuh dengan takdir yang ditentukan oleh manusia tidak akan pernah bisa menjadi tempat yang adil.

Shangrila Arslan berlari dengan napas terengah-engah, kakinya bergegas menapaki jalanan sempit yang sepi. Suara langkahnya menggema di malam yang gelap, hanya diterangi oleh cahaya rembulan yang samar. 

Shangrila semakin mempercepat langkahnya, hatinya berdebar tak karuan. Ketika ia berbalik sejenak, wajah pria tua itu terlihat menyeramkan, dipenuhi kerut dan bekas luka, namun matanya penuh dengan kebencian.

Dengan sekali tarik napas, Shangrila berbelok ke arah sebuah taman kecil yang tampaknya terlupakan, terletak di ujung jalan yang tak banyak dilalui orang. Taman itu gelap dan sepi, hanya ada beberapa pohon tinggi yang menghalangi cahaya bulan. Shangrila berhenti, tubuhnya gemetar, mencoba menyembunyikan dirinya di balik batang pohon yang besar.

Tiba-tiba, dari dalam kegelapan taman, ia melihat seorang sosok yang bergerak dengan tenang. Seorang gadis, berpakaian serba hitam, mengenakan gaun panjang yang mengalir ke tanah seperti bayangan. Rambut panjangnya berwarna hitam pekat, tergerai bebas di bawah topi besar yang menutupi sebagian wajahnya. Meskipun pakaian dan penampilannya tampak gothic, ada sesuatu yang sangat menawan tentang dirinya, sesuatu yang tak bisa dijelaskan oleh Shangrila.

Shangrila mundur sedikit, takut jika sosok itu adalah orang yang datang untuk menangkapnya. "Si-siapa kamu?" suara Shangrila tercekat.

Gadis itu berhenti beberapa langkah di depannya. Matanya yang tajam berwarna ungu pekat menatap Shangrila dengan penuh ketenangan. "Tenanglah," katanya dengan suara lembut namun penuh kekuatan, "Aku tidak akan menyakitimu."

Shangrila mengerjapkan matanya, bingung. "Tapi... pria tua itu... dia ingin membunuhku," ucapnya dengan suara gemetar. Ia merasa bingung, setengah tidak percaya bahwa gadis ini bisa begitu tenang di tengah situasi yang mengerikan.

Gadis itu tersenyum sedikit, meskipun senyum itu tidak menunjukkan rasa suka cita, justru lebih seperti senyum penuh misteri. "Pria tua itu, dia bukan masalahmu sekarang. Aku tidak akan membiarkan apa pun buruk terjadi padamu," katanya, langkahnya mendekat. "Aku Sarvakarna. Dan, kamu... kamu tidak perlu takut."

Shangrila menatap Sarvakarna dengan penuh curiga, meskipun ada sesuatu dalam diri gadis itu yang membuatnya merasa sedikit lebih tenang. "Sarvakarna?" tanya Shangrila perlahan, mencoba mencerna nama yang aneh itu. "Kamu... siapa sebenarnya?"

Sarvakarna mengangguk pelan. "Aku seorang penyihir. Tapi, bukan seperti yang mungkin kamu bayangkan. Aku bukan musuh. Aku hanya... berusaha untuk menjaga dunia ini tetap seimbang."

Shangrila merasa kebingungannya semakin dalam. "Penyihir?" ucapnya, mencoba mencerna kalimat itu, lalu mengalihkan pandangannya ke arah pria tua yang masih terlihat di ujung taman, mencari-cari di kegelapan. "Apa yang harus aku lakukan? Aku tak tahu harus ke mana."

Sarvakarna melangkah lebih dekat dan menepuk lembut pundaknya, memberikan ketenangan yang tiba-tiba menghampiri Shangrila. "Tenang, Shangrila. Aku akan membantumu. Kita bisa menjadi teman, jika kamu mau. Dunia ini penuh dengan hal-hal yang tidak kita mengerti, dan aku bisa menunjukkan jalan."

Shangrila menatap Sarvakarna, hatinya yang tadinya dipenuhi rasa takut perlahan-lahan mengendur. Mungkin, di tengah kegelapan malam yang mencekam ini, ia telah menemukan teman baru, seseorang yang bisa membantunya melawan takdir yang tampaknya ingin menghancurkannya.

"Sarvakarna..." suara Shangrila terdengar pelan, tetapi ada kepercayaan yang mulai tumbuh. "Aku... aku siap untuk itu."

Keesokan harinya, Sarvakarna seorang gadis penyihir muda, berjalan dengan langkah pelan, matanya tertunduk, terhindar dari pandangan orang lain. Rambut hitam panjangnya bergulung di belakang, menutupi sebagian wajahnya yang tampak murung. Warga desa mulai berbisik, suara bisikan itu menggema di sepanjang jalan berbatu. "Itulah dia, penyihir yang membawa bencana," kata mereka. "Setiap kali dia datang ke kota, hujan deras atau badai muncul. Segala musibah datang sejak dia tinggal di sini." 

Sarvakarna merasa dadanya sesak. Semua orang yang dulu dia anggap teman, kini menjauhkan diri darinya, memberi tatapan penuh kecurigaan. Tangannya gemetar, dan dia mempercepat langkahnya menuju rumah kecil di pinggiran desa, berharap bisa bersembunyi di sana, jauh dari tatapan mereka. 

Namun, di ujung jalan, seorang anak laki-laki berdiri menunggunya.  Rambut coklatnya yang tergerai sedikit tertiup angin, dan wajahnya menunjukkan ekspresi penuh perhatian. Dia adalah orang yang jarang bergaul dengan penduduk desa, namun dikenal sebagai sosok yang sangat bijaksana dan memiliki ketulusan hati.

"Hei, Sarvakarna," panggil Shangrila lembut, berjalan mendekatinya. "Kau tidak perlu mendengarkan mereka."

Sarvakarna terkejut, tidak menyangka ada seseorang yang berbicara padanya dengan penuh pengertian. "Mereka... mereka semua membenciku," suara Sarvakarna terdengar rapuh. "Aku... aku hanya ingin hidup dengan damai, tapi mereka terus menganggap aku penyebab semua bencana ini."

Shangrila berdiri di depan Sarvakarna, menatapnya dengan lembut. "Aku tahu, dan aku mengerti. Mereka tidak tahu siapa dirimu yang sebenarnya. Tidak semua orang akan mengerti kekuatan yang kamu miliki, tapi aku percaya padamu."

Sarvakarna menunduk, merasa malu, namun di dalam hatinya ada sedikit harapan. "Aku... aku takut."

"Tidak perlu takut," kata Shangrila sambil tersenyum. "Aku akan ada di sini. Jika kau ingin berbicara, jika kau ingin seseorang untuk menemani hari-harimu, aku akan ada di sini."

Perlahan, Sarvakarna mengangkat wajahnya dan menatap Shangrila. Ada kehangatan dalam tatapan pria itu yang membuatnya merasa sedikit lebih tenang. "Kau benar-benar mau menjadi temanku?"

Shangrila mengangguk dengan senyuman yang tulus. "Ya, aku ingin. Tidak peduli apa yang mereka katakan atau apa yang orang lain pikirkan. Aku ingin mengenalmu lebih dalam, Sarvakarna."

Hari itu, Sarvakarna merasa sedikit lega. Mereka berjalan berdua ke arah hutan, menghabiskan waktu bersama, saling berbicara tentang kehidupan dan kekuatan magis yang ada di dalam diri Sarvakarna. Meskipun dunia di sekitar mereka masih penuh dengan prasangka, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Sarvakarna merasa diterima. 

Di sisi lain, Shangrila Arslan menyadari betapa besar potensi Sarvakarna, bukan hanya sebagai seorang penyihir, tetapi sebagai seseorang yang berjuang melawan kesepian dan rasa takut. 

Mereka berbicara hingga matahari terbenam, dan meskipun dunia di sekitar mereka masih menyimpan ketakutan terhadap kekuatan Sarvakarna, ada satu hal yang pasti: di dunia ini, ada satu orang yang siap menjadi teman sejati.

XXX

Di tengah kota Metropolitan, ada seorang vigilante misterius yang dikenal sebagai Blaze Chicken. Namanya tersebar luas di antara warga kota, tapi identitasnya tetap menjadi misteri yang menyelimuti.

Blaze Chicken dikenal sebagai sosok pahlawan bertopeng yang kejam sekaligus memiliki tingkah konyol dengan rasa humor yang sadistik.

Kemampuannya dalam bidang teknik kimia terutama mengembangkan racun atau ramuan mematikan, dan senjata khas, yang meliputi permainan kartu berujung tajam. mematikan, dan bunga penyemprot asam ia jadikan senjata untuk menyiksa para penjahat dan menikmati penderitaan mereka.

Blaze Chicken 2 mengklaim dirinya adalah Penerus Blaze Chicken pertama. 

Blaze Chicken bukanlah pahlawan biasa. Dia tidak hanya melawan kejahatan, tetapi juga menyasar para koruptor yang merusak kota dengan tindakan mereka. Namun, yang membuatnya berbeda adalah bagaimana dia menggunakan hasil rampokannya.

Suatu malam, Blaze Chicken mendengar tentang rumah megah seorang pejabat koruptor yang terkenal. Tanpa ragu, dia menyusup ke dalam rumah tersebut dengan keahlian yang ahli. Dia menghindari perangkap yang dipasang dengan cerdik dan berhasil mencuri uang dan barang berharga dari koruptor tersebut.

Namun, Blaze Chicken tidak berniat untuk menggunakan uang itu untuk dirinya sendiri. Sebaliknya, dia pergi ke jalanan kota yang gelap, di mana tunawisma seringkali terpaksa tidur tanpa tempat berteduh.

Dengan gerakan cepat, Blaze Chicken mulai membagikan uang hasil rampokannya kepada tunawisma di sepanjang jalan. Dia memberi mereka harapan, menyinari malam mereka dengan kebaikan yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

Saat dia menyebarkan uang, hujan mulai turun. Tetapi bukan hujan biasa. Ini adalah hujan kebaikan. Setiap tetes air turun seperti berlian, menyentuh tanah dengan kehangatan dan harapan.

Orang-orang tunawisma yang menerima uang dari Blaze Chicken tidak percaya pada kebaikan yang tiba-tiba datang kepada mereka. Mereka tersenyum, bersyukur, dan berterima kasih kepada sosok misterius yang memberi mereka harapan baru.

Setelah membagikan semua uangnya, Blaze Chicken menghilang ke dalam kegelapan malam seperti bayangan, meninggalkan jejak kebaikan di belakangnya. Meskipun dia dianggap sebagai penjahat oleh beberapa orang, bagi mereka yang menerima bantuannya, dia adalah pahlawan yang sesungguhnya, si Blaze Chicken, sang vigilante dengan hati emas.

Suatu ketika pada tahun 2011 saat usianya 7 tahun flu burung menjadi pandemi global.

Pada masa itu Republik Shambala dipenuhi kekacauan karena pemerintah gagal meredam anarkisme anggota sekte yang jumlahnya sangat banyak tersebut bahkan Republik Shambala sempat mengalami kekosongan kekuasaan.

Kedua orang tua Shangrila adalah pengusaha minyak bumi terkenal di Republik Shambala, pemilik perusahaan Shambala Standart Oil. Namun, karena kegiatan bisnis mereka dianggap merusak alam dan menodai kesucian lingkungan, anggota Sekte Sesat membunuh mereka.

Shangrila dibawa oleh pamannya yang merupakan ilmuwan jenius ke Taiwan karena berbagai kekacauan yang disebabkan Sekte tersebut dan membesarkannya disana layaknya anak sendiri.

Shangrila tinggal di desa kecil di Taiwan yang penuh dengan peternakan dia memiliki seekor ayam kesayangan.

Shangrila adalah anak yang fisiknya lemah dan sakit sakitan dia juga anak yang cenderung pemalu sampai puncaknya suatu ketika pada tahun 2020 saat usianya 7 tahun flu ayam menjadi pandemi global ditambah virus virus purba yang muncul dari es Antartika yang terus meleleh akibat pemanasan global.

Akibat terinfeksi flu, Ayam kesayangannya mati dan kondisi kesehatan Shangrila sendiri semakin kritis sampai dokter menyerah terhadap keadannya.

Saat Shangrila pasrah dengan nyawanya keajaiban terjadi, paman Shangrila memberikannya sebuah obat suntikan hasil eksperimennya tanpa sepengetahuan dokter.

Suntikan itu memiliki Sampel DNA Hellix yang membuat Imun tubuh Shangrila  menjadi sangat kuat. Berkat Sampel DNA Hellix, Shangrila berubah menjadi Hellix titisan Burung  Phoenix.

Burung Phoenix adalah hewan dewa dan raja burung dalam mitos dan legenda Tiongkok. Seperti naga, ini adalah identitas nasional dari kebangsaan Han Cina. 

Bulunya umumnya digambarkan berwarna merah tua, dan juga dikenal sebagai burung merah, burung api, dan ayam. 

Dalam mitologi Barat disebut juga dengan burung api dan burung phoenix. Gambar umumnya flamingo dengan ekor yang relatif panjang dan dikelilingi oleh api, diperkirakan orang telah mengolah dan mengembangkan flamingo dari mitologi. 

Mitos mengatakan bahwa setiap kali burung phoenix mati, ia akan menyalakan api besar, dan kemudian akan terlahir kembali dalam api, dan akan mendapatkan vitalitas yang lebih kuat dari sebelumnya, yang disebut "Phoenix Nirvana". Dengan cara ini, burung phoenix memperoleh keabadian, oleh karena itu dinamakan "burung phoenix".

Burung phoenix adalah salah satu dari empat roh (naga, burung phoenix, unicorn, dan kura-kura) dalam cerita rakyat Tiongkok.

Suntikan DNA Hellix. itu membuatnya sembuh dengan sangat cepat. Tak hanya membuatnya sembuh, obat itu juga memiliki efek lain: kekuatan fisiknya, kecerdasannya, dan kecepatannya meningkat berkali-kali lipat. Namun, kepribadiannya berubah; yang awalnya terlihat pemalu, mulai menunjukkan keanehan-keanehan.

Dia hidup normal bersama pamannya selama bertahun-tahun, sampai tragedi besar menimpanya kembali. Sang paman juga dibunuh oleh pengikut sekte yang tersebar di seluruh negara ketika sekte itu melakukan kerusuhan di Taiwan. Untuk membalaskan dendamnya pada paman, kedua orangtuanya, serta orang-orang yang menjadi korban sekte penyembah penyihir putih, dia memutuskan untuk menjadi seorang pahlawan bertopeng.

Untuk mengenang ayam kesayangannya dan sosok Blaze Chicken pertama yang menjadi inspirasinya, dia menggunakan kostum ayam beserta peralatan canggih pamannya dan menjadi Blaze Chicken.

Shangrila tak memiliki kekuatan sihir layaknya para pengikut sekte tersebut. karena itu, dia selalu melawan mereka dengan pukulan dan kekuatan fisiknya serta menggunakan berbagai teknologi canggih peninggalan pamannya.

Dia juga menggunakan senjata api, dia tak hanya membunuh pengikut sekte tapi juga membasmi seluruh penjahat yang dia temui secara rahasia mulai dari perampok hingga sekelompok mafia.

Ketika pengikut sekte melemparkan mantra dari tongkat sihir. Dia membalas serangan itu dengan senjata biologis.

Selain suara tawanya yang mengerikan, dia memiliki kekuatan, kecepatan, dan kecerdasan yang sangat tinggi. Tapi, bukan itu yang membuatnya ditakuti oleh pengikut sekte maupun penjahat lain. Dia memiliki senjata biologis yang mungkin agak kontroversial sebagai orang yang mengklaim dirinya sebagai pahlawan super. Dia membawa sebuah senapan yang menembakkan peluru jarum suntik. Siapapun yang terkena senjata tersebut akan mati perlahan-lahan karena terjangkit flu burung. Karena itu, kebanyakan penjahat sebisa mungkin melarikan diri saat dia muncul.

Setelah kematian pamannya, dia memutuskan berkeliling dunia untuk memburu seluruh pengikut sekte penyembah penyihir putih, tentunya dengan mobil terbang ciptaannya, dan menjadi turis ilegal.

Dia adalah superhero yang sangat brutal dalam menjalankan aksinya, dia berpandangan untuk menghabisi iblis dia harus menjadi lebih jahat dari iblis itu sendiri. 

Dia bahkan pernah dikejar polisi saat membunuh sekelompok perampok Bank di Taiwan dengan senjata api ilegal dan menulis ancaman pada kepolisian. Sebelum melarikan diri, tapi bukan itu senjata kontroversialnya.

Dia pernah menghabisi nyawa orang yang membuang limbah pabrik ke sungai karena limbah itu berubah menjadi monster gurita radioaktif raksasa.

Dalam penelusurannya mencari jejak sekte penyembah penyihir putih dia sampai ke Hongkong.

Di Hongkong saat mencoba mengejar sekte tersebut, Shangrila bertemu dengan Proffesor Xuantong Jiangshi Vampir Hellix berusia 100 tahun yang dituduh memiliki hubungan dengan sekte tersebut namun Profesor mengaku bahwa dia tak memiliki hubungan apapun dengan sekte itu. Namun, karena kalah dalam pertarungan duel melawan Shangrila, Profesor memutuskan untuk menjadi pengikut Shangrila sebagai bentuk sifat ksatria dan harga diri. 

Shangrila pun menerima keputusan tersebut karena dia membutuhkan seorang sidekick sebagai superhero. Profesor mengakui bahwa Shangrila pantas menjadi tuannya, sementara Shangrila juga mengakui bahwa Profesor pantas menjadi rekan satu timnya.

Kini, Proffesor Xuantong Jiangshi membantu Blaze Chicken menhabisi seluruh sekte penyembah penyihir putih.

Meski berusia  100 tahun lebih, dia adalah proffesor yang kekanak kanakan. Proffesor Xuantong Jiangshi juga memiliki hobi mengoleksi serangga, alasan dia mengikuti Shangrila Arslan salah satunya adalah untuk berkeliling dunia mengumpulkan berbagai serangga untuk penelitiannya.

Profesor Xuantong Jiangshi lahir pada tahun 1887, mendekati akhir era Dinasti Liong, dinasti yang berdiri sejak ribuan tahun sezaman dengan perang Bharatayuda. Saat masa kecilnya Cina tengah dalam kecamukan Pemberontakan Boxer. Ayah dan ibunya adalah ahli kungfu yang sangat kuat, dan mereka berpartisipasi dalam Pemberontakan Boxer untuk membela Dinasti Qing dari 11 negara Eropa yang marah terhadap anarkisme Boxer.

Ia tak menua meskipun hidup sudah lebih dari 100 tahun. Selain sangat ahli dalam teknologi dia juga sangat ahli dalam kungfu aliran Tai Chi.

Setelah melihat ayahnya, yang merupakan pemberontak Boxer dan dianggap sebagai orang sakti tahan peluru, tewas di tangan aliansi 8 negara yang mengeroyok Dinasti Qing, Xuantong Jiangshi ditangkap oleh seorang vampir dari Rusia sebagai budak.

Ia diubah menjadi vampir Hellix oleh seorang vampir Rusia bernama Svetlana dan memberikannya pendidikan yang layak. Namun wanita itu menghilang jejaknya. Xuantong Jiangshi menjadi vampir tak sempurna yang tak bisa keluar di siang hari. 

Dia bukan vampir murni yang sudah terlahir sebagai Hellix, dia dulunya adalah manusia karena itu dia lebih lemah di bandingkan Vampir murni, kekuatannya berkurang drastis saat terkena sinar matahari, sehari hari dia sering menggunakan seragam tentara Manchuria atau baju PNS Dinasti Qing

Meskipun secara fisik lebih lemah dari vampir Hellix lain dia adalah salah satu intelektual terhebat dalam sejarah Cina, ilmuwan robot, fisika, teknik dan analisis militer jenius yang memanfaatkan berbagai teknologi menjadi senjata,

Menyadari bahwa seni bela diri Cina tak dapat mengalahkan senjata modern dan sistem militer profesional negara-negara Eropa, Xuantong Jiangshi pergi berkuliah ke Eropa, kembali lagi ke Cina, diterima menjadi PNS Dinasti Qing dan lama kelamaan naik jabatan menjadi Pelayan Pribadi Kaisar Puyi. Kaisar terakhir Cina yang masih berusia balita, ia adalah pelayan yang sangat setia.

Dia hendak membuat Cina menjadi negara modern, layaknya Kekaisaran Hizurudengan Restorasi Meiji. 

Proffesor Xuantong Jiangshi adalah salah satu Loyalis Dinasti Qing paling Berpengaruh selain Zhang Shun Untuk mengembalikan kekuasaan Puyi, bahkan dialah yang menyarankan Puyi untuk bekerjasama dengan Jepang membentuk negara boneka Manchuria karena merasa kasihan terhadap Puyi sebagai anak berusia 6 tahun yang turun tahta dan dibenci oleh seluruh penduduk Cina yang rasis pada etnis Manchu pada saat itu.

Namun, dia baru menyadari bahwa dia adalah vampir setelah Dinasti Qing dan Manchuria, negara boneka Jepang yang dipimpin Puyi, runtuh.

Akhirnya setelah Jepang kalah dan Negara Manchuria Bubar dia menjadi tahanan Soviet kemudian dikembalikan ke Republik Rakyat Cina di bawah kekuasaan Mao Zedong, dia sangat trauma dengan sosok Mao Zedong karena disiksa dengan kerja paksa dan hendak dihukum mati karena dianggap sebagai Kolaborator Jepang, 

Dia dihukum mati oleh pemerintah Tiongkok yang baru, namun tetap bisa bertahan hidup setelah kepalanya dipenggal. Sesuai aturan, seorang terpidana mati tak bisa dihukum lagi jika sudah menjalani hukumannya. Untungnya dia vampir dan dia berhasil melarikan diri ke Hongkong setelah Mao Zedong tak lagi berkuasa.

XXX

Di kaki pegunungan Mandaraka, Republik Shambala, tersembunyi sebuah desa berkabut bernama Yavani. Tempat itu tak tercatat dalam peta mana pun, dan hanya bisa ditemukan oleh mereka yang dituntun oleh takdir. Di sanalah Sarvakarna lahir—seorang gadis muda berambut hitam legam seperti malam tanpa bintang, dan mata yang bersinar keperakan seperti cahaya bulan yang menembus kabut tebal.


Sejak usia tujuh tahun, ia dikenal oleh penduduk desa sebagai "Si Penyihir Berbisik." Ia dapat berbicara dengan arwah—roh leluhur, roh pohon, bahkan roh-rorong misterius yang tak dikenal asalnya. Ia tidak memanggil mereka; mereka datang sendiri, seakan ditarik oleh kekuatan purba yang mengalir dalam darahnya.


Namun di balik keajaiban itu, tak ada yang tahu bahwa Sarvakarna menyimpan sesuatu yang jauh lebih besar. Sebuah jiwa lama, kuno, dan sakral terikat dalam raganya—jiwa dari Dewi Uma Parwati, sang istri Dewa Wisnu dalam bentuk duniawinya. Tapi jiwa itu belum lengkap, belum memilih wujud akhirnya.


Dahulu kala, Dewi Uma adalah lambang kesetiaan, kelembutan, dan kasih tanpa syarat. Ia adalah istri dari Dewa Wisnu dalam salah satu wujudnya sebagai Narayana, dan juga dikenal sebagai pasangan setia Dewa Siwa dalam aspek lainnya. Namun ketika dunia jatuh dalam kegelapan, ketika para asura dan roh gelap menghancurkan keseimbangan jagat raya, cinta yang lembut tak lagi cukup.


Dalam amarah karena penderitaan dunia, Dewi Uma bermeditasi di Gunung Meru selama seribu tahun dalam api semangat, memanggil kekuatan terdalam dari semesta. Tubuh sucinya terbakar oleh kemarahan ilahi, dan dari api itu, lahirlah wujud barunya—Dewi Durga, sang pelindung, sang pemusnah kejahatan. Dewi Uma Parwati bertransformasi menjadi Durga untuk melindungi alam semesta dan mengalahkan iblis Mahishasura.


Durga bukanlah bentuk yang berbeda, melainkan aspek dari Uma yang bangkit saat cinta harus dibela dengan pedang.


Kini, di tubuh Sarvakarna, dua sisi dari satu jiwa kuno kembali bersatu: kelembutan Uma dan kekuatan Durga. Namun Sarvakarna belum memilih jalan hidupnya. Apakah ia akan menjadi Uma yang penuh kasih, menyembuhkan dunia dengan kebijaksanaan dan kelembutan? Ataukah ia akan menjadi Durga, bangkit dalam murka untuk menumpas kegelapan yang kini mulai merayap kembali ke bumi?


Tanda-tanda telah muncul—langit yang berwarna darah saat malam tiba, burung-burung yang terbang terbalik, dan arwah yang membisikkan peringatan:

"Wahai titisan Sang Dewi, dunia menunggu pilihanmu. Apakah engkau akan merangkul cinta... atau membakar dunia untuk menyelamatkannya?"


Di tengah keraguan, Sarvakarna memulai perjalanan suci, ditemani seekor harimau putih bermata emas yang hanya ia lihat dalam mimpinya. Ia harus menjelajahi dunia, menelusuri kuil-kuil yang terkubur waktu, dan menghadapi musuh yang bersembunyi di balik wajah manusia.


Namun semakin jauh ia melangkah, semakin tipis batas antara kasih dan amarah. Antara Uma dan Durga.


Dan saat bulan purnama ketiga puluh tiga menyinari langit, keputusan akhirnya akan menentukan nasib dunia.


Saat Proffesor Xuantong Jiangshi dan Shangrila kembali ke Republik Shambala mereka sempat dicegat oleh sekelompok preman yang dipimpin oleh Pratap Sigh dan Ramanujan, Shangrila dibantu Proffesor Xuantong Jiangshi yang juga merupakan ahli bela diri menumbangkan sekelompok preman itu dengan mudah. Akhirnya sekelompok preman itu meminta pengampunan pada Proffesor dan Shangrila.

Kebetulan sekali Shangrila sedang mengumpulkan pengikut untuk membasmi sekte tersebut. Kemudian Shangrila pergi menuju kediaman teman masa kecilnya bernama Sarvakarna, seorang gadis Hellix yang memiliki kekuatan sihir mengendalikan gravitasi.

Ketika Shangrila masih anak anak sekte sesat sudah mulai menguasai dan mempengaruhi pemikiran penduduk Republik Shambala. Saat itu anak anak dari ras Hellix seperti Sarvakarna sudah mulai dijauhi dan diintimidasi oleh penduduk kota karena kekuatannya dalam mengendalikan gravitasi dianggap sebagai pemberian iblis, semua orang yang memiliki kekuatan selain dari sekte penyihir putih dianggap sebagai pengikut iblis.

Hanya Shangrila saja di masa kecil yang mau bermain dengan Sarvakarna, Sarvakarna dan Shangrila ketika masih anak anak juga pernah saling berjanji untuk bertemu kembali ketika mereka sudah dewasa setelah mereka terpisah akibat sebuah kerusuhan.  Tentu saja tanpa berpikir dua kali Sarvakarna setuju bergabung dengan Shangrila dan Shangrila mendeklarasikan berdirinya organisasi Birds of Dawn Syndicate.

Birds of Dawn Syndicate memiliki simbol burung Phoenix dan karakter cina: 明 míng yang artinya cahaya. Kelompok ini dipimpin Blaze Chicken A.K.A Shangrila Arslan dan anggotanya adalah Proffesor Xuantong Jiangshi, Sarvakarna sang penyihir kegelapan, Pratap Sigh, Ramanujan dan anak buahnya yang dijuluki gerombolan siberat, mereka  memiliki misi untuk mengumpulkan semua Earth Dragon yang ada di bumi untuk membasmi seluruh pengikut sekte penyembah penyihir putih, menghancurkan Kekaisaran Vermilion dan melakukan perang besar besaran terhadap Pemerintahan Dunia demi mencapai perdamaian abadi. Mereka dicap sebagai teroris dan kelompok kriminal global meskipun identitas asli mereka tidak diketahui.

Shangri-La kemudian kembali ke Perusahaan kedua orangtuanya dan menjadi penerus perusahaan Standart Oil sekaligus menjadikan perusahaan yang bangkrut itu sebagai basis markas organisasi mereka.

Setelah semuanya berkumpul, Shangrila meminta Proffesor Xuantong Jiangshi memimpin sebuah proyek besar untuk membangun kembali Gigantron.

Gigantron adalah robot raksasa yang merupakan proyek terbengkalai ciptaan paman Shangrila, awalnya itu akan dijadikan senjata militer rahasia untuk melawan invasi Uni Soviet ke Republik Shambala. namun karena Uni Soviet sudah runtuh duluan sebelum berhasil menaklukkan Shambala. 

Uni Soviet membatalkan rencana invasinya ke Republik Shambala sebelum para ilmuwan dapat menyelesaikan pembangunannya, kini robot ini ada di lab rahasia milik Paman Shangrila.

Shangrila dan Proffesor Xuantong Jiangshi pun bekerjasama untuk melanjutkan dan menyelesaikan robot raksasa tersebut sebagai senjata tambahan untuk melawan sekte sesat tersebut yang kini sudah mulai menguasai pemerintahan Republik Shambala.

Birds of Dawn Syndicate memandang diri mereka sebagai kelompok superhero tapi kekaisaran Vermilion dan pemerintah Dunia memandang mereka sebagai ancaman dan teroris global.

Ada banyak poster bertuliskan Wanted di Kekaisaran Vermilion yang bergambar wajah Blaze Chicken dan Proffesor Xuantong

Setelah menjadi pengikut Blaze Chicken, Proffesor Xuantong Jiangshi menjadi vigilante yang bernama Blaze Wodpecker, dengan kostum robot burung pelatuk, yang bisa menghancurkan apapun dengan bor di paruhnya, ditambah kekuatan vampir dan keahliannya dalam kungfu.

Namun, membunuh Presiden Republik Shambala yang memihak Vermilion adalah hal bodoh, Kaisar akan marah jika negara bawahannya dibunuh. 

Daftar kejahatan Blaze Chicken:

Menghancurkan Ibu Kota Vermilion dengan senjata biologis untuk melarikan diri.

Melakukan teror terhadap utusan Kekaisaran Vermilion di Republik Shambala. 

Membunuh perwakilan Vermilion dengan gas beracun di tengah konfrensi PBB.

Main hakim sendiri terhadap kriminal yang tak terhitung jumlahnya.

Menciptakan senjata biologis untuk melawan pengikut sekte yang berpotensi membawa wabah baru di masa depan.

Membunuh seorang diplomat yang hendak berundi

XXX

Di depan sebuah menara tinggi yang menjulang di tengah hutan lebat Republik Shambala, suasana tegang memenuhi udara. Angin yang berhembus kencang tak mampu menghalangi tatapan tajam Blaze Chicken, sang vigilante yang terkenal dengan keberaniannya dan kehebatannya dalam melawan segala bentuk kekuasaan yang berusaha merusak kedamaian. Ia berdiri tegap, mengenakan jaket hitam dengan logo ayam berkobar yang menjadi simbol keteguhan jiwanya, sambil memandangi Samir, pemimpin sekte sesat yang sedang memandangnya dengan senyum dingin.

Samir sang pemimpin sekte sesat dari Republik Indusnesos, dengan jubah hitam yang melambai di belakangnya, tampak tenang meskipun tahu bahwa di hadapannya berdiri musuh yang sangat kuat. Matanya yang tajam menyiratkan kebencian dan rasa superioritas. "Apa yang kau lakukan di sini, Blaze Chicken? Apakah kau merasa bisa mengendalikan semua yang ada di negeri ini?" ujarnya dengan nada sarkastik, dengan berani ia mendatangi sarang musuh seorang diri.

Blaze Chicken menyeringai, matanya yang tajam memancarkan ancaman yang tak terbantahkan. Dengan langkah tegap, ia mendekatkan diri ke Samir, suara sepatu bootnya yang menginjak tanah keras terdengar seperti suara petir yang menandakan kedatangannya. Lalu, dengan suara yang dalam dan penuh kewibawaan, ia berkata, "Jangan macam-macam di negara orang, Samir. Selama negara ini ada di dalam bayang-bayang kekuasaan saya, tak ada tempat bagi sekte sesatmu untuk berkembang."

Samir tertawa ringan, meskipun tawa itu tak mampu menyembunyikan kegelisahannya. "Kau kira aku takut dengan ancamanmu? Aku sudah mempersiapkan segalanya. Shambala akan berada di bawah kendali kami, Blaze Chicken. Tidak ada yang bisa menghentikan kami."

Blaze Chicken mendekatkan wajahnya ke wajah Samir, hingga jarak di antara mereka hanya beberapa inci. "Aku sudah cukup banyak melihat orang-orang yang merasa tak terkalahkan," katanya dengan suara yang rendah namun penuh ancaman, "Dan mereka semua akhirnya jatuh. Sekarang giliranmu, Samir. Kamu tak tahu siapa yang sedang kamu hadapi. Jika sekte sesatmu berani melangkah lebih jauh, kamu akan melihat sendiri betapa kerasnya telapak tangan kekuasaan saya. Jangan coba-coba merusak negeri ini lagi."

Di bawah cahaya bulan yang redup, keduanya berdiri saling berhadapan, udara di sekitar mereka seolah membeku, menunggu siapa yang akan bergerak lebih dulu.

Setelah ketegangan yang menggantung di udara, Blaze Chicken dan Samir saling berpandangan dengan mata penuh amarah dan kebencian. Tak ada lagi kata-kata yang keluar dari bibir mereka. Mereka tahu bahwa pertemuan ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar, sebuah bentrokan yang tak terhindarkan. Tanpa satu kata pun, mereka berbalik arah, masing-masing menuju jalur yang berbeda.

Blaze Chicken, dengan langkah mantap, menyusuri jalan setapak menuju hutan lebat yang mengelilingi menara. Setiap langkahnya menimbulkan suara gemerisik dedaunan yang hampir menutupinya, seakan-akan alam pun tahu bahwa vigilante ini tak akan berhenti sebelum mencapai tujuannya. Di dalam hati Blaze, ada satu keyakinan yang tak tergoyahkan: sekte Samir harus dihentikan, dan tidak ada ruang bagi mereka di Republik Shambala. Dia tahu bahwa perjalanan ini hanya akan berujung pada satu hal: kemenangan atau kehancuran.

Sementara itu, Samir berdiri beberapa detik lebih lama, menatap punggung Blaze Chicken yang menjauh. Senyum tipis mengembang di wajahnya, namun matanya memancarkan kebencian yang membara. Dia tahu bahwa meskipun Blaze Chicken adalah musuh yang tangguh, kekuasaannya jauh lebih besar daripada yang tampak. Sekte sesat yang dipimpinnya telah merancang rencana jangka panjang yang tak bisa digagalkan dengan mudah. Samir pun berbalik dan melangkah menuju arah yang berlawanan, menyusuri jalanan kota Shambala yang sepi, seolah-olah dia bisa mendengar suara langkah kaki musuhnya yang semakin menjauh, namun juga semakin mendekat dalam bayang-bayang.

Di malam yang sunyi itu, keduanya bergerak seperti bayangan—mencari cara untuk mengintimidasi dan menebarkan ketakutan. Blaze Chicken tahu bahwa Samir tidak akan diam begitu saja; dia pasti akan melakukan segala cara untuk memperluas pengaruh sektenya. Namun, Blaze tak akan mundur. Dia selalu berada satu langkah lebih depan.

Di tempat yang jauh, masing-masing mempersiapkan langkah selanjutnya. Samir dengan rencana liciknya, memanfaatkan kekuatan bayangan untuk memperlebar sayap kekuasaannya, sementara Blaze Chicken, meski lelah, terus memegang kendali atas apa yang sudah dia bangun. Keduanya tahu, hanya ada satu pemenang dalam permainan ini. Dan meskipun mereka berjalan di jalan yang berbeda, pertempuran batin mereka tetap satu—siapa yang akan menguasai Shambala?

Dalam keheningan malam, suara langkah mereka menghilang satu per satu, seolah dunia menunggu untuk melihat siapa yang akan bertahan lebih lama dalam permainan yang penuh dengan intimidasi dan ketegangan ini.

XXX

Mustahil orang gila dengan kostum ayam seperti Shangrila mampu melawan seorang kaisar yang sudah hidup selama 1000 tahun.

Kekaisaran Vermilion adalah salah satu peradaban kuno yang ada sejak 10.000 tahun sebelum Masehi hingga di zaman modern ini.

Kekaisaran Vermilion didirikan dalam kabut pengkhianatan dan ambisi yang kelam, dibentuk dari puing-puing kehormatan bangsa Custodian yang agung. Bangsa Custodian, dulunya penjaga tatanan dan penjuru kekuatan Terra Infinita, retak oleh perpecahan internal ketika sekelompok dari mereka, terpikat oleh janji kekuasaan dan keabadian, memilih untuk berkhianat. Mereka menjalin persekutuan terlarang dengan ras alien purba bernama Nisnas—entitas asing dari luar cakrawala bintang yang dikenal karena manipulasi genetika dan teknologi pikiran yang merusak. Ketika pengkhianatan mereka terbongkar, kelompok ini melarikan diri dalam pelarian besar, menembus lorong dimensi dan meninggalkan daratan Terra Infinita yang suci. Mereka akhirnya tiba di Bumi utama, dunia muda dan belum tersentuh oleh konflik kosmik, dan di sanalah mereka membangun Kekaisaran Vermilion. Berbekal teknologi Nisnas dan doktrin keras yang mereka bawa dari masa lalu, para pengkhianat ini membentuk kekaisaran tiranik yang mengedepankan supremasi psionik, kendali melalui rasa takut, serta pemujaan terhadap kekuatan transenden. Kekaisaran Vermilion bukan hanya lambang dari pengkhianatan sejarah, tetapi juga ancaman gelap yang perlahan merambat ke seluruh penjuru galaksi, menyebarkan warisan korup dari dua peradaban yang pernah begitu besar—dan kini telah bersatu dalam kebusukan yang sama

Kekaisaran ini dikuasai oleh Raja berusia 1000 tahun bernama Gwangmu Tianyi. Kekaisaran Vermilion, yang wilayahnya membentang dari Perbatasan Cina Barat hingga ke Maroko, adalah negara terkuat di dunia yang cenderung tidak mau ikut campur dalam hubungan internasional karena memandang rendah bangsa-bangsa di sekelilingnya. Kekaisaran ini bukan anggota Negara Bumi Serikat maupun Federasi Bumi, dan tetap netral selama Perang Dunia Kedua hingga Perang Dingin. Meskipun begitu, negara ini sangat disegani. Bahkan negara-sekuat Republik Frankania  dan Konfederasi Soviet Slavania, yang sedang terlibat dalam Perang Dingin pada masa jayanya, tidak berani menentang kekaisaran ini di masa lalu.

Beberapa sekte ilmu bela diri radikal juga mendukung Kaisar untuk mengusir seluruh pahlawan super Hellix pemerintah dunia dan mencegah mereka melakukan intervensi lebih lanjut terhadap kebijakan internal kekaisaran Vermilion.

Pemerintah dunia terkenal sangat korup dan hidup di kekaisaran lebih baik daripada menjadi bagian dari Federasi Dunia, Federasi dunia selalu mempromosikan persatuan umat manusia demi kekuasaan. Karena itu banyak rakyat yang mendukung perang dingin dan konfrontasi melawan Federasi Dunia World Federation yang ingin mendirikan pemerintahan dunia dengan menjadikan Kekaisaran Vermilion sebagai wilayah federasinya.

Gwangmu Tianyi adalah kaisar bengis yang tak punya hati nurani, dia mendapatkan keabadian itu setelah meminum darah bayi Hellix yang merupakan anugrah dari dewa atas bisikan penyihir putih.

Pangeran Gwangmu Tianyi dibalik sikapnya yang kejam dan dingin hanya ingin mendapatkan pengakuan dan membuat ayahnya sang raja bangga karena dia hanya anak seorang selir, dari seluruh keturunan sang raja dia adalah satu satunya anak laki laki yang pantas menjadi penerus tahta meski begitu karena statusnya yang hanya anak selir sang ayah tak pernah mau mengakuinya sebagai anak.

Tatapan sinis, kebencian dan bentakan kasar di istana selirnya adalah makanan sehari hari yang diterima Gwangmu Tianyi dari Sang Kaisar, ayahnya sendiri maupun permaisuri dan selir lain yang iri karena tak memiliki anak laki laki yang menjadi penerus tahta.

Seorang pangeran muda bernama Gwangmu Tianyi  menemukan kekuatan jahat dari kembang api yang ditemukan oleh keluarga kerajannya dan harusnya membawa kegembiraan dan kemakmuran bagi seluruh kerajaan, dia mengubah kembang api sebagai senjata meriam yang dia bangun sebagai ambisinya untuk menaklukkan dunia.

Ketika dewasa dia berminat menciptakan meriam yang dia kembangkan dari bubuk mesiu kembang api Planet Nibiru, ketika dia mendengar peramal pengasuh masa kecilnya meramalkan jika dia akan dikalahkan prajurit Ying dan Yang dari ras Hellix jika kecanduannya berlanjut. 

Khawatir akan hambatan dalam rencannnya Gwangmu Tianyi berencana menyerang etnis minoritas di kekaisaran Vermilion yang merupakan keturunan ras mutan manusia super yang saat ini disebut Hellix, dia memimpin pengikutnya untuk membakar dan menghabisi semua penduduk desa itu yang merupakan Hellix, dengan niat untuk membuat tak ada satupun yang hidup, dia melakukan genosida.

Meski dikenal sebagai raja yang kejam di negara lain dengan berbagai rumor dan desas desus, sikap Gwangmu Tianyi yang tegas dan otoriter sebenarnya sangat dihormati rakyatnya yang tetap ingin kekaisaran Vermilion negara tertua di dunia tetap merdeka dari Federasi Dunia. 

Meski dibenci ayahnya akibat darah dari seorang selir, Gwangmu Tianyi dikagumi oleh rakyatnya sebagai Pewaris Vermilion Forbiden City  dan penemu kembang api.

Dia berharap dapat diterima ayahnya yang membencinya dengan melakukan tindakan heroik yaitu melawan takdirnya, tapi ayahnya malah semakin ngeri dan membencinya. 

Ketika dia dengan bangga memperlihatkan pada ayahnya jika dia telah berhasil menghabisi para dewa dan Hellix, ayahnya malah melihat kengerian dan mengusirnya dari istana, di bawah hujan badai Xiao Tianyi bersumpah jika suatu hari nanti seluruh dunia akan tunduk di bawah kakiny

Puncaknya Gwangmu Tianyi diusir dan diasingkan dari Istana Kota Terlarang Vermilion.

Di pengasingan, Gwangmu Tianyi membuat rencana memimpin kudeta di kekaisaran pada upacara pernikahan kakak perempuannya yang ditakdirkan sebagai penerus tahta karena merupakan putri dari permaisuri.

Karena ayahnya yang tak Sudi meneruskan tahta pada selir memutuskan jika suami anak pertamanyalah yang akan menjadi penerus tahta.

Setelah Pangeran Gwangmu Tianyi menghabisi nyawa ayahnya dan merebut tahta Kekaisaran Vermilion ribuan tahun yang lalu, dia juga menghabisi para dewa yang mengangap jika dia tak layak menjadi Raja dan dia diberi dukungan oleh si penyihir putih.

Ia juga menghabisi para bangsawan maupun militer yang menjadi oposisinya di istana. Gwangmu Tianyi berkuasa di kekaisaran Vermilion selama 1000 tahun.

Dia memerintahkan pasukan untuk membantai seluruh dewa di kerajaan yang merupakan ras alien terakhir dari Planet Nibiru. 

Setelah itu dia segera membantai seluruh dewa Dewi pelindung kerajaan dengan senjata dan pengikutnya.

Gwangmu Tianyi melakukan dosa besar dia menghujat para dewa dan menghancurkan patung mereka karena merasa merekalag yang bertanggung jawab atas takdir buruk yang menimpanya selama hidup, dia juga mengejek jika para dewa itu lemah karena setelah berbagai macam kejahatan yang dia lakukan dia tetap tak mendapatkan hukuman. Bahkan setelah dia hidup dan berkuasa di kekaisaran Vermilion selama 1000 tahun.

Sang Dewi kebijaksanaan yang dihukum mati meramalkan jika Gwangmu Tianyi tetap berada di jalan kegelapan, dia akan dikalahkan oleh seorang pahlawan dari masa depan yang akan menghentikan Zaman kegelapan kekaisaran Vermilion.

Ia akan dikalahkan oleh seorang pahlawan dari langit ramalan yang sama dengan pengasuhnya.

"Para dewa tak pernah menghukum orang yang telah melukaiku, mereka juga tak menghukumku atas semua kekejian yang kulakukan mereka hanya mahluk lemah." Jawab kaisar muda itu dengan angkuh sebelum memenggal kepala Dewi tersebut.

Tepat di ulang tahunnya yang ke seribu tahun Gwangmu Tianyi yang berkuasa sebagai kaisar Vermilion mengalami mimpi buruk. Dia bermimpi jika ada seorang bayi perempuan yang merampas mahkotanya dan menghancurkannya. Tepat setelah bangun dari mimpi itu dia memerintahkan seluruh pasukannya untuk berkelana ke seluruh kekaisaran dan membunuh semua bayi perempuan di ibukota kekaisaran.

Meskipun awalnya dia hendak memerintahkan seluruh pasukannya membunuh seluruh bayi perempuan di kekaisaran Vermilion hanya karena mimpinya hatinya luluh saat menemukan bayi perempuan itu dan dia pun berubah pikiran.

Bayi perempuan itu adalah reinkarnasi dari Kwam IM, putri cantik dari kerajaan tetangga yang dia cintai di masa lalu. Bayi itu sendiri adalah Sarvakarna teman masa kecil Shangrila.

1000 tahun lalu, Gwangmu Tianyi memiliki seorang kekasih bernama Putri Kwam Im dari kerajaan tetangga karena mereka memiliki nasib yang sama mereka menjadi akrab.

Putri Kwam Im terlahir dengan kutukan dimana wajah cantiknya memiliki tanda lahir dengan simbol sekte iblis. Semua orang di kerajaan menganggapnya monster bahkan pelayan dan bangsawan lain tak menaruh hormat dan merendahkannya. Semua orang menganggapnya sebagai aib. Karena tak tahan dengan bangsawan yang menghinanya ditambah kondisi kerajaan yang tak stabil dan menuntut revolusi untuk menjadi negara republik, sang putri mengakhiri nyawanya sendiri sebelum sang pangeran sempat melamarnya.

Kabar Duka dari kerajaan tetangga tersebut membuat pangeran Gwangmu Tianyi murka dan hatinya perlahan lahan menjadi hitam, dia mulai membunuh selir maupun lawan politik manapun di kekaisaran Vermilion bahkan dia menghunuskan pedang pada pelayan pribadi yang awalnya berhubungan akrab dengannya dan menuntunnya untuk mengkudeta kakak perempuannya sendiri.

Kisah masa lalu itu yang membuat Gwangmu Tianyi membenci para dewa yang mempermainkan takdir manusia dan ras Hellix yang merupakan titisan mereka meski dia sendiri juga seorang Hellix dan mulai berteman dengan Samir sang pemimpin sekte anti Hellix dan Penyihir putih seorang Dewi yang jatuh terusir dari Kahyangan.

Banyak desas desus yang mengatakan jika Kaisar Vermilion adalah pemimpin tertinggi dari sekte penyembah penyihir putih yang telah menyebar ke seluruh dunia karena terisolasinya negara itu, bahkan Kaisar Gwangmu dianggap memiliki posisi yang lebih tinggi dari Samir, penyihir putih dianggap sebagai utusan tuhan yang akan membasmi Hellix di akhir zaman. 

Kaisar Tianyi Gwangmu mendukung Samir, pemimpin sekte pemuja penyihir putih, Samir dan pengikut sekte sesatnya percaya jika penyihir putih adalah utusan tuhan yang maha esa akan menghabisi dewa dewi yang disembah oleh manusia di zaman dahulu.

Itulah sebabnya Gwangmu Tianyi menjadi Kaisar di Vermilion selama 1000 tahun.

Sebenarnya sangat ironis, Imam Besar sekte itu, Samir, berniat memusnahkan seluruh Hellix yang ada di dunia. Padahal, dia mengabdi pada Kaisar Gwangmu Tianyi, salah satu Hellix pertama di dunia, yang mendapatkan keabadian dari sang Penyihir Putih, seorang alien terakhir dari planet Nibiru. Karena itu Samir sudah lama berniat mengkhianati sang kaisar karena memiliki darah kotor Hellix, menusuknya dari belakang dan menjadikan dirinya sebagai presiden surgawi umat manusia.

Samir selalu tersenyum dan tak pernah menunjukkan niat serta tujuan aslinya. Dia tidak pernah menyendiri. Orang licik selalu menjauhi dan mencurigai orang pendiam. Samir selalu berbohong, menjaga rahasia, dan menyembunyikan niat sesungguhnya ketika mengendalikan orang. Dia membuat orang lain berpikir bahwa apa yang mereka inginkan juga baik untuk mereka. Samir mampu membaca bahasa tubuh dan motivasi orang lain, serta menyimpan informasi pribadi atau celah keamanan orang lain agar bisa diperas untuk menerima penawarannya.

Samir bisa melakukan hal hal tak terduga dan membuat orang orang tersesat dengan tujuan aslinnya, hanya tuhan yang tahu apa tujuan aslinya di dunia ini.

Kaisar juga bukan orang bodoh, dia juga ingin melenyapkan Samir dan menunggu saat yang tepat karena samie memiliki banyak pengikut bahkan di kerajaannya sendiri.

Samir sang imam Varvakeion dari Republik Indusnesos dikenal sebagai pemimpin sekte yang setia pada Kaisar Gwangmu Tianyi dari Kekaisaran Vermilion meski itu sebenarnya hanya kemunafikan, dia juga mendapat undangan dari kaisar dalam upacara ulang tahun penobatannya sebagai kaisar yang ke 1000 tahun.

Dalam sebuah tampilan berita yang bagaikan horor di TV Samir memiliki topeng sorban putih yang membentuk simbol mata ilahi bermata satu di tengah Simbol Piramida, berbentuk Horus Wedjet di Mesir, layaknya seorang pemuja setan,latar belakangnya buram dan disensor tv tapi jelas dia membelakangi gambar bola dunia yang kelam

Penyihir putih memiliki dua wujud seorang wanita cantik bertanduk dan  atau monster naga yang disebut Togaroa, mahluk raksasa yang akan muncul ketika jarum Doomsday clock mencapai tengah malam, naga raksasa yang akan menghancurkan peradaban manusia di akhir zaman.

Lilith sang penyihir putih adalah dewi dari Planet lain yang sudah mati,dia adalah yang tersisa dari Ras nya yang sudah punah

Dia berusaha menjaga perdamaian antara manusia dan keseimbangan alam dengan menghancurkan egonya sendiri.

Karena itu melawannya adalah hal yang sia sia semua persenjataan yang dimiliki manusia tak bisa mengalahkannya bahkan senjata nuklir sekalipun.Vrmilion tetap merdeka dari Federasi Bumi

Penyihir Putih sebenarnya adalah dewi atau malaikat dari Planet Nibiru yang melindungi Bumi dari peradaban manusia. Dia hanya bertindak jika ada hal yang mengancam Bumi, seperti teknologi manusia yang terlalu canggih yang dapat merusak ekosistem Bumi. Jutaan tahun yang lalu ada penyihir jahat penguasa es abadi yang dikurung oleh malaikat dengan es abadi yang disebut Antartika dan penyihir itu akan bangkit menjelang akhir zaman. Dia dulunya adalah dewi yang diusir dari surga. 

Kehadiran sang Penyihir Putih kemudian menjelma menjadi naga raksasa Togaroa, yang bertugas menjaga Bumi tetap primitif.

Bangunnya penyihir putih dari tidur abadi di es Antartika akan disebabkan oleh kecerobohan dan keserakahan manusia sendiri yang merusak alam, menyebabkan polusi, membakar hutan sampai lapisan ozon menipis dan bumi semakin panas hingga akhirnya penyihir putih yang terpenjara di Antartika akan bangkit karena es Antartika itu sendiri mencair.

Karena pemanasan global yang disebabkan kecerobohan manusia penyihir es tersebut semakin dekat pada kebangkitan setiap harinya, seluruh anggota sekte tersebut  menanti hari penghakiman dari Penyihir Putih dan melakukan pengorbanan manusia, salah satu korbannya adalah orangtua Shangrila. 

Virus virus purba yang membeku jutaan tahun lalu kembali muncul akibat melelehnya es Antartika.

Selalu ada penyebab mengapa Togaroa menyerang peradaban manusia,dia mulai berniat meratakan seluruh peradaban manusia di bumi karena benci dengan teknologi dan polusi manusia yang menyebabkan kerusakan ekosistem, sedangkan dia sendiri sebelum diusir dari surga merupakan Dewi yang merupakan pelindung bumi dan alam. Karena keinginannya untuk memusnahkan peradaban manusia dia diusir dari surga oleh para dewa.

Republik Shambala adalah negara yang seringkali mengalami kekosongan pemerintahan dan seakan terasing dari dunia luar.  bahkan pernah diinvasi Uni Soviet pada tahun 1979 meskipun Invasi itu gagal karena campur tangan Kekaisaran Vermilion yang sudah lama mengincar wilayah itu karena memiliki banyak energi magis. Kini Kekaisaran Vermilion menjadikan Republik Shambala sebagai negara bagian semi-independen tepat setahun setelah Shangrila mengungsi ke Taiwan bersama pamannya. Semenjak para pengikut sekte penyihir putih semakin kuat di pemerintahan.

Wajar saja Shambala dicaplok Vermilion, tak ada pemerintahan selama 2 tahun lebih di negara itu kriminalitas dan anarkisme sempat merajalela. Belum lagi tak akan ada negara yang berani mengkritik Vermilion yang menganeksasi Republik kecil itu.

Meskipun memiliki otonomi dalam banyak urusan internal, Republik Shambala akan tunduk pada otoritas kekaisaran dalam urusan tertentu, seperti kebijakan luar negeri, pertahanan, dan mungkin beberapa aspek ekonomi.

Kekaisaran Vermilion  menempatkan seorang gubernur atau perwakilan kekaisaran di Shambala untuk mengawasi dan memastikan kepatuhan terhadap kebijakan kekaisaran. Namun, peran ini akan lebih simbolis dan pengawasan daripada pemerintahan langsung.

Hukum Lokal Republik Shambala akan memiliki sistem hukum sendiri yang mengatur urusan domestik, seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.

Hukum Kekaisaran Beberapa undang-undang kekaisaran mungkin berlaku di Shambala, terutama yang berkaitan dengan urusan luar negeri, pertahanan, dan perdagangan antar wilayah dalam kekaisaran.

Pengadilan Lokal Republik Shambala akan memiliki sistem peradilan sendiri untuk menangani kasus-kasus hukum lokal.

Untuk kasus-kasus tertentu yang melibatkan hukum kekaisaran atau konflik antara hukum lokal dan hukum kekaisaran, pengadilan kekaisaran mungkin memiliki yurisdiksi.

Shambala  diwajibkan untuk memberikan kontribusi finansial atau upeti kepada Kekaisaran Vermilion, sebagai pengakuan atas kedaulatan kekaisaran.

Sebagai bagian dari kekaisaran, Shambala akan mendapatkan perlindungan militer dan dukungan dari Kekaisaran Vermilion dalam urusan internasional dan pertahanan.

Penduduk Shambala mungkin memiliki kewarganegaraan ganda, sebagai warga negara Republik Shambala dan warga kekaisaran.

Penduduk akan memiliki hak dan kewajiban yang ditentukan baik oleh hukum lokal Shambala maupun hukum kekaisaran.

Secara keseluruhan, Republik Shambala akan berfungsi sebagai entitas yang otonom dengan pemerintahan republik yang dipimpin oleh presiden, namun tetap berada di bawah pengaruh dan otoritas Kekaisaran Vermilion dalam beberapa aspek penting, mencerminkan statusnya sebagai negara bagian semi-independen dalam sebuah kekaisaran.

XXX

Pagi yang terik di Republik Indusnesos membawa suasana panas yang melingkupi pesawat jet pribadi yang bertuliskan Shambala Standart Oil, Perusahaan peninggalan orangtua Shangrila. Pesawat itu meluncur di langit biru, melewati wilayah udara negara lain tanda terdeteksi. Di dalam kabin, Profesor Xuantong Jianhsi duduk dengan tenang, matanya terfokus pada layar holografis di depannya. Profesor Xuantong, seorang vampir berusia 100 tahun lebih yang memiliki wujud fisik seperti anak pra remaja yang imut dan memiliki tubuh kecil, adalah sosok yang tak pernah terburu-buru. Pakaian hitam elegannya peninggalan PNS zaman Dinasti Qing tampak kontras dengan dua sosok pria kasar yang duduk di sebelahnya.

Pratap Singh, preman berbadan kekar dengan tato beraneka ragam di lengannya, dan Ramanujan, seorang pria tinggi besar yang senantiasa mengenakan kacamata hitam meski di dalam ruangan, duduk dengan postur tubuh siap siaga. Keduanya adalah tangan kanan Profesor Xuantong yang paling setia karena Proffesor menjadi anak buah Shangrila sebelum mereka, tentu saja Proffesor jadi senior mereka, preman itu memiliki otot-otot yang digunakan untuk menegakkan hukum Shangrila di dunia bawah tanah.

Bisa dibilang Proffesor Xuantong Jiangshsi adalah vampir keroco, dia tak bisa mengubah manusia lain menjadi vampir. Bahkan, dia tak memiliki kekuatan spesial selain usia yang sangat panjang, kekuatan fisiknya setara manusia biasa. Meski begitu, dia memiliki kemampuan bela diri tradisional Cina yang tak bisa diremehkan.

"Professor," ujar Pratap Singh dengan suara berat, "kita hampir sampai. Saya sudah mengumpulkan informasi yang diperlukan. Mereka yang berhutang itu sedang berada di kawasan perumahan elit di daerah sana. Pasti takkan berani melawan."

Ramanujan hanya mengangguk, mulutnya tertutup rapat. Mata tajamnya terus memeriksa layar ponsel yang menampilkan peta daerah tujuan mereka.

Profesor Xuantong mengangkat kepala, menyarankan keheningan dengan satu isyarat halus. "Kalian tahu tugas kita. Jangan ada kesalahan kali ini. Shangrila takkan mentolerir kegagalan. 100 lakh harus dibayar, tidak ada alasan untuk meloloskan mereka."

Suasana dalam pesawat semakin tegang. Profesor Xuantong bukan hanya dikenal sebagai ahli strategi bisnis dan politik, tetapi juga sebagai figur yang penuh pengaruh di Organisasi Bird of Dawn. Sebagai orang yang mewakili Perusahaan Shambala Standart Oil, sebuah organisasi bisnis bawah tanah terbesar yang diaktifkan kembali oleh Shangrila setelah kematian orangtuanya, keberadaannya adalah ancaman yang tak terbantahkan. Namun, ada satu hal yang jauh lebih menakutkan daripada kehadirannya, yaitu tindakannya.

Beberapa jam kemudian, pesawat mereka mendarat dengan mulus di lapangan udara Republik Indusnesos. Hembusan angin tropis menyambut mereka, membawa aroma laut yang tajam. Begitu pintu pesawat terbuka, Profesor Xuantong, Pratap, dan Ramanujan melangkah keluar dengan langkah penuh keyakinan. Mobil hitam berlapis peluru sudah menunggu mereka.

"Di mana mereka?" tanya Profesor Xuantong dengan nada datar, suara lembutnya yang tenang namun berisi ancaman yang tak terucapkan.

Pratap Singh membuka peta digitalnya, menunjukkan lokasi villa mewah yang berada di ujung kota. "Mereka ada di sini. Tidak jauh."

Perjalanan menuju villa itu terasa lambat dan penuh ketegangan. Saat mereka tiba, pagar besar yang mengelilingi properti itu tampak sepi, tapi itu hanya tanda bahwa mereka sudah memasuki wilayah yang benar-benar terkendali. Mereka tidak perlu waktu lama untuk menembus pintu masuk, berkat Ramanujan yang dengan gesit memanipulasi sistem keamanan.

Begitu melangkah masuk ke dalam rumah megah itu, suasana berubah menjadi menegangkan. Beberapa pria bertubuh kekar tampak memandang mereka dengan waspada, namun mereka tahu bahwa ini bukanlah waktu yang tepat untuk bertanya. Profesor Xuantong, meski tenang, memancarkan aura yang membuat siapa pun yang menatapnya merasa cemas.

"Apa yang kita inginkan sangat sederhana," Profesor Xuantong berbicara dengan suara pelan namun pasti. "Kami datang untuk menagih hutang yang telah jatuh tempo. 100 lakh. Jika kamu tidak bisa membayar, kami akan mengambilnya dengan cara lain."

Salah satu pria yang lebih muda tampak ragu-ragu, tapi sebelum dia sempat berkata apa-apa, Pratap Singh sudah mengangkat tangannya, tatapan matanya penuh ancaman. "Tidak ada negosiasi. Anda tahu siapa kami."

Sejenak suasana sunyi, sampai akhirnya suara dari dalam rumah terdengar, menambah ketegangan.

"Jangan coba-coba mempermainkan kami. Ini bukan hanya tentang uang. Jika kalian berpikir Shangrila bisa ditawar, kalian salah besar," Ramanujan menambahkan, suaranya dingin dan mengerikan.

Ketegangan semakin meningkat, dan Profesor Xuantong, dengan tenangnya, hanya tersenyum. Di dunia ini, tak ada yang tak bisa diselesaikan dengan kekuatan, entah itu fisik, pikiran, atau—seperti yang selalu ia lakukan—keduanya.

Malam itu, suasana di villa mewah yang sebelumnya tenang berubah menjadi kacau. Seperti mimpi buruk yang tiba-tiba menghantam, kekuatan yang tak terduga muncul dari bayang-bayang. 

Pratap Singh sudah siap untuk menghancurkan segala hal yang menghalangi mereka, namun Profesor Xuantong memegang tangannya, memberi isyarat untuk menunggu. Mereka telah berada di depan orang yang berhutang itu, yang kini wajahnya mulai memucat, namun bukan karena ketakutan terhadap mereka. Ada sesuatu yang lebih gelap yang mulai menyelimuti ruangan itu.

Sang pemilik rumah, seorang pria dengan jubah putih yang tampak seperti seorang pendeta, mendekat dengan langkah perlahan. Sorot matanya mengarah ke Profesor Xuantong, ada ketenangan yang aneh di wajahnya. Tidak ada tanda-tanda kegelisahan.

"Apakah kalian tahu apa yang kalian hadapi?" suara pria itu dalam dan serak, dipenuhi aura yang tak kasatmata namun begitu kuat. "Kami bukanlah orang yang bisa kalian ancam begitu saja. Kami adalah bagian dari Sekte Penyihir Putih. Hutang kalian... sudah tidak berlaku lagi."

Profesor Xuantong menyipitkan mata, mengenali bahaya yang ada. "Penyihir putih?" gumamnya, sedikit terkejut, meski tidak memperlihatkan kelemahan.

Tiba-tiba, udara di sekitar mereka terasa lebih berat. Cahaya lilin di ruangan itu mulai bergoyang, seolah ada kekuatan yang tak tampak sedang bergerak di dalam kegelapan. Ramanujan mengedarkan pandangan dengan waspada, menempatkan dirinya di posisi yang siap melawan jika dibutuhkan, sementara Pratap Singh menegakkan otot-ototnya, bersiap.

Namun, tidak ada peringatan sebelumnya. Dalam sekejap, suara bergemuruh mengguncang seluruh rumah. Kabut putih misterius mulai memenuhi ruangan, dan tubuh pria yang tadi terlihat biasa berubah menjadi berkilauan dengan energi yang tak terduga.

"Pergilah!" teriak pria itu dengan suara yang seakan berasal dari kedalaman dunia lain, mengarah ke Profesor Xuantong. "Kalian tidak tahu kekuatan yang kalian tantang."

Profesor Xuantong menilai situasi dengan cepat. Terlalu berbahaya. Mereka sudah masuk ke dalam wilayah yang tak bisa mereka kendalikan. Sekte Penyihir Putih bukan lawan yang mudah ditaklukkan, apalagi dalam kondisi yang begitu mengancam.

"Tarik mundur!" perintahnya tegas. "Kita akan kembali."

Tanpa bicara lebih lanjut, Profesor Xuantong memberi isyarat pada Pratap dan Ramanujan. Mereka segera berbalik dan berlari menuju pintu keluar, meskipun kabut putih yang semakin pekat berusaha menahan mereka. Kabut itu mengarah ke tubuh mereka, namun mereka bergerak cepat, seolah dibimbing oleh naluri bertahan hidup yang tak terbantahkan.

Ramanujan, dengan langkah kaki yang cepat dan penuh fokus, mengaktifkan perangkat komunikasi mereka. "Pesawat harus siap! Cepat!" teriaknya.

Begitu mereka keluar dari rumah, mereka berlari ke mobil hitam yang telah menunggu. Pratap Singh tidak menoleh ke belakang, tubuhnya yang kekar langsung melesat menuju pintu mobil dengan kecepatan luar biasa. Saat mereka masuk dan mobil meluncur dengan kecepatan tinggi, ruangan villa yang penuh dengan energi magis itu mulai tampak jauh di belakang mereka.

Namun, meskipun mereka berhasil keluar, Profesor Xuantong tetap merasakan kegelisahan yang menggantung. Kejadian malam itu jelas bukan pertemuan biasa. Mereka sudah melanggar wilayah yang bukan milik mereka, dan sekte penyihir itu jelas bukan lawan yang bisa dianggap enteng. 

Di dalam mobil, Xuantong menatap keluar jendela dengan tatapan tajam. "Shangrila... harus mendengar ini," katanya, suaranya penuh dengan perhitungan yang mendalam. "Ini lebih dari sekadar uang. Ada sesuatu yang lebih besar yang harus kita hadapi."

Ramanujan yang duduk di sampingnya mengangguk, menatap layar holografis yang menampilkan rute pesawat mereka kembali ke Shambala. "Sekte Penyihir Putih, Profesor... ini mungkin lebih rumit dari yang kita kira."

"Benar," jawab Profesor Xuantong, suaranya datar namun penuh wibawa. "Namun mereka hanya satu bagian dari teka-teki yang lebih besar. Kita harus siap untuk pertempuran yang lebih besar, Ramanujan, Pratap. Kemenangan kali ini mungkin bukan untuk kita, tapi kita akan menunggu kesempatan lain. Shangrila tidak akan mundur hanya karena ketakutan."

Dengan mobil yang melaju menuju lapangan terbang, suasana tegang namun penuh tekad menyelimuti mereka. Sebuah babak baru dalam perjalanan mereka ke Shambala baru saja dimulai.

Sesaat sebelum pesawat mereka lepas landas, sebuah sosok tiba-tiba muncul di antara bayang-bayang di dekat hanggar. Dengan langkah ringan dan anggun, seorang gadis muda berlari menuju mobil mereka yang masih terparkir di sisi lapangan terbang. Sosoknya begitu mencolok—seorang gadis berusia 26 tahun yang cantik, dengan rambut panjang berwarna perak keemasan yang melambai-lambai seperti cahaya bulan. Di balik matanya yang berwarna biru terang, ada kilatan misterius yang tidak bisa dijelaskan. Ia mengenakan seragam sekolah, tetapi ada sesuatu yang lain—sebuah aura kuat, yang melampaui usia dan penampilannya yang tampak biasa.

Profesor Xuantong memandangnya dengan curiga dan kewaspadaan yang tajam. Ramanujan dan Pratap Singh pun terdiam, menyadari ada sesuatu yang tak biasa dengan gadis ini. Ia berhenti tepat di samping mereka dan menyapa dengan senyuman lembut yang tak lekang oleh waktu.

"Sepertinya kalian dalam masalah," kata gadis itu dengan suara lembut namun penuh kekuatan. "Saya datang untuk membantu."

Profesor Xuantong menilai gadis itu dengan teliti, merasakan energi yang tidak biasa mengalir dari tubuhnya. "Siapa kau?" tanyanya hati-hati, tetap waspada.

Gadis itu tersenyum, matanya yang bersinar misterius menatap langsung ke Profesor Xuantong. "Saya tidak berniat untuk menakut-nakuti kalian. Nama saya Kila," jawabnya, dengan suara yang memantul dalam udara malam yang sunyi. "Aku bukan sekadar gadis SMA. Aku adalah titisan Dewi Kamaratih, pelindung cinta, dan juga Artemis, dewi pemburu. Kalian sudah melibatkan diri dalam pertempuran yang lebih besar dari yang kalian kira. Dan Sekte Penyihir Putih... mereka adalah ancaman yang harus dihentikan."

Kila gadis itu adalah titisan Dewi Bulan Artemis dan Kamaratih. Dia memiliki jam kuasa Hellixwatch dan kelinci yang mampu berbicara bernama Redly. Kadang, ketika dia berubah, dia berkostum seperti superhero bertopeng dengan hijab dan kebaya ala tradisional Sunda. Terkadang, dia memakai gaun seperti putri, terkadang juga seperti pejuang wanita dari Yunani.

Kila memiliki telinga yang menyerupai kelinci berwarna putih yang imut. Kostumnya lebih seperti penari, memakai batik panjang dan selendang. Ada dua atribut utama yang masih dikenakan sang jagoan, yaitu sumping telinga serta selendang. Kostum juga masih dominan warna hitam dengan nuansa emas, dengan rambut kuncir dua yang panjang. Ia melayani sang dewa dan mengawasi bumi dari kejauhan sebagai Penyihir Kelinci Giok. 

Teguh, namun lembut, kata-kata gadis itu menciptakan kesan bahwa ia bukanlah orang yang bisa dianggap remeh. Ada sesuatu dalam dirinya yang menggabungkan kelembutan seorang gadis muda dengan kekuatan yang tak terlukiskan. Energi magis di sekitarnya menyatu dengan alam, seperti kehidupan itu sendiri, memberi kesan bahwa dia lebih dari sekadar manusia biasa.

Selendang merah itu sangat khas dan identik, begitu juga dengan aksesori di telinga. Selendang merah sengaja dipertahankan, sama seperti dulu, dengan gaya yang lebih mirip penari. Kostumnya kini lebih modern, dengan motif batik yang mencerminkan ciri khas tersebut. "Dia harus bisa menyeimbangkan tugas sekolah, berlatih terbang, menguasai selendang ajaib, dan menghadapi sosok yang memiliki penampilan seperti penari."Kostum ini lengkap dengan selendang dan aksesori di telinga yang akan dikenakan oleh sang jagoan, yang memakai kostum hitam dengan atribut selendang, namun tetap fleksibel untuk bergerak, seperti seorang penari. Kostum ini didominasi warna hitam dan emas, praktis, dan tidak rumit. Ada aksesori telinga, selendang, serta rambut merah muda yang diikat dengan gaya odango menyerupai telinga kelinci, dengan mata merah. Selain itu, dia mengenakan seragam sekolah versi musim panas, berupa seragam pelaut putih dengan lengan pendek, aksen merah dengan garis putih di ujung lengan, serta pita merah di tengah. Rok lipit biru dengan pita merah di belakang, kaus kaki putih, dan sepatu putih dengan pita merah di depan melengkapi penampilannya. Seragam ini didominasi warna merah dengan dua lapisan putih, dan desain merah lainnya di bawahnya.

Pratap Singh menyeringai, merasa sedikit lebih tenang, meskipun masih penasaran. "Tapi mengapa kamu datang membantu kami? Kami baru saja melarikan diri dari kekuatan yang lebih besar dari yang bisa kita hadapi."

Kila memandangnya dengan tatapan penuh pemahaman, seakan bisa membaca apa yang ada dalam pikiran mereka. "Karena kita memiliki tujuan yang sama," jawabnya dengan mantap. "Sekte Penyihir Putih bukan hanya musuh kalian. Mereka juga ancaman bagi dunia ini. Aku telah memantau mereka selama ini, dan kalian baru saja melangkah ke dalam perang yang lebih luas daripada yang kalian bayangkan."

Ramanujan merenung sejenak sebelum bertanya, "Tapi bagaimana kita bisa menghentikan mereka? Mereka sudah begitu kuat, bahkan kabut yang mereka ciptakan hampir saja menahan kita."

Kila mengangkat tangan, mengarahkannya ke langit yang gelap, dan dalam sekejap mata, udara sekitarnya terasa lebih segar. Sebuah cahaya lembut muncul di sekelilingnya, membentuk aura yang menenangkan namun sangat kuat. "Kekuatan mereka berasal dari kegelapan yang telah mereka pelihara begitu lama," jelasnya, "Namun, jika kita bekerja sama, kita bisa mengalahkan mereka. Kekuatan cahaya dan cinta bisa menembus kegelapan itu. Aku akan memburu mereka bersama kalian."

"Musuh dari musuh adalah temanku."Kata Proffesor Xuantong.

Profesor Xuantong terdiam sejenak, merasakan keyakinan dalam kata-kata Kila. "Kita tidak punya waktu," katanya. "Jika kita tidak bertindak cepat, mereka akan melarikan diri dan menghilang ke tempat yang lebih jauh, dan kita akan kehilangan jejak mereka."

Kila mengangguk, matanya menyipit seiring dengan fokus yang mendalam. "Mereka belum pergi jauh. Aku bisa merasakan jejak mereka, ada beberapa yang mencoba melarikan diri. Mereka takut pada sesuatu—sesuatu yang lebih kuat daripada mereka, dan mereka tahu bahwa kalian adalah ancaman yang tak bisa dianggap enteng."

Profesor Xuantong mengangguk, tampak memikirkan sesuatu. "Kalau begitu, kita harus bertindak cepat. Kita akan ke lokasi mereka sebelum mereka bisa bersembunyi lebih dalam."

Dengan gerakan gesit, Kila melompat ke dalam mobil mereka, duduk di samping Profesor Xuantong. "Aku akan memandu kalian," katanya dengan penuh keyakinan. "Mereka tidak akan bisa menghindar kali ini."

Pesawat mereka lepas landas, menuju lokasi yang telah dipilih oleh Kila. Keempatnya tahu bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang mencari kekuatan atau menghentikan sekte yang mengancam, tetapi tentang menghadapi kegelapan yang lebih besar yang bisa menghancurkan dunia mereka jika dibiarkan berkembang.

Sekte Penyihir Putih mungkin telah melarikan diri, tetapi mereka tahu bahwa perburuan itu baru dimulai. Dengan Kila di sisi mereka, tak ada yang tidak mungkin.

XXX

Kila, si gadis kelinci imut teman jauh Shangrila yang berasal dari Republik Indusnesos yang kini dikuasai oleh sekte Samir si pemuja penyihir putih, bermimpi menjadi seorang superhero. Meskipun tidak terlahir sebagai Hellix, dia berubah menjadi Hellix dengan kekuatan kelinci setelah mendapatkan jam kuasa Hellixwatch dari Redly  si kelinci pink yang menyatu ke DNA nya. Hal itu terjadi setelah berhasil mengalahkan ratu kerajaan Felis catus di bulan. Walaupun dia bahagia memiliki kekuatan untuk menjadi seorang pahlawan, Kila juga ikut menderita bersama Hellix lainnya yang terus dipersekusi oleh rezim Samir.

Ratu Felis Catus ingin memakan seluruh anak yang memiliki kekuatan kelinci untuk mendapatkan kekuatan besar, dan menjadi pahlawan super cilik yang memberantas penjahat, harus berhadapan dengan seorang remaja laki-laki menyedihkan yang menjadi pembunuh berantai, Samir.

Kehadiran sosok Samir mengubah Kila yang awalnya ceria dan bercita cita  menjadi superhero menjadi gadis yang terlihat sangat kelam dan menyimpan beban hidup sangat berat.

Kila tinggal di Kota Wentirakarta Jawa barat, ia bersekolah di Sakolah negeri dimana anaknya nakal nakal dan gurunya sangat cuek dengan keadaan murid muridnya yang sering diganggu murid murid lain.

Kila adalah seorang gadis yang hidup dalam kesendirian meskipun keluarganya kaya raya. Prilaku Kila yang nakal semata-mata karena ia tak mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya yang sibuk bekerja. 

Sebagai anak tunggal, dia merasa kesepian karena kedua orang tuanya selalu sibuk bekerja. Rumah besar dan luas yang ia tinggali terasa kosong tanpa perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Hanya ada Nenek Herliyan, pengasuh yang sudah seperti nenek kandungnya, yang menemani Kila setiap hari yang juga menyimpan rahasia.

Kila adalah anak yang sangat nakal suka menjahili teman-temannya, ia anak yang kurang berprestasi di sekolahnya ia lemah dalam matematika sering dihukum gurunnya karena jahil dan tak mengerjakan tugas.

Meski begitu Kila adalah anak yang sangat ceria, pantang menyerah dan setia kawan.

Pekerjaan Kila merupakan gabungan dari detektif, superhero dan gadis penyihir. Dia harus berurusan dengan perjuangan sehari-hari menjadi siswa sekolah menengah sambil menghabiskan waktu luangnya melindungi kota dari penjahat super.

Suatu sore yang panas, setelah pulang dari sekolah yang membosankan, Kila melihat sesuatu yang tidak biasa di halaman sekolahnya. Seekor kelinci dengan warna pink! Ini sangat aneh karena biasanya hanya kucing yang berkeliaran di sekitar rumahnya. Tanpa berpikir panjang, Kila langsung mengejar kelinci itu, meski kelinci itu tampaknya cepat sekali berlari. Larinya bahkan membawanya hingga ke ujung desa, tepat di depan sebuah rumah kosong peninggalan Belanda yang terbengkalai. 

Warga desa sering mengingatkan untuk tidak bermain di dekat rumah itu. Konon, puluhan tahun yang lalu ada seorang anak yang hilang setelah bermain di sana, dan tak pernah kembali. Kila yang penasaran, namun juga sedikit takut, tidak menghiraukan peringatan tersebut. Dia merasa bahwa yang penting adalah menangkap kelinci pink itu.

Akhirnya, kelinci itu tertangkap, tetapi Kila merasa gelisah karena harus segera pulang sebelum Nenek Herliyan menyadari bahwa ia telah menangkap kelinci tersebut. Dengan cepat, Kila menyembunyikan kelinci pink itu ke dalam tasnya karena Kila sangat merasa kesepian dan ingin kelinci itu menjadi temannya.

Kila memungut kelinci itu ditas, menyembunyikannya di kamarnya agar nenek pengasuh itu tidak mengetahui keberadaan kelinci yang ia sembunyikan.

Kila hanya menangkap Redly karena mengangap Redly adalah kelinci yang imut dan ia ingin menjadi teman Redly.

Sesampainya di rumah, Kila mendengar suara Nenek Herliyan yang memanggilnya. “Kila, kenapa kamu kelihatan aneh?” tanya nenek. Kila yang panik langsung bersembunyi di belakang lemari. Nenek Herliyan mengeceknya, namun hanya menemukan perasaan aneh saja. “Ah, tidak apa-apa, Kila. Silakan main lagi,” kata nenek sambil menuju dapur.

Kila akhirnya mengeluarkan kelinci itu. Saat kelinci itu mulai berbicara, Kila terkejut.

Tanpa Kila sadari, Redly ternyata bukan kelinci biasa. Ia bisa bicara dan memberikan Kila kekuatan. Kelinci Supersonik, di mana jika Kila berubah dengan telinga kelinci di kepalanya, ia akan memiliki kekuatan untuk melompat dengan sangat tinggi, tendangan kaki super kelinci, dan kecepatan supersonik.

 "Aku bisa menjadi temanmu, Kila," kata kelinci yang ternyata bisa berbicara. Namanya adalah Redly,  Kila  ditertawakan Redly karena ia mengira dirinya terpilih untuk mendapatkan tiga permohonan, Redly langsung menjawab jika dia bukan jin. Kila yang awalnya bingung, akhirnya tertawa dan memutuskan untuk memperlakukan kelinci itu sebagai teman. Redly memberi Kila sebuah kekuatan luar biasa: setiap kali Kila melompat tiga kali, ia bisa berubah menjadi setengah kelinci, dengan telinga kelinci yang lucu.

Dengan kekuatan baru ini, Kila merasa semakin berani. Namun, ia juga harus hati-hati agar tidak ketahuan oleh Nenek Herliyan. Kila pun mulai bermain-main dengan kekuatan barunya, melompat dan berubah menjadi kelinci, merasa dirinya semakin nakal.

Ke esokan harinya, di sekolah, Kila merasa perlu memberi tahu teman-temannya tentang kelinci pink dan kekuatan barunya. Namun, dia khawatir kalau teman-temannya akan merasa iri atau bahkan mengejeknya. "Kalian jangan percaya sama yang dibilang Kila," kata salah seorang teman, yang merasa bahwa Kila hanya ingin menjahili mereka.

Pada suatu hari, Kila diminta untuk mengenalkan teman baru, Chika, kepada lingkungan sekolah. Namun, Kila merasa enggan mengajak Chika bermain dengan mereka. Di sisi lain, dia mendengar kabar bahwa kakak kelas mereka yang misterius, yang selalu memakai topeng, juga punya sisi baik meski sering di-bully oleh teman-temannya.

Dengan kekuatan baru dan persahabatan aneh dengan kelinci pink yang ternyata lebih dari sekadar peliharaan, Kila mulai memahami bahwa hidup tidak selalu seperti yang ia bayangkan. Dia harus menghadapi masa depan yang penuh dengan rahasia, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang-orang di sekitarnya.

Sementara itu, Redly terus muncul dan menghilang dalam kehidupan Kila, memberikan petunjuk-petunjuk misterius yang akan membawanya lebih dalam ke dalam dunia yang penuh dengan keajaiban dan bahaya yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Keesokan harinya, Redly memberitahu Kila alasan ia memberikannya kekuatan Supersonik Kelinci. Ratu Kucing di bulan bernama Felis Catus ingin membalas dendam pada bangsa kelinci yang dulu pernah melukai anak sang ratu kucing dan mendapatkan kekuatan besar dengan memakan anak-anak yang lahir di bulan kelinci, serta mendapatkan kekuatan kelinci.

Semua anak yang terlahir di bulan Kelinci dan berhasil menangkap Redly di usia 13 tahun harus melatih kekuatan mereka untuk menghadapi Ratu Kucing karena mereka adalah anak yang terpilih, Felis Catus, yang berkuasa di bulan dan ingin memakan anak-anak berkekuatan kucing yang sudah berusia 13 tahun. Anak-anak yang terikat kontrak untuk mendapatkan kekuatan kelinci hanya bisa hidup sampai dipanen oleh Ratu Kucing di usia 13 tahun.

Sebenarnya di dunia ini banyak anak yang terlahir di bulan kelinci,tapi tak semua anak berhasil menemukan Redly dan berani menangkapnya, siapapun anak yang menangkap kelinci Pink itu akan terikat kontrak menjadi pemilik kekuatan Hellix.

Setiap 48 tahun sekali portal antara Bumi dan Bulan terbuka, saat itulah Ratu Felis Catus akan memakan anak anak di bulan kelinci yang sudah berusia 13 tahun dan siap dipanen.

Saat portal gerhana bulan terjadi nyawa Kila yang sudah menginjak 13 tahun dalam bahaya.

Hanya anak anak yang berhasil mengalahkan sang ratu kucing yang dapat bertahan hidup.

Awalnya, Kila marah pada Redly karena menempatkannya dalam bahaya, tapi Kila juga kasihan kalau kelinci seperti Redly menjadi makanan para kucing yang jahat. 

Para kelinci tak bisa menggunakan kekuatan untuk melawan para monster kucing jika mereka tak memberikan kekuatan mereka ke manusia sebagai wadahnya yaitu Kila.

Dalam cahaya senja yang temaram, Redly duduk di bangku batu besar, menatap ke langit yang mulai gelap. Kila berdiri di depannya, wajahnya penuh rasa penasaran. Redly tersenyum, tangannya memegang Hellixwatch, jam tangan misterius yang berkilau lembut di pergelangan tangannya.

Bangsa Felis Catus sendiri adalah ras alien yang sangat kuat, bahkan kehadiran mereka di bumi sejak jutaan tahun lalu membuat Bangsa alien Nisnas yang menciptakan Ras Hellix merasa terancam dan melarikan diri ke planet Nibiru setelah Bangsa Felis Catus menduduki bulan.

“Kila, ada sesuatu yang perlu kamu ketahui,” Redly berkata, suaranya rendah namun penuh makna. “Hellixwatch bukan hanya sekadar alat biasa. Ia memiliki kekuatan untuk membawamu ke dimensi yang lebih luas dari yang pernah kamu bayangkan.”

Jam kekuatan Hellixwatch telah menyatu dengan DNA Kila dan membuatnya berubah menjadi Hellix akibat Kontrak dengan Redly sang kelinci dari Moon Camelot kingdom di Bulan.

Kila, sebagai kelinci Bulan, bisa dibilang adalah seorang gadis yang merupakan perwujudan dari bulan itu sendiri. 

Para Dewata, yang sebenarnya adalah alien antariksawan kuno yang disalahpahami manusia untuk disembah, tak hanya mewariskan kekuatan pada seorang anak Hellix yang mendapatkan gen mereka karena mutasi DNA untai ganda acak. 

Anak yang terlahir di bulan kelinci, seperti Kila, terutama yang memiliki gen Hellix, juga mewariskan sifat dua Dewi Bulan dari kebudayaan berbeda yang menitis padanya, yaitu Dewi Bulan Artemis dan Kamaratih. Dualisme ini menjelma menjadi personifikasi Kila sendiri sebagai ratu penyihir dan Dewi Kelinci Bulan, kedua Dewi Bulan yang memiliki sifat tenang, lembut, cantik, dan bijaksana.

Kila mengerutkan kening, kebingungannya makin dalam. “Maksudmu?”

Redly mengangkat tangan, memutar Hellixwatch dengan hati-hati. “Lihatlah dengan lebih teliti. Hellixwatch ini tidak hanya memanipulasi waktu. Ia bisa mengubah identitasmu. Kamu tahu, kamu bukan hanya Dewi Kamaratih dari dunia ini. Kamu bisa lebih dari itu.”

Kila menatap jam tangan yang berkilau itu dengan cermat. “Lebih dari itu? Apa maksudmu?”

“Dewi Kamaratih adalah bagian dari alam ini, penguasa bulan yang penuh kelembutan. Tapi jika kamu memanfaatkan kekuatan Hellixwatch ini, kamu bisa bertransformasi menjadi Dewi Artemis, Dewi bulan dari dunia yang berbeda, dari sistem lain yang jauh di luar pemahamanmu. Artemis bukan hanya tentang kelembutan; dia adalah Dewi perburuan, kekuatan yang terhubung dengan alam liar dan kekuatan yang tak terbatas.”

Kila terdiam, hatinya berdebar mendengar kata-kata itu. “Jadi, aku bisa menjadi Artemis? Dewi yang lebih kuat dari Kamaratih?”

Redly mengangguk. “Kekuatan Artemis jauh lebih besar. Ia bukan hanya sekadar dewi bulan yang lembut, tetapi penjaga dan pemimpin yang memiliki keberanian dan kekuatan untuk melindungi dunia-dunia lainnya. Dengan Hellixwatch, kamu dapat mengakses kemampuan tersebut.”

Dewa-dewi Jawa kuno, seperti Dewi Bulan Kamaratih, Kamajaya, Batara Brama, dan Batara Guru, serta kasih sayang Uma Parwati, adalah dewa-dewi yang berasal dari bumi. Sedangkan dewa-dewi Yunani dan Romawi, seperti Zeus dan Minerva, adalah dewa dari sistem lain yang memiliki kekuatan yang berbeda. Kila adalah Hellix Kelinci Bulan yang memiliki kemampuan untuk bertransformasi dari Dewi Bulan Kamaratih yang berasal dari bumi menjadi Dewi Bulan Artemis yang merupakan dewi dari sistem lain. Banyak Hellix, seperti Kila, yang mengalami mutasi gen acak hingga menjadi titisan dari dua atau lebih dewa-dewi dari satu pantheon kebudayaan yang berbeda. Contohnya, Kila yang merupakan titisan Dewi Bulan Batari Dewi Kamaratih yang berasal dari kisah pewayangan Jawa dan dapat bertransformasi menjadi Dewi Artemis yang berasal dari sistem lain. Kila juga mempunyai kunci untuk membuka cincin Zeus dan mengalahkan Dewa Mars, Pemimpin Rosenkruez Olympus Ordenn.

Kila menunduk, memikirkan kata-kata Redly. Transformasi ini bukan sekadar soal kekuatan, tapi juga tentang perubahan dalam dirinya. “Tapi, apakah aku siap untuk itu? Untuk menjadi seseorang yang berbeda?”

Redly tersenyum bijak, menyentuh bahunya dengan lembut. “Kila, setiap dewi memiliki jalan mereka masing-masing. Kamaratih sudah membentukmu menjadi seperti ini, namun Artemis akan membawamu pada perjalanan yang lebih besar lagi. Hanya kamu yang bisa memilih apakah akan melangkah ke arah itu atau tidak.”

Kila menatap Hellixwatch di tangan Redly, merasakan gelombang kekuatan yang mengalir dari dalamnya. Ia tahu, perjalanan ini bukanlah hal yang mudah. Namun, di dalam dirinya, ada rasa ingin tahu yang besar. Akankah dia menerima takdirnya sebagai Artemis? Atau tetap bertahan dalam dunia yang telah dikenalnya?

Hellixwatch mampu membuatnya menghendalikan berbagai elemen elemen api,air,udara,petir,waktu dan cahaya serta tendangan dan lompatan kelinci super.

Ternyata, yang memiliki kekuatan bulan bukan hanya Kila, tapi teman-teman di sekolahnya. Kakak beradik yaitu Chika Pimy Guiniverre terlahir di bulan Burung Merpati dan memiliki kekuatan sebagai Love Bird, sedangkan kakak laki-lakinya, Jean, terlahir di bulan Hamster dan memiliki kekuatan sebagai Supersonic Boy. Mereka bertiga memiliki kekuatan dari binatang yang menjadi mangsa Ratu Kucing.

Para monster kucing yang memiliki kekuatan robot menyerang mereka bertiga di sekolah ketika semua guru dan murid sudah pulang. Ternyata, yang bisa melihat para monster kucing hanya anak-anak yang terlahir di bulan-bulan itu dan memiliki kekuatan hewan bukan Hellix biasa. Penjaga sekolah juga tak menyadari kehadiran mereka.

Setelah mereka bertiga ditangkap dan dikalahkan, Redly berhasil melarikan diri dan meminta nenek Herliyan untuk menyelamatkan mereka bertiga yang diculik ke kerajaan Felis Catus di Bulan untuk dimakan dan diserap energinya. 

Nenek Herliyan, ketika masih anak-anak 54 tahun yang lalu, juga menjadi pemilik Redly dan memiliki kekuatan kelinci. Nenek Herliyan dan Redly segera pergi menyelamatkan Kila dan teman-temannya di bulan. Setelah membebaskan Kila dan teman-temannya, Nenek Herliyan mengajak mereka untuk mengalahkan para monster kucing. Ternyata, justru love bird lah yang berhasil mengalahkan para kucing. Para monster kucing robot yang suka memakan anak-anak yang terlahir di bulan kelinci akhirnya kalah, dan mereka mendapatkan kekuatan karena misi mereka untuk menyelesaikan kontrak telah berakhir.

Nenek Herliyan Chang E, sama seperti Kila, juga merupakan titisan Dewi Bulan. Nenek Herliyan adalah ras alien Hellix, titisan Dewi Bulan Chang'e, yang dalam kepercayaan Tiongkok kuno meminum air kehidupan abadi. Relief mare Bulan sebagai seekor kelinci sering digambarkan sedang membuat kue. Kelinci bulan digambarkan sebagai teman dari Dewi Bulan Chang'e, yang sedang membuat ramuan kehidupan abadi.

 Saat masih manusia, kecantikan Chang'e membuat 10 Matahari bersinar! Hal tersebut membahayakan Bumi. Jadi, suami Chang'e, Hou Yi (后羿), menembak 9 matahari! Alhasil, Hou Yi mendapatkan ramuan keabadian yang tak ia minum karena tak mau berpisah dengan Chang'e.

Namun, karena murid Hou Yi, Feng Meng (逢蒙), berniat jahat, Chang'e meminum ramuan tersebut dan naik ke Bulan agar tetap dekat dengan Hou Yi. Mengetahui kejadian tersebut, Hou Yi amat sedih. Ia kemudian mendirikan altar dengan buah dan kue untuk Chang'e lalu bunuh diri.

Nenek Herliyan Chang E, atau So Kim Lian Chang E, adalah pengasuh dan guru bela diri Kila yang merupakan wanita tangguh. Nenek Herliyan sangat ahli dalam berbagai bela diri tradisional. Dia adalah Hellix pertama yang berhasil diidentifikasi oleh pemerintah Indusnesos dan pernah diperintahkan untuk menyusup ke Australia demi memantau kondisi negara tersebut setelah membubarkan Persemakmuran dengan Inggris dan membentuk Kekaisaran Agung Australia Raya atau Kekaisaran Terra Australialis. Dia dikabarkan menghilang, dan pemerintah rahasia mengira dia sudah tewas di tangan pemerintah Australia, meski sebenarnya dia hanya ingin hidup normal.

Puluhan tahun lalu, Nenek Herliyan berhasil menyelamatkan diri dari Bangsa Felis Catus yang ingin memakannya, Nenek Herliyan menggunakan kekuatan Redly sama seperti Kila, dia adalah orang yang memakai Redly sebelum Kila dan  salah satu anak yang juga ditakdirkan terlahir di bulan kelinci. Nenek Herliyan, meskipun galak, sangat menyayangi Kila dan telah melindunginya sejak kecil. Dengan kekuatan supernya Nenek Herliyan menciptakan portal teleportasi ke wilayah Felis Catus untuk menyelamatkan Kila dan teman-temannya.

Kila awalnya menyembunyikan Redly karena takut dimarahi nenek Herliyan karena membawa binatang masuk rumah. Namun, ternyata nenek Herliyan sudah mengetahui jika Kila menyimpan Redly, Kila ditakdirkan lahir di bulan kelinci dan menjadi pemilik kekuatan Hellix kelinci bulan Untuk melawan kejahatan, sama seperti dirinya dulu, Kila adalah penerus Nenek Herliyan.

Tapi Nenek Herliyan pura pura tidak peduli.Nenek Herliyan ingin Kila belajar mengendalikan kekuatannya sendiri dulu.Nenek Herliyan ingin Kila fokus belajar mengendalikan kekuatannya tanpa merasa diawasi.

Sebelum Nenek Herliyan benar benar membantunya jika Kila tak mampu, bagi Nenek Herliyan dia tak mau terlalu ikut campur dalam melawan penjahat agar Kila bisa belajar menghadapi situasi yang rumit.

Kila tidak bisa membayangkan bagaimana dunia ini bisa sangat rumit. Di satu sisi, ia merasa bahagia karena kekuatan yang ia dapatkan dari kelinci pink dan teman teman baru, tapi di sisi lain, ada banyak misteri dan masalah yang harus dihadapi. Kekuatan bulan yang kini ada padanya seakan membawa perubahan besar dalam hidupnya, dan Kila harus belajar bagaimana menghadapinya.

Kila dan kedua kawan-kawannya, Jean dan Chika Pimy, mendapatkan kekuatan super sungguhan setelah menyelesaikan ujian yang diberikan oleh Redly di Kerajaan Bulan Felis Catus. Kila menjadi seorang Magical Girl yang akan menyelamatkan dunia dari sebuah sekte sesat misterius, sekte penyembah Penyihir Putih.

XXX

Setiap Malam Sebelum Tidur Kila Selalu diceritakan kisah kisah Mitos tentang dewi Bulan dari seluruh dunia untuk menghiburnya, Redly selalu mengatakan jika Suatu saat Nanti Kila Dapat menjadi Dewi Bulan yang sama hebatnya dengan titisan para dewi bulan di zaman kuno.

Kisah Dewi Batari Ratih adalah tentang gerhana bulan. Pada saat gerhana, dewi Ratih yang berlari di kahyangan tertangkap oleh Kala Rau. Ia dikejar karena ialah yang memberi tahu dewa Wisnu bahwa Kala Rau hendak minum dari Tirta Amertha (Air kehidupan abadi).

Dewa Bathara Kamajaya. adalah suami Dewi Ratih atau lengkapnya Kamaratih, dikenal sebagai Dewi yang cantik, penuh cinta kasih, baik budi, sabar, setia, dan berbakti pada suami. Kisah cinta keduanya banyak menginspirasi banyak orang untuk “saling” dengan pasangan; saling menyayangi, saling mengalah, dan saling mengasihi.

Dewi Ratih atau Sang Hyang Semara Ratih adalah dewi Bulan,Terkenal akan kecantikannya, Dewi Ratih juga menyandang titel "Dewi Kecantikan" selain dewi Bulan. Kisah Dewi Ratih ada hubungannya dengan gerhana bulan!

Konon, Dewi Ratih menolak cinta raksasa Kala Rau dan ingin menyerang kediaman Dewa Wisnu, Vaikuntha, dengan menyamar sebagai Kuwera. Ratih memperingatkan Batara Wisnu, dan Wisnu pun membunuh Kala Rau. Tanpa sepengetahuan Wisnu, Kala Rau sudah meminum Tirta Amerta sehingga ia pun abadi.

Artemis/Ἄρτεμις adalah dewi pemburu, alam liar, kesucian, dan Bulan. Putri dari dewa Zeus dan Leto, Artemis adalah dewi pelindung para gadis dan perempuan. Ia membawa penyakit pada kaum Hawa dan ia juga yang menyembuhkan mereka. Bersumpah untuk jadi perawan selamanya, Artemis adalah dewa persalinan dan kebidanan.

Selain busur dan panah, rusa, dan pisau berburu, dewi yang juga adalah saudari kembar dewa Apollo ini sering digambarkan mengenakan Bulan sabit sebagai mahkotanya. Kuil Artemis di Efesus sempat menjadi salah satu dari "7 Keajaiban Dunia"! Di mitologi Romawi Kuno, Artemis disebut dengan "Diana".

XXX

Bukannya terluka Kila yang tak sengaja kesetrum petir saat main layangan di tengah hujan malah mendapat kekuatan petir, ternyata dia adalah Reinkarnasi dari seorang Putri Penyihir bernama Putri Elektra. Putri Elektra juga titisan Dewi Artemis dan Kamaratih.Dia adalah pendahulu Kila yang sekarang.

Putri Elektra adalah putri kerajaan Bulan yang diberkati kekuatan sihir Listrik yang dipercaya mampu melindungi kerajaan namun karena merasa tertekan dengan peraturan kerajaan dan harapan orang dia pergi dari kerajaan dan menyamar menjadi rakyat biasa,namun dia kembali ke kerajaan Bulan ketika kerajaannya diserang sekelompok iblis dan dia kalah dalam pertempuran itu dan bereinkarnasi Menjadi Kila.

Setelah sadar dari pingsan saat Kila bertemu dengan Kelinci Pink Ajaib bernama Redly,Redly dengan ramah menceritakan jika Kila adalah Reinkarnasi dari Penyihir Petir bernama Putri Elektra yang tinggal di kerajaan Bulan dan harus hidup untuk melawan Iblis Kucing yang dikenal sebagai Bangsa Bastet Felis Catus.

Karena Kila belum mampu mengendalikan kekuatan petirnya dia tak sengaja bermain main dan memadamkan listrik satu kota,Satu kota menjadi Panik.

Karena Kila belum mampu mengendalikan kekuatan petirnya dia tak sengaja bermain main dan memadamkan listrik satu kota,Satu kota menjadi Panik 

Kila Elektranova adalah gadis kecil dari suku Shakya Tartarian, kerajaan sihir Avalorpuraheim, suku keturunan budak ketika perbudakan masih dilegalkan di negara ini. Karena itu, dia sering diremehkan dan diganggu oleh anak-anak lain yang merupakan penyihir darah murni, sebelum identitasnya sebagai putri hybrid dan titisan Dewi Malaikat Mikhael Kila Elektranova terungkap. Kila adalah anak terlantar yang diasuh oleh  pelayan keluarga bangsawan. Suku tempat Kila berasal terkenal sebagai suku penambang sisa mineral di sektor-sektor buangan dan terbengkalai, di kelas terbawah sektor terbawah, sektor terburuk, karena ledakan plasma. Mereka dicampakkan di sana untuk menambang sisa-sisa mineral yang ditinggalkan.

Kila Elektranova mengetahui jati dirinya sebagai titisan Dewi Sihir Mikaelkika Elektranova dan Malaikat Penjaga Bulan ketika dia tak sengaja tersambar petir saat sedang bermain layangan yang nyangkut di tiang listrik. Anehnya, dia selamat dari sesuatu yang seharusnya bisa membuatnya mati. 

Kila memiliki jantung Dewi Elekranova, Dewi terkuat, penguasa matahari, perang, serta dewi kebijaksanaan dan petir. Kila Elektranova bisa melihat suara dan mendengar warna. Dari suara di sekitarnya, dia bisa mengubahnya menjadi matahari, es, ataupun petir. Dia juga memiliki kekuatan untuk mengendalikan gravitasi dan kekuatan balok es yang bisa mendinginkan alam, dengan tongkat kebesarannya sebagai Dewi yang membentuk simbol matahari.

Sebagai putri Hybrid, Kila dipilih menjadi salah satu putri kerajaan dan pandita sihir utama bangsa spiritual tinggi Ayodhdewataya di kerajaan sihir Avalorpuraheim yang berhasil mengembangkan teknologi antariksa berkat bantuan Federasi Brahmaloka dan membuka diri terhadap planet lain, menjadikannya tempat ziarah suci dari berbagai bangsa alien. Budaya spiritual mereka jauh lebih maju dan melampaui kaum Dewata yang awalnya mengajari mereka sihir.

Jean Atreus Edison adalah satu-satunya orang yang mencintai Kila sebagai manusia, bukan sebagai alat atau harta orang lain. Dulu, orang-orang memandang rendah Kila hanya karena dia anak miskin, yatim piatu, dan keturunan budak suku Shakya Tartarian yang bertugas menambang ampas mineral di kerajaan sihir Avalorpuraheim. Namun, setelah jati dirinya terungkap bahwa dia sebenarnya adalah seorang putri, wanita suci, dan titisan Dewi Malaikat Petir dan Bulan Mikaelkika Elektranova, hidupnya tak menjadi lebih baik. Dia justru semakin dikekang dan dipandang tak lebih dari harta kuil Central Cathedral. Dia dipaksa mengorbankan kekuatannya demi kepentingan spiritual kuil hingga dia kurus kering, tetap diremehkan statusnya sebagai keturunan budak meski titisan seorang Dewi. Dia juga dikurung, disiksa, dicambuk, dan dihajar oleh pendeta kuil jika membuat sedikit kesalahan, dan tak diizinkan untuk menikah dengan siapapun.

Sebagai wanita suci, kondisi inilah yang membuat Edison begitu terpukul, karena dia tak bisa menikahi gadis yang paling dia cintai akibat jalan takdir. Meski Kila selalu bicara kasar padanya, sebenarnya dia hanya manja dan jual mahal pada Edison yang menyukainya. Edison juga memaklumi Kila yang memiliki kondisi emosional tak stabil, mengingat masa lalunya dan masalah hidupnya yang tak kunjung berakhir. Belum lagi, Kila selalu membantu Edison dalam setiap kesulitan, termasuk kesulitan dalam memperbaiki hubungan dengan ayahnya, Edison Senior, seorang ilmuwan yang keras kepala. Ayah Edison sangat suka pada kepribadian Kila yang semakin membaik dan ramah meski dia keturunan budak. Ditambah lagi, Kila adalah gadis suci titisan Dewi yang sangat baik dan ramah pada Edison. Karena itu, Edison Senior merestui hubungan asmara mereka sebagai remaja. Belum lagi, Kila pernah meminta maaf atas tindakan kasarnya dan mengatakan pada Edison bahwa Kila sangat mencintai Edison, meski karena takdir yang kejam, sebagai wanita suci, membuatnya tak diizinkan mencintai siapapun apalagi menikah. Kila adalah teman pertama Edison, begitu pun sebaliknya.

Menyadari potensinya yang luar biasa Chaos Mistletoe,Kristal purba anugrah Dewata yang ditempa panas bumi Planet Pimy ini menghantarkan energi yang sangat tinggi yang menyambarkab petir ke bumi, digunakan Dewi Elektranova untuk membangkitkan robot Eriol Talos yang kelak bereinkarnasi menjadi Edison dapat menjadi ancaman bagi perdamaian jika semua bangsa dengan serakah memperebutkannya. Ketiga bangsa sepakat untuk mendirikan  Nusantarisers Academy sebagai rencana antisipasi untuk melawan kejahatan dan melindungi galaksi

XXX

Kila adalah seorang gadis biasa dengan sahabat istimewa, seekor kelinci berwarna pink bernama Redly. Namun, di balik penampilan lucu dan menggemaskan Redly, tersimpan rahasia besar yang tak diketahui siapa pun. Redly bukan kelinci biasa — ia adalah hasil rekayasa genetik dari Federasi Brahmaloka, sebuah agen intelijen rahasia yang memiliki kecerdasan luar biasa dan kemampuan berbicara seperti manusia.

Untuk melindungi Kila dari bahaya, Redly harus menyembunyikan kemampuan cerdasnya tersebut, berpura-pura menjadi kelinci biasa. Namun di balik itu semua, Redly setiap hari dengan penuh kewaspadaan menggagalkan berbagai rencana jahat Dr. Z, sosok misterius yang sudah lama dicurigai oleh Federasi Brahmaloka. Dengan kecerdasan dan keberanian yang dimilikinya, Redly menjaga keselamatan Kila dan dunia dari ancaman yang terus mengintai.

Prigrozin Wiraguna, Bos Ronninvia Group, bekerjasama dan menyewakan tentara bayaran pada Dr. Z atau Proffesor Evil Rock. Mereka berdua bekerjasama untuk mencapai tujuan masing-masing. Dr. Z ingin membangkitkan Empire of Fantasy dengan menggunakan cincin Draupnir yang merupakan pecahan dari Lionheart Keyblade, melepaskan malaikat kegelapan dari Helheim, dan memusnahkan seluruh ras penyihir sebagai balas dendam atas kematian anak dan istrinya. Sementara itu, Ronninvia Group hanya meminta senjata untuk menaklukkan tiga negara di bawah kekuasaannya.

Proffesor adalah seorang ilmuwan yang menjadi pelayan setia putri mahkota kerajaan Avalorpuraheim dan mereka diam diam sebenarnya saling jatuh cinta sampai akhirnya putri tersebut tewas akibat konspirasi dan intrik politik perebutan tahta antar bangsawan kerajaan kelt oleh salah seorang selir yang cemburu dengan kecantikan putri tersebut selir tersebut juga dibantu mengkudeta kerajaan sihir karena dibantu oleh Republik Biak na bato karena itu Proffesor Evil Rock Proffesor sangat dendam dengan Republik tiga negara dan benci setengah mati.

Di sebuah dunia yang jauh, di mana rambut hijau adalah norma bagi setiap penduduknya, seorang bayi lahir dengan rambut putih yang mencolok. Bayi itu diberi nama Erebus yang kelak dikenal sebagai Proffesor Z, dan sejak awal, dia merasa seperti tidak termasuk dalam masyarakatnya. Rambut putihnya membuatnya menjadi objek ejekan dan perundungan di sekolah. Anak-anak lain sering mengolok-oloknya, memanggilnya "Anak Abnormal" atau "Putih Salju". Para guru, meskipun berusaha untuk adil, seringkali tidak bisa menyembunyikan rasa penasaran mereka terhadap Erebus.


Erebus tumbuh menjadi seorang anak yang pendiam dan pemalu. Dia sering merasa kesepian dan tidak dicintai. Meskipun dia memiliki kecerdasan yang luar biasa, dia tidak pernah merasa puas dengan dirinya sendiri. Dia selalu merasa bahwa dia tidak cukup baik, bahwa dia tidak pernah bisa memenuhi harapan orang lain.


Erebus tumbuh dewasa dan menjadi seorang ilmuwan yang brilian. Dia memiliki obsesi dengan teknologi dan penemuan baru. Namun, dia juga memiliki emosi yang tidak stabil. Dia sering merasa marah dan frustrasi, terutama ketika orang lain tidak mengerti atau menghargai karyanya.


Erebus menjadi semakin terobsesi dengan ide untuk membuktikan dirinya kepada dunia. Dia ingin menunjukkan bahwa dia lebih baik dari semua orang lain. Dan ketika dia mendengar tentang 5 orang Ranger yang menjadi pusat perhatian setelah mengalahkan Raja Iblis luar angkasa, dia merasa bahwa dia telah menemukan target yang sempurna untuk menunjukkan kekuatannya.

Erebus menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan teknologi dan strategi untuk mengalahkan para Ranger. Dia mempelajari setiap kekuatan dan kelemahan mereka, dan dia yakin bahwa dia bisa mengalahkan mereka semua.


Dan akhirnya, hari itu tiba. Erebus menghadapi para Ranger dalam sebuah pertempuran yang epik. Dengan menggunakan teknologi canggih dan kecerdasan yang luar biasa, dia berhasil mengalahkan mereka satu per satu. Ketika yang terakhir dari para Ranger jatuh, Erebus merasa seperti dia telah mencapai puncak kesuksesannya.


Namun, setelah mengalahkan para Ranger, Erebus merasa kebosanan dan kekosongan yang luar biasa. Dia telah mencapai tujuannya, tetapi dia tidak merasa puas. Dia merasa bahwa hidupnya tidak memiliki makna lagi.


Erebus menyadari bahwa dia telah menghabisi orang-orang yang tidak pernah melukainya. Dia merasa absurd dan tidak percaya diri. Dia bertanya-tanya apa yang sebenarnya dia cari dalam hidup ini.


Erebus memulai perjalanan untuk mencari makna hidup dan kebahagiaan. Dia meninggalkan laboratoriumnya dan berkelana ke berbagai tempat, mencari jawaban atas pertanyaannya. Dia bertemu dengan berbagai orang, beberapa yang baik dan beberapa yang buruk. Dia belajar tentang kehidupan dan tentang dirinya sendiri.


Erebus menyadari bahwa dia tidak bisa terus hidup dalam kebencian dan kemarahan. Dia perlu menemukan cara untuk melepaskan emosi negatifnya dan menemukan kebahagiaan yang sebenarnya. Dan dia berharap bahwa suatu hari nanti, dia bisa menemukan jawaban atas pertanyaannya dan hidup dengan damai.


Erebus, seorang ilmuwan jahat dengan rambut putih yang mencolok, telah menjalani perjalanan yang panjang dan sulit. Dia telah mengalahkan para Ranger, tetapi dia tidak menemukan kebahagiaan yang dia cari. Dia masih mencari makna hidup dan kebahagiaan, dan dia berharap bahwa suatu hari nanti, dia bisa menemukan jawaban atas pertanyaannya. Apakah dia bisa menemukan kebahagiaan dan makna hidup? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Setelah mengalahkan para Ranger, Erebus tidak menyadari bahwa tindakannya telah memicu reaksi dari sisa-sisa pasukan alien Raja Iblis luar angkasa. Mereka telah mendengar tentang ilmuwan jahat yang telah menghabisi nyawa para Ranger, dan mereka bertekad untuk membalas dendam.


Pasukan alien itu dipimpin oleh seorang jenderal yang tangguh dan berambisi. Dia bernama Xarath, dan dia memiliki dendam pribadi terhadap Erebus karena telah membunuh para Ranger yang telah mengalahkan Raja Iblis. Xarath yakin bahwa dengan membunuh Erebus, dia akan mendapatkan kehormatan dan pengakuan dari sisa-sisa pasukan alien.


Erebus tidak menyadari bahwa dia telah menjadi target bagi pasukan alien. Dia masih mencari makna hidup dan kebahagiaan, dan dia tidak siap untuk pertempuran yang akan datang.


Ketika Xarath dan pasukan aliennya tiba di Bumi, Erebus terkejut dan tidak siap. Dia telah mengembangkan teknologi canggih, tetapi dia tidak tahu apakah itu cukup untuk mengalahkan pasukan alien yang tangguh.


Pertempuran yang tak terelakkan pun dimulai. Erebus menggunakan semua teknologi dan kecerdasan yang dia miliki untuk mengalahkan pasukan alien. Namun, Xarath dan pasukan aliennya tidak mudah dikalahkan. Mereka memiliki kekuatan dan kemampuan yang luar biasa, dan mereka bertekad untuk membunuh Erebus.


Dalam pertempuran yang sengit, Erebus menemukan bahwa dia memiliki kekuatan yang tidak terduga. Dia dapat mengakses kekuatan yang tersembunyi dalam dirinya, dan dia dapat menggunakan teknologi canggihnya dengan lebih efektif.


Erebus juga menyadari bahwa dia tidak sendirian dalam pertempuran ini. Ada beberapa orang yang telah membantu dia dalam perjuangannya, dan mereka bersedia untuk membantu dia melawan pasukan alien.



Pertempuran antara Erebus dan pasukan alien mencapai puncaknya. Xarath dan Erebus bertarung satu lawan satu, dan kekuatan mereka seimbang. Namun, Erebus memiliki keuntungan karena dia telah mempelajari kekuatan dan kelemahan Xarath.


Dalam pertarungan yang menentukan, Erebus menggunakan semua kekuatan dan kecerdasan yang dia miliki untuk mengalahkan Xarath. Dan ketika Xarath jatuh, pasukan alien lainnya mundur dan meninggalkan pertempuran.


Setelah pertempuran yang sengit, Erebus merasa lega dan puas. Dia telah mengalahkan pasukan alien dan membuktikan dirinya sebagai ilmuwan yang tangguh. Namun, dia juga menyadari bahwa pertempuran ini telah mengubahnya. Dia telah menemukan kekuatan dan kepercayaan diri yang baru, dan dia siap untuk menghadapi tantangan yang akan datang.


Erebus juga menyadari bahwa dia tidak bisa terus hidup dalam kesendirian. Dia perlu menemukan orang-orang yang dapat dia percayai dan yang dapat membantu dia dalam perjuangannya. Dan dia berharap bahwa suatu hari nanti, dia bisa menemukan kebahagiaan dan makna hidup yang sebenarnya. Namun kegelapan dan kebencian tak pernah sembuh dari hatinya, ia terus mencari makna hidup yang selalu kosong, alam bawah sadarnya dipenuhi anarki dan kekacauan yang tak tertahankan.

XXX

Di bawah sinar redup lampu ruang kerja yang penuh dengan tumpukan dokumen dan layar komputer yang berkedip-kedip, Pratap Sing duduk terdiam di kursinya. Udara malam yang lembap menembus celah jendela yang terbuka, menyentuh wajahnya yang tampak letih. Tangannya memegang secangkir kopi yang sudah lama mendingin, namun ia tak peduli. Pikirannya terombang-ambing oleh kebimbangan.

Ramanujan, sahabat sekaligus rekan kerjanya yang selalu terlihat lebih tenang, duduk di hadapannya. Ia mengamati Pratap dengan seksama, matanya tajam namun penuh pengertian.

"Pratap, kenapa kamu kelihatan seperti orang yang baru kehilangan arah?" tanya Ramanujan, suara rendah namun penuh perhatian.

Pratap menarik napas panjang, menatap layar komputer yang kosong sejenak. "Aku berpikir untuk mundur, Ram. Dari semua ini... pekerjaan ini... melawan mereka, bos Shangrila, aku mulai merasa... lelah. Gaji kita memang besar, setara pegawai perminyakan, tapi apa artinya semua itu jika kita terus terjebak dalam kekerasan dan intrik yang nggak ada habisnya?"

Ramanujan menatap sahabatnya itu, lalu menyandarkan tubuhnya pada kursi dengan tenang. "Aku mengerti perasaanmu, Pratap. Tapi ingat, kita memang pegawai perminyakan, meski hanya kuli di bawahnya. Kita melakukan apa yang harus kita lakukan, demi keluarga kita."

Pratap menunduk, menatap tangan yang terlipat di atas meja. "Tapi kita bukan hanya sekadar pegawai, Ram. Kita sudah seperti preman jalanan, dibayar untuk melakukan hal-hal yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya. Aku merasa... seperti hilang arah."

Ramanujan tersenyum kecil, meskipun senyum itu tampak sedikit pahit. "Kita mungkin terlihat seperti itu, Pratap, tapi lihat lagi apa yang kita perjuangkan. Keluarga kita, anak-anak kita, masa depan mereka. Kalau kamu berhenti sekarang, apa yang akan kita beri untuk mereka? Lebih baik jadi kuli di sini, daripada jadi preman yang tidak jelas."

Pratap diam sejenak, matanya menatap jauh ke luar jendela, mengikuti jejak lampu kota yang bergelombang dalam kabut malam. "Kamu benar, Ram. Aku hanya merasa... terjebak."

Ramanujan mengangguk, matanya penuh keyakinan. "Terkadang kita harus terus maju, meski jalannya sulit. Dunia ini memang tidak adil, Pratap, tapi kita memilih untuk bertahan karena mereka, karena keluarga kita. Kita tidak bisa hanya berpikir tentang diri kita sendiri."

Pratap mengangkat wajahnya, menatap Ramanujan dengan raut yang lebih tegas. "Baiklah, aku akan terus bertahan. Untuk mereka. Untuk keluarga kita."

Ramanujan mengangguk, senyumnya kali ini lebih tulus. "Kita berjalan bersama, sahabat. Kita hadapi semua ini, sampai akhir."

Dengan keputusan yang baru ditemukan, Pratap merasa sedikit lebih ringan. Meski jalan mereka tak mudah, ia tahu kini ada alasan yang lebih besar untuk terus bertahan.

XXX

Di dalam ruang yang tersembunyi di kedalaman markas Shangrila Arslan, cahaya lilin yang bergetar menciptakan bayangan menari di dinding batu yang dingin. Ruangan itu dipenuhi dengan aroma herbal dan dupa yang khas, sebuah tempat di mana strategi jahat direncanakan dengan hati-hati. Shangrila duduk di atas sebuah kursi besar yang terbuat dari kayu hitam, sementara Sarvakarna, pacar sekaligus salah satu penyihir kegelapan terkuat di bawah komandonya, berdiri di dekat jendela, matanya terfokus pada langit malam yang gelap.

Sarvakarna menghela napas panjang, menatap langit seakan berusaha mencari jawabannya di antara bintang-bintang yang redup. "Shangrila," katanya perlahan, suaranya mengandung kebingungannya. "Entah mengapa, akhir-akhir ini aku merasa seperti aku sedang memerankan tokoh penjahat dalam novel... Apa kita benar-benar melakukan hal yang benar?"

Shangrila memandangnya dengan tatapan tajam, seolah menilai kedalaman kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Sarvakarna. Perlahan, ia berdiri dan berjalan mendekati penyihir itu, langkahnya penuh percaya diri, seakan dunia ini adalah miliknya. "Sarvakarna," ujarnya dengan suara yang tenang namun penuh kekuatan, "Tidak ada yang salah dengan apa yang kita lakukan. Kita bukan penjahat. Kita adalah pahlawan super. Kita sedang melindungi Republik Shambala dari kekacauan yang ada. Mereka yang menentang kita adalah mereka yang tidak mengerti."

Sarvakarna menoleh, menatap Shangrila dengan mata yang penuh keraguan. "Tapi... kita menciptakan kekacauan itu sendiri, bukankah begitu? Bagaimana kita bisa dianggap pahlawan jika kita memanipulasi segala sesuatu hanya untuk tujuan kita sendiri?"

Shangrila tersenyum tipis, senyum yang penuh dengan kepastian dan kepercayaan diri. "Karena kekacauan itu hanya sementara, Sarvakarna. Setiap perubahan besar dimulai dengan kekacauan. Dunia ini tidak bisa dipimpin oleh orang-orang lemah yang takut menghadapi kenyataan. Republik Shambala membutuhkan kita untuk mengarahkannya ke masa depan yang lebih baik. Kita adalah pembawa perubahan, bukan penjahat."

Sarvakarna mengangguk perlahan, meski hatinya masih dipenuhi dengan pertanyaan. "Aku ingin percaya padamu, Shangrila. Tapi kadang aku merasa kita terjebak dalam permainan yang lebih besar dari yang kita bayangkan."

Shangrila menatapnya dengan lembut namun penuh keyakinan. "Tidak ada yang lebih besar dari kita, Sarvakarna. Kita yang menentukan jalan ini. Kita yang mengontrol masa depan. Jangan biarkan keraguan itu menghalangi kita. Dunia ini membutuhkan kekuatan, dan kita adalah kekuatan itu."

Sarvakarna terdiam, menelan kata-kata itu. Di dalam hatinya, sebuah pertanyaan besar masih bergema. Namun, ia tahu satu hal: bersama Shangrila, ia akan terus berjuang. Sebagai kekasih, sebagai sekutu, dan sebagai bagian dari perubahan besar yang sedang mereka ciptakan.

Di ruang bawah tanah yang remang-remang, dikelilingi oleh dinding beton kasar dan lampu neon yang berkedip-kedip, Shangrila Arslan berdiri dengan angkuh di depan sekelompok mafia yang tampaknya tak terhitung jumlahnya. Mereka adalah bagian dari jaringan yang telah dibangun oleh Shangrila dengan darah, keringat, dan perhitungan yang tajam. Suasana di ruangan itu tegang, meski semua orang tahu siapa yang memegang kendali. 


Di tengah-tengah mereka, seorang pria besar dengan tato di wajah, yang tampaknya pemimpin kelompok mafia lokal, melangkah maju. Dia mengenakan jaket kulit hitam yang sudah usang dan mata yang tajam, namun ada sedikit kecemasan yang terlihat di sudut matanya.


"B-Bos," pria itu berkata, suaranya berat dan penuh rasa hormat. "Apakah kita benar-benar akan membawa Republik Shambala berkonfrontasi langsung dengan Kekaisaran Vermilion? Mereka adalah negara terkuat di dunia saat ini. Apakah bos tidak takut?" 


Shangrila menatapnya dengan mata tajam, mengamati setiap gerakan pria itu. Dengan senyuman tipis yang penuh kepastian, ia melangkah maju, mendekati pria itu dan sekelompok mafia yang mengelilinginya. Suasana di ruang itu berubah, terasa lebih berat, seolah seluruh dunia tunduk pada kehadiran Shangrila.


"Apa aku terlihat seperti orang yang takut?" jawab Shangrila dengan suara dingin, penuh percaya diri. "Aku bukan Cemen. Tak ada yang perlu aku takutkan. Semua preman, mafia, bahkan bekas perampok yang bersembunyi di balik bayang-bayang Republik Shambala ini ada di bawah kekuasaanku. Mereka semua berada di bawah kendali agar tertib. Secara tidak langsung, aku yang menguasai Republik Shambala di balik layar, semua keputusan ada di tanganku."


Pria besar itu terdiam sejenak, wajahnya menunjukkan sedikit kebingungannya. Namun, dia tidak berani membantah. Salah satu anggota mafia di belakangnya menatap Shangrila dengan ketakutan yang jelas.


"Tapi bos," katanya dengan suara pelan, "Kekaisaran Vermilion... mereka tak akan tinggal diam. Kita bisa saja terinjak oleh mereka." 


Shangrila tertawa pelan, sebuah tawa yang lebih mengerikan daripada menyenangkan. "Terinjak?" katanya, mengangkat alisnya dengan sinis. "Dunia ini tak pernah memberi tempat pada orang lemah. Dan aku tidak mengandalkan kelemahan. Semua musuhku, apapun kekuatan mereka, akan tunduk pada ketertiban yang aku ciptakan. Jika kita harus berperang dengan Kekaisaran Vermilion, maka kita akan berperang. Tapi bukan dengan ketakutan, melainkan dengan kekuatan yang tak bisa mereka lawan."


Si pria besar yang tadi berbicara itu mengangguk pelan, namun ada ketegangan yang terlihat di wajahnya. Dia berusaha menyembunyikan rasa takutnya, tapi kata-kata Shangrila menghantamnya dengan keras.


"Kalau saya sih takut, Bos," kata dia dengan nada yang lebih rendah.


Shangrila menatapnya dengan tajam, dan senyum sinis kembali merekah di bibirnya. "Karena kamu Cemen," jawabnya dengan nada penuh cemoohan. "Jika kamu takut, kamu tidak akan pernah bisa menjadi lebih dari sekadar kaki tangan."


Ruangan itu terdiam, suasana semakin tegang. Semua mata tertuju pada pria besar itu, yang kini menundukkan kepala, mengakui ketakutannya. Di sisi lain, Shangrila berdiri tegak, penuh keteguhan. Baginya, ketakutan bukanlah pilihan. Hanya ada satu arah—maju, menaklukkan, dan mengendalikan. Republik Shambala adalah miliknya, dan siapa pun yang berani menghalangi jalannya akan segera tahu apa artinya menghadapi kekuatan yang tak terkalahkan.


Shangrila memandang sekeliling ruangan itu, memastikan bahwa setiap orang memahami posisinya. "Ingat," katanya dengan suara rendah namun penuh wibawa, "Di bawah kekuasaan kita, tidak ada ruang untuk ketakutan. Hanya ada ruang untuk mereka yang berani mengubah dunia. Dan dunia ini, akan kita ubah." 


Dengan kata-kata itu, dia berbalik, meninggalkan ruang itu dengan langkah penuh percaya diri, meninggalkan sekelompok mafia yang kini tahu dengan pasti siapa yang benar-benar memegang kendali di Republik Shambala.

Di ruang pertemuan yang gelap, hanya cahaya lilin yang menerangi wajah Shangrila Arslan yang tampak penuh perhitungan. Di sekitar meja panjang yang terbuat dari kayu gelap, sekelompok elit yang setia kepadanya duduk, menunggu instruksi selanjutnya. Mereka adalah orang-orang yang terlibat dalam jaringan kekuasaannya, mereka yang tahu betul bahwa langkah Shangrila tidak pernah tanpa perhitungan.


Shangrila berdiri di depan sebuah peta besar yang terhampar di dinding, menunjuk ke titik-titik yang menunjukkan wilayah perbatasan Republik Shambala yang berbatasan langsung dengan Kekaisaran Vermilion. Suasana di ruangan itu tegang, sebuah rencana besar sedang dipersiapkan.


"Sekarang kita harus berbicara tentang langkah selanjutnya," kata Shangrila dengan suara tegas dan penuh keyakinan. "Vermilion telah melakukan intervensi di tanah kita, memanfaatkan kekosongan pemerintahan di Shambala. Mereka mencoba mengendalikan kami. Tapi mereka salah paham jika mereka berpikir kita akan diam saja."


Di ujung meja, seorang pria bertubuh kekar dengan tatapan serius mengangkat tangan. "Bos, kami tahu kita tak bisa terus bernegosiasi dengan mereka. Tapi apakah kita benar-benar akan melawan mereka secara langsung? Kekaisaran Vermilion adalah negara terkuat di dunia ini."


Shangrila menatap pria itu dengan mata yang tajam dan penuh wibawa. "Tidak, kita tidak akan melawan mereka dengan kekuatan militer konvensional," jawabnya dengan mantap. "Kita akan menggunakan cara yang lebih cerdas. Cara yang tak terduga. Aku sudah menyiapkan sesuatu yang akan menghancurkan mereka tanpa mereka sempat melawan."


Pria kekar itu tampak bingung, namun diam mendengarkan.


Shangrila melangkah maju, menuju meja besar yang dipenuhi dengan berbagai dokumen dan file. Dia mengambil sebuah map hitam, membukanya perlahan, dan mengeluarkan sebuah gambar yang menunjukkan penampakan botol-botol kecil berisi cairan tak dikenal. Dia meletakkan gambar itu di meja, dan semua mata tertuju padanya.


"Apa ini, Bos?" tanya salah satu pengikutnya dengan suara penasaran.


"Ini adalah senjata biologis yang sangat mematikan," jawab Shangrila dengan senyum tipis yang mengerikan. "Gas flu burung, dalam bentuk yang telah dimodifikasi. Aku akan menyebarkannya di wilayah perbatasan. Cukup untuk membuat mereka terjangkit dalam waktu singkat. Kita tak perlu berhadapan dengan tentara mereka di medan perang. Ini akan membunuh mereka dalam diam, tanpa meninggalkan jejak."


Ruangan itu hening sejenak, para pengikutnya saling berpandangan, tampak terkejut dan khawatir.


"Bos, apakah ini aman?" tanya seorang wanita dengan suara gemetar. "Jika kita menyebarkan ini, kita juga bisa berisiko tertular."


Shangrila menatap mereka satu per satu dengan ketenangan yang hampir menakutkan. "Kalian terlalu khawatir. Semua ini sudah dipersiapkan dengan sempurna. Gas ini hanya akan menyerang mereka, bukan kita. Mereka akan merasakannya sebelum mereka sempat melawan. Ketika wabah itu menyebar, kekaisaran akan terguncang. Perekonomian mereka akan runtuh, pasukan mereka akan kehilangan moral, dan mereka tak akan punya pilihan selain mundur."


Salah satu pengikutnya yang lebih tua mengangguk perlahan, lalu bertanya dengan suara penuh kehati-hatian. "Dan jika mereka balas menyerang, Bos? Jika mereka tahu kita yang melakukannya?"


Shangrila tersenyum, sebuah senyum yang penuh kepercayaan diri dan kebijaksanaan. "Vermilion tak akan pernah tahu siapa yang bertanggung jawab. Ini akan tampak seperti wabah alami yang tak terduga. Mereka akan sibuk berusaha mengatasi dampaknya, dan mereka tidak akan punya waktu untuk mencari tahu siapa yang ada di baliknya."


Seorang pria muda di sudut ruangan mengangkat tangan dengan penuh rasa ingin tahu. "Bos, apa yang akan kita lakukan setelah itu?"


Shangrila menatapnya tajam, matanya menyala dengan ambisi yang menggetarkan. "Setelah kekaisaran runtuh, kita akan mengambil alih. Republik Shambala yang kini kosong akan dipimpin oleh kita, dengan kekuasaan yang lebih besar dari sebelumnya. Tidak ada lagi intervensi dari luar. Kita yang mengendalikan semuanya. Dan mereka... mereka akan mengingat bahwa kita bukan hanya sekadar negara. Kita adalah kekuatan yang tak terbendung."


Semua pengikutnya diam, mengangguk pelan, seakan mulai merasakan kedalaman rencana itu. Mereka tahu bahwa di balik setiap langkah Shangrila ada keteguhan dan ambisi yang tak terbendung.


Shangrila menatap mereka satu per satu, lalu dengan suara penuh wibawa berkata, "Inilah saatnya kita membalas, dengan cara yang tak bisa mereka duga. Kita akan membuat dunia tahu siapa yang benar-benar menguasai Shambala. Dan ketika mereka mendengar namaku, mereka akan tahu, kita adalah kekuatan yang tak bisa dihentikan."


Dengan kata-kata itu, Shangrila menutup map hitam itu, menyembunyikan senjata biologis mematikan yang telah dia siapkan. Rencana besar untuk menghancurkan Kekaisaran Vermilion akan segera dimulai.


Di ruang yang gelap itu, suasana semakin tegang setelah Shangrila mengungkapkan rencananya. Para pengikutnya terdiam, mencerna kata-kata bos mereka yang penuh ambisi. Namun, salah satu dari mereka, pria besar dengan tato di wajah, yang sebelumnya mengangkat pertanyaan tentang konfrontasi langsung dengan Kekaisaran Vermilion, kali ini terlihat jelas cemas. Dia menatap Shangrila dengan raut wajah yang tak bisa lagi menyembunyikan ketidaksetujuannya.


"Bos," pria itu berkata, suaranya berat dan terbata-bata, "ini... ini gila. Kamu benar-benar akan menyebarkan gas biologis itu? Ini kejahatan perang, Bos! Apa yang kamu rencanakan bisa menghancurkan banyak nyawa, tanpa ampun. Kamu nggak waras, ini tak bisa kita lakukan!" 


Shangrila menatapnya dengan tatapan yang tajam, seolah sedang menilai si mafia yang baru saja berbicara. Tidak ada tanda-tanda amarah di wajahnya—hanya ketenangan yang menakutkan. Perlahan, ia berjalan mendekat, matanya tidak pernah lepas dari mata pria itu.


"Apakah kamu takut?" suara Shangrila terdengar tenang, tapi penuh kekuatan. "Apakah kamu takut untuk melangkah lebih jauh, takut menghadapi kenyataan bahwa dunia tidak akan berubah jika kita terus berjalan di jalan yang sama? Kamu memang cemas, karena kamu hanya melihat sisi kemanusiaan dari apa yang akan kita lakukan. Tapi kita bukan orang biasa. Kita bukan sekadar pengikut atau pejuang yang takut untuk mengambil langkah besar."


Pria itu menarik napas panjang, tidak tahu harus berkata apa lagi. Dia tahu siapa Shangrila, tahu betul bahwa bosnya tak akan mundur dari apa yang sudah dia rencanakan. Namun, kata-kata itu masih menghantuinya, menyadarkannya bahwa ini bukan sekadar perang konvensional—ini adalah sesuatu yang lebih kejam.


Shangrila melanjutkan, suaranya semakin rendah namun semakin tegas, "Kejahatan perang? Mungkin. Tapi kalau kita tidak bertindak, siapa yang akan melindungi Republik Shambala? Mereka yang datang dan menginjak-injak tanah kita, menjajah, mencuri, dan mengendalikan kita dengan kekuatan mereka sendiri—kamu menyebut itu apa, kalau bukan kejahatan yang lebih besar? Mereka yang datang ke sini dengan niat buruk, yang ingin mengubah Shambala menjadi alat mereka. Kami, aku, adalah satu-satunya yang bisa mengubah nasib republik ini. Dan untuk itu, kita harus menggunakan semua kekuatan yang kita miliki. Dunia ini tidak peduli dengan kebenaran. Mereka hanya peduli pada siapa yang memiliki kekuatan untuk bertahan hidup."


Pria itu menundukkan kepala, matanya penuh keraguan. "Tapi Bos, ini terlalu jauh. Kamu bilang kita melindungi republik, tapi dengan cara ini, kita bisa membunuh ribuan orang yang tidak bersalah. Banyak yang akan menderita. Apa kita pantas melakukan ini?"


Shangrila berhenti sejenak, membiarkan keheningan mengisi ruangan itu. Suaranya kemudian kembali, lebih dalam dan penuh kepastian. "Kita bukan pahlawan dalam cerita yang manis, kita adalah mereka yang berani mengambil jalan yang keras untuk mencapai tujuan kita. Jika orang-orang yang tidak bersalah terpengaruh, itu bukan kesalahan kita. Itu adalah harga yang harus dibayar untuk perubahan besar yang kita bawa. Dunia tidak akan pernah peduli dengan kita jika kita tidak menunjukkan kekuatan kita."


Salah satu anggota mafia yang lebih muda, yang selama ini hanya diam, akhirnya berkata dengan suara gemetar, "Tapi Bos, apakah ini benar? Kita akan dihukum, kita bisa dihancurkan kalau mereka tahu kita yang melakukannya."


Shangrila menoleh, wajahnya menunjukkan ekspresi yang sulit dibaca, namun ada kekuatan yang tak terbantahkan di baliknya. "Jika kita harus dihukum, maka kita akan melakukannya dengan kepala tegak. Tidak ada yang bisa menghentikan kita. Jika kita diam saja, kita akan tetap menjadi budak mereka. Jika kita bergerak, kita akan menjadi penguasa. Pilihannya ada di tangan kita."


Pria besar yang sebelumnya berbicara itu menghela napas dalam-dalam, matanya penuh kebingungan dan rasa takut yang semakin mendalam. "Saya... saya nggak tahu, Bos. Kalau ini berhasil, kita memang akan menguasai dunia. Tapi saya takut, kita sudah terlanjur terlalu jauh. Saya nggak bisa ikut serta dalam kejahatan seperti ini."


Shangrila menatapnya dengan tajam, dan untuk sesaat, keheningan memenuhi ruangan. Kemudian, dia berbicara dengan nada yang lebih dingin dan tegas. "Jika kamu merasa takut, lebih baik kamu pergi sekarang. Karena aku tidak membutuhkan orang-orang yang ragu di sini. Kita sedang membangun masa depan yang besar, dan orang-orang seperti kamu yang merasa ‘takut’ hanya akan menghalangi kita."


Pria besar itu terdiam, akhirnya dia menundukkan kepala, berjalan mundur perlahan, meninggalkan ruangan. Beberapa anggota mafia lainnya saling berpandangan, ragu, namun tak ada yang berani mengucapkan kata-kata lebih lanjut.


Shangrila kembali ke meja besar, menatap peta dengan tatapan kosong, seolah merencanakan langkah berikutnya. "Kita akan maju, apapun yang terjadi. Semua yang menentang kita akan tahu—kita adalah kekuatan yang tak bisa dihentikan."


Dengan keputusan yang diambil, suasana di ruangan itu kembali sunyi. Kepercayaan diri Shangrila tak tergoyahkan, sementara beberapa dari anak buahnya mulai mempertanyakan batas moral mereka, tetapi tak ada yang berani mundur dari perjalanan yang telah dimulai.

XXX

Di ruang utama yang luas, dikelilingi oleh pemandangan yang megah, Shangrila Arslan duduk di sebuah kursi besar yang tampak tak tergoyahkan, dengan tatapan tajam yang menembus dua orang yang berdiri di depannya. Pratap Singh dan Ramanujan, dua pria yang sebelumnya hanyalah preman jalanan, kini berdiri tegak, meskipun ada perasaan tak nyaman yang menyelimuti mereka.

Shangrila mengangkat tangan kanannya, memberikan isyarat untuk diam. Suaranya berat dan penuh wibawa saat dia mulai berbicara.

"Shambala ini milikku," kata Shangrila, suaranya menggema dalam ruang yang sepi. "Kekuasaan mutlak ada di tanganku, karena hanya aku yang dapat menentukan siapa yang berhak menjadi pemimpin di sini. Negara ini—kalian tahu, bahkan setelah kehancuran yang kita alami—masih punya satu hal yang tak bisa dirampas: kekuatan untuk bertahan."

Dia menatap mereka satu per satu, matanya penuh dengan intensitas yang bisa membuat siapa saja merasa tercekik.

"Pratap Singh, Ramanujan," lanjut Shangrila, "kalian berdua beruntung. Kalian yang dulu hanya sekumpulan preman jalanan, kini bisa berdiri di sini, di hadapan saya, sebagai bagian dari pasukan saya yang pertama. Kalian adalah bagian dari fondasi yang saya bangun untuk Shambala yang baru."

Pratap dan Ramanujan saling pandang, meski tak berani mengeluarkan kata-kata. Mereka tahu betul bahwa di bawah kekuasaan Shangrila, setiap keputusan bisa menentukan hidup dan mati mereka.

Shangrila berdiri, langkahnya tegas dan penuh keyakinan. "Sekarang," katanya, "aku beri kalian kesempatan untuk menjadi Presiden dan Wakil presiden Republik Shambala dan memilih siapa diantara kalian berdua yang akan menjadi pemimpin di negara ini—siapa yang akan menjadi Presiden, dan siapa yang akan menjadi Wakil Presiden. Pilihan ada di tangan kalian berdua, karena aku tidak peduli siapa yang akan memimpin, yang jelas itu adalah kesempatan kalian untuk membuktikan siapa yang lebih kuat di antara kalian."

Pratap Singh meneguk ludah, matanya berkelip sejenak, sementara Ramanujan hanya terdiam, menyusun kata-kata dalam pikirannya.

"Tapi ingat," Shangrila menambahkan, suaranya lebih tajam sekarang, "ini bukan tentang kalian berdua. Ini tentang memprovokasi Kekaisaran Vermilion yang terlalu lama merasakan kedamaian dan ketenangan. Biarkan mereka tahu, bahwa Shambala masih ada, meskipun pemerintahannya hanyalah bayangan. Kita akan membuat mereka sadar, bahwa kita akan bangkit kembali, lebih kuat dari sebelumnya."

Senyum tajam muncul di wajah Shangrila. "Jadi, pilihlah. Keputusan kalian akan mengubah segalanya."

Dengan itu, dia melangkah pergi, meninggalkan Pratap dan Ramanujan yang hanya bisa saling menatap, merasakan ketegangan yang mengental di udara. Mereka tahu, pilihan yang mereka buat bukan hanya menentukan masa depan mereka, tapi juga arah negara yang penuh dengan api pemberontakan ini.

XXX

Ruangan gelap itu hanya diterangi oleh sinar remang-remang lampu gantung berlapis kristal retak, bayangan samar menari di dinding-dinding tua. Aroma dupa bercampur bau tembakau dan darah kering memenuhi udara. Di tengah ruangan, Profesor Xuantong Jiangshi duduk tegak di kursi kayu hitam, matanya yang merah menyala menatap sosok anggun yang baru saja memasuki pintu gerbang.

Malam turun di Shambala seperti jubah pekat yang mengubur segalanya—termasuk kenangan. Di jantung kota, Menara Obsidian berdiri membelah kabut seperti belati raksasa, memandangi lorong-lorong sempit yang pernah jadi medan tempur geng, mafia, dan para vigilante haus darah.


Di dalam salah satu ruang gelapnya, tak ada perabot mewah, hanya dinding-dinding batu, bau arang dan keringat kering, serta satu meja batu di mana tubuh terbujur diam.


Ramanujan.


Mantan raja jalanan dari distrik timur, pria keras kepala yang lebih dulu mencuri hati para pemuda Blaze Chicken sebelum mengabdi pada Xuantong. Tubuhnya terbalut kain putih sederhana, luka di dadanya belum sepenuhnya dibersihkan. Ia mati tiga malam lalu, dalam baku hantam brutal dengan orang-orang sekte penghancur yang ingin menumbangkan Shangrila Arslan dari tahta Republik Shambala.


Di sisinya, berdiri Profesor Xuantong Jiangshi. Diam. Kaku. Sepasang matanya yang menyala samar seperti bara tua tak berkedip menatap wajah jenazah itu.


“Ramanujan…” ucapnya pelan, suaranya lebih seperti kerikil yang bergesek pelan di dasar peti mati, “...kau bukan pemimpin yang ideal. Terlalu keras kepala, terlalu liar. Tapi kau tahu siapa dirimu. Dan kau tahu siapa yang harus kau lindungi.”


Ia terdiam, menunduk sedikit. “Waktu kau datang padaku dua puluh tahun lalu, tanganmu masih merah karena memukul polisi yang membunuh adikmu. Kau minta kerja, bukan belas kasihan. Lalu kau tumbuh... jadi bayanganku.”


Ia menghela napas, suara yang seperti debu tua yang turun dari atap dunia.

“Tapi bahkan bayangan pun bisa goyah... dan sekarang kau pergi, membuatku harus memanggil kembali seseorang yang kupaksa menghilang.”


Suara langkah berat terdengar di luar pintu besi yang berderit lambat. Aroma tembakau basi dan alkohol setengah kering lebih dulu masuk, disusul sosok besar, gelap, dan tak sepenuhnya pulih.


Pratap Sigh.


Dulu, dia rajanya pertarungan bawah tanah—mantan penjagal yang dikenal sebagai si Tangan Batu. Ia sempat jadi tangan kanan Profesor Xuantong sebelum insiden memalukan: datang ke rapat besar dalam keadaan mabuk berat, melempar meja, mengancam salah satu kepala keluarga di depan wajah Xuantong sendiri. Skors turun seperti palu murka.


Dan malam ini, ia kembali—tidak dipanggil oleh pengampunan, tapi oleh kebutuhan.


Pratap menunduk, tak berkata apa-apa. Tubuhnya yang besar seperti menelan cahaya, namun wajahnya menyimpan luka lebih dalam dari bekas pukulan mana pun.

Lady Svetlana masuk.

Ia melangkah pelan, seolah waktu memberinya jalan. Gaun hitamnya menyapu lantai batu, rambut peraknya bergerak seperti air sungai di malam beku. Tak seperti mereka, ia bukan hasil dari jalanan—ia adalah monster tua dari salju Rusia, darah murni dari silsilah vampir aristokrat, yang satu setengah abad lalu telah memaksa Xuantong minum darahnya saat ia masih bocah tak bersenjata di malam kekacauan pemberontakan Boxer.

Dan kini, ia berdiri di tempat yang sama dengan dua makhluk yang dibentuk oleh parit, pisau lipat, dan botol pecah.

Xuantong akhirnya bicara, suaranya tegas namun datar, bagai suara yang menghakimi.

“Ramanujan telah tiada. Posisi kosong. Shambala tidak bisa dibiarkan lepas kendali. Dan aku tidak akan memungut preman baru hanya untuk dijadikan boneka.”

Ia menatap Svetlana lebih lama dari yang perlu. “Kau akan menggantikannya. Sebagai komandan operasional. Tapi jangan pikir karena kau yang memberiku darah, kau bisa main di atas aturan.”

Lalu, ia menoleh ke Pratap. Wajahnya keras, tanpa simpati.

“Kau kembali bukan karena aku percaya padamu. Tapi karena hanya kau yang bisa mengatur anjing-anjing Blaze Chicken ketika mereka mulai menggigit satu sama lain. Kau akan menjadi bayangan di balik Svetlana. Dan kalau dia gagal, kau tahu harus melakukan apa.”

Pratap menunduk lagi. Ia paham artinya.

Svetlana hanya menyeringai kecil. Ia tidak melihat orang-orang ini sebagai rekan. Bagi bangsawan vampir seperti dia, mereka hanya alat.

Lady Svetlana, bangsawan vampir darah murni dari Rusia, melangkah pelan dengan gaun hitam berenda merah tua, rambut peraknya terurai hingga pinggang. Wajahnya dingin, penuh wibawa, namun ada kilatan nostalgia saat pandangannya bertemu dengan Xuantong.


“Xuantong… Sudah lama, satu setengah abad sejak aku mengambil darahmu saat kekacauan pemberontakan Boxer. Kau masih bertahan, masih setia pada manusia itu... Shangrila Arslan.”


Profesor Xuantong mengangkat alis, suara seraknya yang teredam mengalun pelan.

“Svetlana. Aku tak pernah meminta untuk menjadi seperti ini, tapi darahmu mengikatku. Aku bukan lagi seperti kalian. Aku tangan kanan Shangrila, menjaga keseimbangan antara manusia dan kegelapan.”


Lady Svetlana tersenyum tipis, tatapannya penuh niat tersembunyi.


“Aku datang bukan untuk membangkitkan masa lalu. Aku ingin bergabung denganmu — atau lebih tepatnya, menjadi anak buah bosmu, Shangrila. Dunia ini butuh kekuatan yang bisa mengubah, bukan hanya bertahan,” Jawab Lady Svetlana


Xuantong menatap tajam, napasnya sedikit memburu. Ia tahu kekuatan Svetlana sangat berbeda; ia sendiri tak bisa mengubah manusia menjadi vampir, berbeda dari Svetlana yang mampu itu. Namun, untuk menolak kehadirannya, itu seperti menolak bayangan dari masa lalunya.

“Ramanujan telah tewas dalam pertempuran melawan sekte pengguling Shambala. Kau akan menggantikannya. Tapi ingat, aku memimpin dengan logika, bukan hanya darah dan kekuasaan.”


Dalam sekejap, langkah Xuantong memanggil Pratap Sigh, tangan kanannya yang setia dan kuat. Pratap muncul dari balik bayang, ekspresinya dingin menilai kehadiran Svetlana.


“Lady Svetlana akan menggantikan posisi Ramanujan. Atur anak buah Ramanujan untuk ikut di bawah komandonya. Aku tak ingin kekacauan di tubuh organisasi ini,” Kata Proffesor Xuantong.

Di luar ruangan, para anak buah lama Ramanujan—preman-preman, anggota kartel dan mafia yang dulu disatukan bukan oleh perintah tapi oleh persaudaraan—sudah mulai bicara pelan. Mengintip. Tak suka. Mereka mencium bau aristokrasi dalam langkah Svetlana, dan bau penghinaan dalam pengembalian Pratap.


Lady Svetlana mengangguk dengan penuh percaya diri, tapi di balik itu, terlihat gelombang kebencian di antara bekas anak buah Ramanujan yang tidak menyukai kehadiran vampir bangsawan itu. Mereka merindukan Ramanujan bukan hanya sebagai bos, tapi sebagai teman — berbeda dengan Svetlana yang memandang mereka sebagai budak.

Seorang anak buah Ramanujan, berbisik pada temannya:

“Kau lihat? Dia tak pernah menganggap kita lebih dari pelayan. Ramanujan berbeda... dia mengangap kita sebagai teman, bukan kacung.”


Svetlana mendengar bisikan itu dan senyumnya melebar penuh dingin.

Lady Svetlana berpikir,

“Teman atau budak, aku akan membuat mereka tahu siapa yang berkuasa sekarang.”


Xuantong menghela napas, matanya kembali menatap jauh ke dalam bayangan.


Saat kedua sosok itu meninggalkan ruangan, Profesor Xuantong tetap berdiri di sisi mayat. Tangannya yang dingin menyentuh batu di ujung kaki Ramanujan. Ia tak bicara lagi. Ia hanya menatap ruangan kosong, menatap bayangan masa depan yang belum terbentuk.


Dalam diam, pikirannya menggumam satu kalimat. Bukan doa. Bukan peringatan. Tapi firasat.


“Apa rencanamu kali ini, Svetlana?”

XXX

Paman Kila yang merupakan Hellix titisan Zeus dan kakak sepupunya titisan Minerva, memintanya datang ke sebuah sekolah bernama Nusantarisers Academy untuk menjadi salah satu dan satu-satunya pengajar di sekolah tersebut. Dia punya waktu satu tahun untuk mendidik para dewa yang masih muda itu, tenang seperti apa artinya menjadi manusia, sementara juga belajar tentang para dewa itu. Mulai dari dewa petir Indra dan Surya dari Mitologi Jawa-Bali, Pangu dewa langit dan Nuwa Dewi bumi dari Tiongkok, hingga Dewa Norse dan Yunani seperti Hercules dan raksasa Ymir.

Gen Hellix tidak terkait dengan keturunan siapa pun, terutama orangtua Hellix, melainkan bisa muncul sebagai hasil mutasi gen acak dalam populasi manusia biasa. Dengan demikian, seseorang bisa saja terlahir menjadi Hellix tanpa memiliki hubungan darah dengan keluarga Hellix atau keturunan yang memiliki kekuatan khusus. Sebagai contoh, sepupu dan paman Kila adalah Hellix yang merupakan titisan Zeus dan Dewi Minerva. Ada kemungkinan bahwa mereka memperoleh gen tersebut dari keluarga besar mereka.

Kamaratih adalah Dewi Bulan dari Bumi yang merupakan perwujudan atau bentuk awal kekuatan Kila,ketika Kila semakin kuat dan mendapatkan level baru Kila berubah menjadi Artemis sebagai Dewa Bulan dari sistem lain.

Meskipun dalam hubungan darah Kila  adalah saudara sepupu dari Amane Misa, inkarnasi Dewi Perang dan Kebijaksanaan, Minerva, namun sebagai Hellix, Kila dan Amane Misa sudah seperti saudara kandung, meskipun mereka berasal dari ibu yang berbeda. Hal ini karena Artemis dan Minerva sama-sama adalah putri dari Zeus.

Meskipun mungkin banyak yang tak menduga jika anak anak ini seperti  Jean Atreus Pendragon yang mudah emosi bisa menjadi pahlawan,mereka memiliki bakat yang membuat mereka menonjol dari kerumunan,tapi mereka belajar menjadi pahlawan membawa tanggung jawab yang besar.Meski mereka bisa saja selalu menang dengan mudah tapi mereka tetap berdedikasi pada tujuannya meski ini membawa penderitaan dan pengorbanan mereka adalah pahlawan sejati.

Para Nusantarisers Moon Heroes yang bertempur di garis depan melawan para Hellix jahat maupun organisasi Khalled sebagai manusia biasa ahli pedang yang berada di garis belakang untuk membantu menyelamatkan dan melindungi rakyat sipil dan mengurus kesehatan dan palang merah bagi para Hellix di Nusantariser adalah pahlawan sejati.

Dharma Wulan adalah titisan Dewa Brama, penguasa api dan langsung keturunan Wibisana, Raja Alengka.  Kila Moon Mikaela Phonix Rabbit, titisan Dewi Bulan Kamaratih. Amane Misa, saudara sepupu Kila dari Jepang, adalah titisan Minerva Athena, Dewi Kebijaksanaan dan Perang Yunani-Romawi. Sedangkan Jean Atreus Pendragon aka Golden Herakles Hamstersonic Bolt dan Chika aka Falcona Ikarus bukan sekadar titisan dewa. Mereka lebih kuat; mereka adalah putra dan putri mahkota yang berasal dari Moon Camelot Kingdom, ras yang sama kuatnya atau lebih dari para dewa itu sendiri, meski begitu Jean Atreus Pendragon adalah titisan Batara Kamajaya seorang dewa cinta dalam legenda wayang purwa. terkenal karena ganteng kelewat batas, Batara Kamajaya adalah anak dari betara Ismaya (Mbah Semar) dengan Dewi Sri.

Seperti sebuah takdir Jeand Atreus Pendragon yang merupakan titisan Kamajaya mencintai Kila yang merupakan keturunan Batari Kamaratih.

XXX

Selain Nusantarisers Academy ada satu lagi organisasi yang mengurus Hellix, bedanya seluruh anggota Sword of Khalled adalah manusia biasa yang terlatih dan tak terlahir sebagai Hellix yang dipimpin oleh Mahmed Heredi.

Sword of Khalled yang identik dengan pedang Damaskus adalah organisasi religius rahasia milik pemerintah Indusnesos yang sama sekali tak memusuhi para Hellix sebagai jelmaan dewa Dewi kafir. Meski seluruh anggotanya adalah Natural Sapiens

Organisasi Sword of Khalled yang dituduh menyimpang oleh sekte Satrio Piningit memiliki replika bendera yang dimiliki Kesultanan Demak yang selalu mereka bawa setiap kali berperang melawan musuh,bendera pusaka ini merupakan hadiah dari Kekhalifahan Turki. Masyarakat pada waktu itu percaya bila Pusaka Kyai Tunggul Wulung ini diarak keliling kota, suatu wabah penyakit bisa hilang.

Kebanyakan dewa Dewi Hellix di Indusnesos juga penyembah Tuhan,karena itu Organisasi Sword of Khalled memiliki hak dan kewajiban melindungi mereka dari sekte sesat yang mengklaim jika mereka menyekutukan Tuhan hanya karena leluhur mereka adalah alien antariksawan kuno yang disembah bagai dewa dewi.

XXX

Elementals Guardian, yang didirikan pada awal Orde Lama di Republik Libertenesia dan menjadi kelompok pertama yang berisi Hellix dan manusia biasa, adalah kelompok superhero yang menjadi cikal bakal Sword of Khalled dan Nusantarisers Academy. Bahkan, Nenek Herliyan, saat masih muda, adalah satu-satunya Hellix di pihak Indonesia dalam kelompok tersebut.

Mereka adalah pahlawan yang melawan penjahat demi membuat manusia dan Hellix bisa hidup berdampingan dan selalu menang.

Supriadi adalah pahlawan nasional Republik Indusnesos yang hilang tanpa jejak dan menjadi salah satu anggota pertama Elemental Guardian selain Nenek Herliyan. Banyak yang ragu dia masih hidup atau tidak. menurut rumor telah moksa ke nirwana setelah dieksekusi mati oleh Kekaisaran Holladia yang menjajah negara Indusnesos,

Pada kenyataannya dia masih ada dan menjadi tentara super berpengalaman yang melindungi Republik Indusnesos dari berbagai ancaman di balik layar dan telah hidup lebih dari satu abad berkat serum manusia super.

Para Elementals Guardian hidup di Zaman Keemasan Buku Komik sebuah era dimana buku-buku komik superhero di Republik Libertenesia sangat populer antara tahun 1938 hingga 1956. Pada era ini juga, buku komik modern pertama kali diterbitkan dengan pola dasar superhero diperkenalkan. Bahkan terbentuknya kelompok tersebut yang melakukan perlawanan terhadap Libertenesia Internazionale Comintern terinspirasi terhadap cerita di komik superhero.

Herliyan atau Pandora Rabbit adalah gadis remaja titisan Dewi Bulan Chang e dalam Mitologi Tiongkok yang merupakan satu satunya anggota perempuan sekaligus satu satunya anggota yang benar benar memiliki kekuatan super di kelompok superhero Garudamen sebagai seorang Hellix, dia mendapatkan kekuatan tersebut dari Redly ketika di usia 15 tahun dan berhasil mencegah Felis catus memasuki bumi.

Meskipun Republik Libertenesia merasakan euforia kebahagiaan setelah merdeka dari penjajahan kekaisaran Hollandia selama 350 tahun , Herliyan sang Kelinci Pandora mendapatkan penglihatan masa depan jika tanah Nusantara ini justru sedang menuju zaman kegelapan, dia kemudian bergabung dengan Garudamen atas tawaran The Anonymous dan menjadi kelompok pahlawan main hakim sendiri.

Karena adanya demonstrasi besar besaran simpastisan Partai Libertenesia Internazionale Comintern atas terbunuhnya Ketua Adit, mereka menuntut pemerintah menghukum mati dan membubarkan grup vigilante Superhero tersebut yang dianggap melakukan anarki di masyarakat tersebut sebagai organisasi terlarang pada 30 September 1965. 

Kamerad Dasamuka ketua Neo Internazionale Comintern Indusnesos- Fretelin adalah salah satu pemimpin gerakan ICI dalam kudeta 30 September yang menerima protokol darurat dari ketua umum partai Nusa Aditya untuk mengungsi ke Republik Rakyat Cina demi menciptakan manusia super dari ras Raksasa untuk pertempuran di masa depan melawan pemerintahan Orde Baru di Republik Indusnesos.

Sejak Jendral Besar Hartoyono yang menjadi oposisi Internazionale Comintern Libertenesia (ICL) diangkat menjadi Presiden,  partai tersebut akhirnya dibubarkan karena mencoba kudeta terhadap pemerintahannya di tahun 1946 sedangkan Organisasi Elemental Guardian dihidupkan kembali dan direorganisasi menjadi Nusantarisers Academy.

Pada tahun 1998 tepat setelah runtuhnya Presiden Hartoyono yang terkenal otoriter dengan pemerintahan teror dan berkuasa selama 30 tahun di Republik Libertenesia lengser. Libertenesia berganti nama menjadi Republik Indusnesos yang berarti kepulauan India dalam Bahasa Yunani meskipun di tahun 2016 kembali jatuh ke tangan Junta Militer baru.

Republik Indusnesos atau Libertenesia saat masa pemerintahan Orde Baru dengan rasa ketakutan akan tersebarnya pengaruh Komunisme di Asia Tenggara dikarenakan trauma yang terjadi pada tahun 1965 akhirnya memutuskan untuk pada tahun 1975 menginvasi negara tetangganya yaitu Timor Leste yang pada saat itu dibawah pengaruh politik kiri yaitu dibawah Partai Frentilin. 

Indonesia yang pada saat itu yang merupakan negara yang sangat anti dengan paham kiri pun mengirimkan 35.000 tentara terbaiknya dalam operasi militer terbesar yang pernah militer Indonesia lakukan. Operasi yang biasa disebut sebagai Operasi Seroja ini pada masa itu berhasil dengan cepat menumpas kekuatan militer dari Timor Leste yang mayoritasnya merupakan mantan tentara kolonial untuk Portugal sebelumnya, dan dalam waktu 7 bulan Militer Indonesia berhasil menguasai sepenuhnya dari Timor Leste dan menjadikannya provinsi ke-27 Indonesia.dalam prakteknya Indonesia menggunakan banyak sekali tindakan-tindakan yang sangat brutal dalam menaklukkan penduduk Timor Leste. Yang dimana dalam upaya untuk menaklukkan basis kekuatan militernya Frentilin di pegunungan mereka menggunakan taktik membombardir habis-habisan untuk membuat penduduk disana kelaparan, dengan beberapa tudingan bahwa militer Indonesia menggunakan senjata kimia untuk membuat makanan jadi tidak bisa dimakan dan akhirnya mereka menyerah.

Ada beberapa laporan juga bahwa militer dalam upaya menaklukkan para tentara Timor Leste, menggunakan anak kecil dan para lelaki yang berasal dari kamp pengungsi yang digunakan sebagai sandera dalam upaya mencari anggota Frentilin yang bersembunyi. Ketika mereka ditemukan, para tentara ini akan terpaksa untuk menyerah atau menembaki penduduk mereka sendiri.

Sisa sisa pasukan Fretelin yang merasa dendam terhadap pemerintah Indusnesos akhirnya mendapat dukungan dari Kamerad Dasamuka yang berhasil menduduki Timor Leste setelah kembali dari Republik Rakyat Cina menjelang berakhirnya pemerintahan orde baru, dengan basis kekuatan di Timor Leste, dia membangun Laboratarium Hellix dengan meneliti DNA para Rhaksasa dan Ashura di reruntuhan peradaban Sri Lanka,  Kamerad Dasamuka memiliki rencana untuk menaklukan seluruh daratan Republik Indusnesos di masa depan.

XXX

Tokyo, Tahun Showa ke-49 : 28 tahun setelah Kekaisaran Hizuru kalah perang melawan Republik Frankania.

Sepuluh tahun telah berlalu sejak bumi pertama kali diguncang oleh langkah-langkah Entu, Kaiju purba yang bangkit dari rahim beku Terra Infinita. Dalam satu dekade penuh darah dan api, umat manusia bersatu seperti tak pernah sebelumnya. Perang antar negara berhenti, tapi bukan karena cinta damai—melainkan karena naluri bertahan hidup yang mendorong batas ras dan bendera.


Pasukan Pembasmi Kaiju, bentukan PBB yang luar biasa, lahir dari kepanikan global dan tekad baja. Terdiri dari unit elit berbagai negara, mereka mengembangkan senjata termonuklir mobil, senjata sonik, dan eksosuit raksasa untuk melawan makhluk-makhluk yang seolah lahir dari kisah-kisah mitologi prasejarah. Dalam perang diam yang jarang diliput, satu demi satu Earth Kaiju ditumbangkan—entah ditenggelamkan ke Palung Mariana, dibekukan di tengah Antartika, atau dikurung dalam ruang dimensi retak yang bahkan para ilmuwan tak berani mendekatinya lagi.


Jepang, yang dahulu menjadi ladang pertempuran dan titik krisis awal dalam invasi Asia Timur, kini mengalami dekade damai—damai yang aneh, dingin, dan penuh bayang-bayang. Kota-kota dibangun ulang dengan beton ringan antikaiju. Sirene peringatan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, seperti lonceng sekolah atau azan senja. Anak-anak di taman bermain sering menggambar Kaiju bukan sebagai monster, tapi sebagai kenangan kolektif yang tak mereka alami namun tak bisa mereka hindari.


Namun damai ini bukanlah kebebasan sejati.


Di hati Jepang, luka lama tak kunjung sembuh. Trauma Perang Dunia II masih membekas di generasi tua—mereka yang menyaksikan Hiroshima dan Nagasaki berubah jadi matahari kedua. Kini, generasi baru tumbuh dalam bayang perang yang tak mereka pilih, dan ketakutan yang diwariskan diam-diam dalam cerita makan malam, mimpi buruk kakek-nenek, dan reruntuhan museum bawah tanah.


Lebih dari itu, ketegangan politik terus menyusup dari utara.


Wilayah utara—Hokkaido yang dahulu makmur—kini menjadi wilayah pendudukan. Di sanalah panji-panji merah berkibar: Konfederasi Soviet Slavania di timur laut, pasukan Tiongkok di selatan, dan Korut yang menjaga wilayah pesisir dengan tangan besi. Kota Sapporo berubah menjadi zona militer tertutup, dibentengi dengan menara-menara baja, sistem radar raksasa, dan senjata penangkal Kaiju buatan Moskow.


Bagi banyak orang Jepang, utara bukan hanya tanah yang hilang—tetapi luka yang terbuka.


Setiap musim dingin, ketika salju mulai jatuh di utara Honshu, televisi menayangkan berita tentang patroli gabungan Tiongkok-Korut yang "menjaga perdamaian". Namun, bagi rakyat Jepang, gambar-gambar itu seperti hantu yang menari di layar kaca—mengingatkan bahwa kedamaian ini dibangun di atas kekalahan, dan dunia yang mereka kenal tak pernah benar-benar kembali.


Pemerintah Jepang, yang kini lebih pragmatis dari nasionalis, hidup dalam dilema. Mereka tak bisa menuntut Hokkaido kembali, tak bisa menyatakan perang, dan tak bisa melupakan. Mereka membangun sekolah teknologi Kaiju, menjalin kerja sama ilmiah dengan barat, dan diam-diam melatih unit pertahanan mandiri—karena perdamaian bisa pecah secepat langkah satu Kaiju saja.


Dan di malam hari, dari balkon-balkon Tokyo, kadang langit terlihat sedikit gemetar. Tak ada suara. Tak ada alarm. Tapi rakyat tahu: dunia belum selesai berubah. Sepuluh musim tanpa api bukan jaminan bahwa musim ke sebelas akan serupa.


Karena di dalam perut bumi, di balik kabut diplomasi dan reruntuhan sejarah, sesuatu masih bergerak. Entah itu Kaiju. Entah manusia.


Atau keduanya.


Matahari sore mulai merunduk di balik gedung-gedung pencakar langit yang menjulang, memantulkan sinar keemasan yang hangat ke jalanan Tokyo. Aroma campuran antara asap kayu bakar dan minyak mesin sepeda motor tua menyelimuti udara, membawa jejak kehidupan era Showa yang riuh namun penuh harapan.


Di sepanjang jalan sempit distrik Shitamachi, deretan toko-toko kecil dengan papan nama berhuruf kanji tebal terpajang rapi. Lampu-lampu neon yang mulai menyala menambahkan warna-warni ke dalam kegelapan yang semakin pekat. Seorang pedagang kaki lima dengan seragam biru lusuh memanggil-manggil pembeli, menawarkan yaki imo — ubi jalar panggang yang menguarkan aroma manis dan hangat. Suara gemerincing koin dan langkah kaki tergesa dari para pekerja yang hendak pulang terdengar bersahutan, mengisi ruang sempit antara gedung-gedung kayu yang berdiri rapuh.


Di kejauhan, deru kereta api bawah tanah Tokyo Monorail menggetarkan udara, menandai kemajuan yang mulai merayap masuk di tengah tradisi yang masih kental. Sementara itu, para anak muda mengenakan pakaian gaya barat—jaket kulit, rok lipit, dan rambut bergelombang ala idol zaman itu—berjalan cepat menembus kerumunan, membawa semangat zaman yang tak lagi sama dengan generasi sebelumnya.


Terdengar suara gemerisik kertas koran yang dipegang erat oleh seorang pria paruh baya di sudut jalan, membaca berita tentang kemajuan teknologi dan perubahan politik yang bergulir cepat. Di sampingnya, seorang nenek dengan kimono kusam duduk di depan rumah kayu kecil, matanya memandang kosong ke arah langit, mungkin teringat masa-masa perang yang kelam dan perjuangan bertahan hidup.


Langit mulai berubah dari jingga ke ungu pekat, dan lampu-lampu kota mulai menyalakan kilauannya yang khas. Hiruk-pikuk kota yang tak pernah tidur, antara dentuman musik jazz yang merayap keluar dari sebuah kafe kecil dan suara derap langkah tentara muda yang masih berlatih, menandai pergantian zaman yang bergolak—Tokyo Showa, tempat di mana tradisi dan modernitas bertarung dalam harmoni yang tak mudah dijelaskan.


Desa Yuzuki pinggiran tokyo, pagi hari. Angin semilir menyapa ladang-ladang kecil dan pepohonan yang mulai berbunga.

Di tepi sungai, duduk seorang gadis remaja dengan rambut hitam sepunggung dan mata lembut seperti musim semi. Di telapak tangannya berdiri seorang anak laki-laki mungil, seukuran ibu jari—Issumboshi.


Issumboshi, seorang pemuda seukuran ibu jari, menjalani kehidupan damai di desa kecil bersama sahabatnya Himeka. Meski mungil, hatinya besar, dan perasaannya pada Himeka pun tumbuh. Saat ia menyatakan cintanya, Himeka menolaknya lembut—bukan karena tak mencintainya, melainkan karena ia berharap suatu hari Issumboshi bisa tumbuh dan mereka siap untuk bersama.


“Lihat! Aku bisa menyeimbangkan daun ini di kepala!” seru Issumboshi sambil berdiri di ujung jari Himeka, membuat gadis itu terkekeh.


“Hebat!” kata Himeka, tertawa lembut. “Kau benar-benar lucu.”


Issumboshi menyilangkan tangan, lalu menatap wajah gadis itu dengan serius. “Himeka… aku suka kamu. Maukah kau jadi pacarku?”


Tawa Himeka mereda. Ia menunduk, senyum manis tetap menghiasi wajahnya, tapi matanya tampak berkaca-kaca.


“Issumboshi…” gumamnya. “Aku juga suka kamu. Tapi kamu… kamu masih terlalu kecil. Aku ingin kau tumbuh dulu. Aku akan menunggu. Sampai saat itu tiba.”


Beberapa minggu kemudian, Himeka berdiri di depan rumahnya yang mulai dikosongkan.


“Aku harus pergi, Issumboshi. Papa dipindahkan ke kota.”


Issumboshi duduk di pundaknya, menunduk lesu. “Tapi kau janji… kita akan bertemu lagi, kan?”


Himeka mengangguk dan menyentuhkan jarinya ke pipi mungilnya. “Aku janji. Jangan lupakan aku, ya?”


Issumboshi menggenggam jarinya erat-erat. “Tidak akan pernah.”


Waktu berjalan lambat tanpa Himeka. Issumboshi menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan sendirian.


Sampai suatu hari, ia menemukan rumah tua di pinggiran desa. Di dalamnya, ada sebuah apel merah berkilau di atas meja.


“Wow… kelihatannya enak,” gumamnya, lalu menggigit apel itu.


Tubuhnya langsung terasa panas. Jari-jarinya memanjang. Lengannya melebar. Ia menjerit.


Seorang nenek berjubah hitam muncul dari balik pintu. “Siapa yang menyuruhmu makan apelku?”


Issumboshi bergidik. “Maaf! Aku… aku tidak tahu!”


Tapi nenek itu hanya terkekeh. “Karena kau sudah memakannya, kau harus menerima akibatnya. Apel itu akan membuatmu tumbuh… dan tumbuh… dan tumbuh…”


 Tahun demi tahun berlalu. Issumboshi kini berusia 17 tahun… dan setinggi 56 meter.


Pihak sekolah, bingung harus bagaimana, akhirnya mengizinkan Issumboshi masuk SMA dengan satu syarat: seseorang harus membimbing dan mendampinginya.


Dan itulah saat Himeka kembali.


Kini gadis itu berdiri di depan gerbang sekolah, dengan surat penugasan dari kepala sekolah. “Kau akan menjadi penanggung jawab siswa baru… namanya Issumboshi.”


Langkah berat bergema di tanah. Bayangan besar menaungi halaman sekolah.


Himeka mendongak… dan melihat sesosok remaja raksasa yang sangat kekar dan tinggi menjulang. Tapi matanya—mata itu masih sama.


“Issumboshi…?” gumamnya.


Wajah besar itu tersenyum. “Himeka… aku sudah tumbuh besar.”




 Himeka duduk di ruang guru dengan tangan gemetar menggenggam map berisi jadwal orientasi siswa baru. Tak lama kemudian, suara langkah berat terdengar dari kejauhan—seperti gempa kecil yang berulang.


“Maaf... maaf... aku telat!”


Semua guru menoleh ke arah jendela. Kepala sekolah mendesah. “Itu dia.”


Di luar, tubuh raksasa berdiri canggung. Seragam sekolahnya dibuat khusus: jahitan kain tenda yang disesuaikan agar ia bisa duduk di halaman belakang sambil tetap ikut pelajaran lewat layar besar.


“Issumboshi?” suara Himeka nyaris berbisik.


Issumboshi menunduk agar wajahnya sejajar dengan jendela. “Hai, Himeka.”


Himeka berdiri, detak jantungnya melompat. Senyum Issumboshi masih sama seperti dulu—hangat, polos, dan penuh semangat.


“Sudah besar, ya,” ucapnya lirih.


Issumboshi nyengir. “Aku menepati janjiku.”


Hari-hari pertama sekolah penuh dengan keributan. Siswa lain antara kagum dan takut melihat Issumboshi. Tapi dengan bantuan Himeka, pelan-pelan dia mulai diterima.


Ia duduk di luar kelas, mendengarkan pelajaran lewat pengeras suara dan layar. Saat istirahat, ia makan dengan porsi tiga kali truk dapur sekolah—dan itu pun kadang masih kurang.


“Na… napsu makanku jadi susah dikendalikan,” keluhnya suatu hari sambil mengunyah sepuluh bento sekaligus.


Himeka tersenyum sambil menyerahkan minuman jus jeruk berukuran ember.


“Kau tetap Issumboshi yang kukenal,” katanya. “Meskipun sekarang... luar biasa besar.”


 Suatu sore, Himeka menemani Issumboshi ke taman belakang sekolah. Di sanalah Issumboshi mengungkapkan isi hatinya lagi.


“Himeka,” katanya dengan suara dalam tapi lembut, “dulu aku kecil, dan kau bilang kita belum siap.”


Ia menatap gadis itu, matanya masih memancarkan ketulusan masa kecil.


“Sekarang aku sudah tumbuh... mungkin terlalu besar, ya... Tapi aku masih mencintaimu.”


Himeka terdiam lama.


“Kenapa?” tanya Issumboshi, suaranya nyaris seperti angin musim gugur.


Himeka menatap matanya. “Aku tidak tahu harus bagaimana, Su... Hatiku bilang iya, tapi… aku takut. Kau berubah. Dan aku juga berubah.”

XXX

Di tepi medan Kurukshetra, suasana semakin tegang saat kedua kubu, Pandawa dan Kurawa, bersiap untuk perang Bharatayuda yang akan menentukan nasib Hastinapura. Langit kelam dan angin bertiup kencang, seolah alam sendiri menyadari besarnya peristiwa yang akan terjadi.

Tentara kedua belah pihak telah bersiap, dengan senjata terhunus dan hati yang dipenuhi tekad. Krishna, sebagai penasihat dan kusir Arjuna, memberikan nasihat terakhir kepada prajuritnya. Di tengah persiapan, terdengar suara gemuruh yang mengguncang bumi. Semua mata tertuju pada sumber suara tersebut.

Tiba-tiba, suara gemuruh yang menggetarkan tanah terdengar dari kejauhan semakin keras. Seluruh pasukan, baik dari pihak Kurawa maupun Pandawa, menoleh ke arah suara tersebut. Dari cakrawala, muncul makhluk raksasa yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya: Semua mata tertuju pada sumber suara tersebut. Dari balik gunung yang jauh, muncul makhluk raksasa, lebih besar dari apapun yang pernah dilihat manusia. Tubuhnya berlapis sisik hitam yang keras dan matanya berkilau dengan kemarahan purba. Itulah Tagaroa Adharma, sang  Raja Monster. "Tagaroa " yang mewakili kekuatan destruktif yang luar biasa, dan "Adharma" yang dalam bahasa Sanskerta berarti ketidakbenaran, kekacauan, atau ketidakadilan. Tagaroa Adharma adalah kaiju terkuat di Terra Infinita saat ini, terjebak di es antartika.

Tagaroa. Dengan tinggi yang menjulang di atas pepohonan dan tubuh yang bersinar dengan kekuatan luar biasa, Tagaroa melangkah maju, menginjak-injak segala sesuatu di jalurnya. 

Tagaroa adalah makhluk purba yang mewakili kekuatan alam yang mendasar dan destruktif. Sebagai raksasa yang telah ada sejak zaman dahulu kala, kekuatannya berasal dari inti bumi dan lautan, menjadikannya simbol dari kekuatan alam yang tidak terkendali dan tak tertahankan. Kekuatan ini sudah ada sebelum bahkan dewa-dewa muncul, menjadikannya entitas yang hampir tidak bisa dihadapi oleh kekuatan ilahi sekalipun.

Tagaroa memiliki kemampuan penghancur yang luar biasa, seperti nafas atomik dan kekuatan fisik yang mampu meratakan apapun yang menghalanginya. Kemampuannya untuk bertahan dari serangan fisik dan magis membuatnya hampir tidak bisa dikalahkan.kekuatan destruktifnya begitu besar sehingga segel yang dibuat oleh dewa pun akhirnya tidak mampu menahannya.

Tagaroa adalah makhluk yang tertarik pada kekacauan dan energi destruktif. Perang Bharatayuda, dengan segala kekuatan dan energi yang dilepaskan oleh para pejuang dan dewa, menarik perhatian Tagaroa yang terbangun dari tidur panjangnya. Medan perang menjadi sumber energi yang memancing Tagaroa untuk mendekat dan menunjukkan dominasinya.

Tagaroa terbangun dari tidurnya yang panjang di dasar laut, dipicu oleh energi negatif dan kecurangan yang terjadi di medan perang. Segel kuno yang menahannya melemah, dan kekuatan destruktif yang dilepaskan dalam perang Bharatayuda menarik perhatian makhluk purba ini.

Tagaroa sudah hidup sejak zaman purba tepatnya sejak Periode Permian, sekitar 252 juta tahun yang lalu. Bahkan, dinosaurus belum hidup pada zaman itu, selama zaman itu. Godzila melakukan hibernasi panjang selama jutaan tahun. Hingga Tagaroa terbangun saat Krishna mengeluarkan Cakra Sudharsana  untuk  membunuh Bhisma sebelum perang Bharatayuda, Serpihan energi Chakra Sudharsana itu tanpa sengaja menghancurkan sarangnya di laut. Suara Cakra Sudharsana setara ledakan nuklir yang membuat Tagaroa merasa terganggu dan terancam. 

Sebagai entitas purba yang terhubung dengan kekuatan alam, Tagaroa merasakan ketidakseimbangan besar yang disebabkan oleh perang besar ini. Kehadiran banyak pahlawan besar dan penggunaan senjata serta mantra sakti bisa dianggap sebagai ancaman atau gangguan terhadap keseimbangan alam yang membuat Tagaroa bereaksi secara destruktif. 

Tagaroa bisa dilihat sebagai manifestasi dari kemarahan alam terhadap perang dan kehancuran yang diciptakan oleh manusia. Makhluk seperti Tagaroa sering kali muncul sebagai reaksi alam terhadap perbuatan manusia yang berlebihan dan merusak. 

Tagaroa menganggap medan perang sebagai wilayah yang harus diklaim. Kemunculan makhluk raksasa ini bisa diinterpretasikan sebagai tindakan mempertahankan atau mengklaim dominasi atas wilayah yang sedang diperebutkan oleh manusia. Kehadiran Krishna dan Arjuna, sebagai tokoh utama dalam konflik ini, menjadikan mereka target utama dalam pandangan Tagaroa .

Tagaroa sangat marah dengan perang Bharatayuda di medan Kurusherta yang melibatkan senjata senjata Dewata karena perang tersebut dapat merusak ekosistem dan keseimbangan alam di bumi, tujuan kedatangan Godzila di medan perang Kurusherta adalah untuk membunuh Krishna, sebagai dewa mahakuasa yang menakdirkan terjadinya perang tersebut. 

Kehadirannya menggetarkan medan perang. Pasukan dari kedua belah pihak terdiam, terpesona dan takut akan kekuatan makhluk ini. Melihat ancaman yang tak terduga, Sri Krishna dan para pahlawan Pandawa segera maju untuk menghadapi Tagaroa, berharap dapat menghentikan kehancuran yang bisa terjadi.

Krishna, yang menyadari bahaya besar ini, mengumpulkan para ksatria Pandawa untuk melawan Tagaroa. Arjuna, Bhima, Yudhishthira, Nakula, dan Sahadeva, bersama-sama dengan Krishna, menyusun strategi untuk menghadapi monster raksasa tersebut.

Godzilla, sebagai makhluk purba yang tidak memiliki kecerdasan manusia atau kesadaran spiritual, mungkin tidak menyadari identitas Krishna sebagai avatar Wisnu. Bagi Tagaroa, Krishna hanyalah salah satu dari banyak ancaman yang harus dihadapi di medan perang. Serangan Tagaroa terhadap Krishna adalah reaksi naluriah terhadap ancaman yang dirasakannya.

Krishna dan Arjuna melambangkan kekuatan dharma dan ketertiban dalam menghadapi Tagaroa adharma (ketidakteraturan dan kekacauan). 

Pertarungan dahsyat pun dimulai. Arjuna melesatkan anak panahnya yang bersinar seperti bintang jatuh, menembus udara dengan kecepatan luar biasa. Panah-panah tersebut menghantam tubuh Tagaroa , tetapi hanya menyebabkan goresan kecil di kulitnya yang tebal. Sementara itu, Krishna melemparkan cakra Sudarshana, yang berputar cepat menuju Tagaroa. Cakra itu memotong udara, menciptakan percikan api saat menyentuh kulit raksasa tersebut, tetapi Tagaroatetap maju dengan kekuatan tak terbendung.

Dengan penuh keberanian, Arjuna menaiki kereta perangnya, Gandiva terhunus siap membidik. Krishna, yang menjadi sais kereta, memancarkan aura ilahi, bersiap memandu Arjuna dengan kebijaksanaan dan kekuatannya. Bhima, dengan kekuatannya yang luar biasa, bersiap dengan gada besarnya. Yudhishthira, Nakula, dan Sahadeva juga bersiap dengan senjata dan taktik mereka.

Mereka menyerang Tagaroa dengan segala kemampuan. Panah-panah Arjuna, yang biasanya mampu menembus apa saja, hanya memantul di kulit keras Tagaroa . Bhima mencoba menghantamnya dengan gada, tetapi serangannya hanya membuat Tagaroa semakin marah.

Krishna menggunakan berbagai ilmunya, dari cakra Sudarshana hingga berbagai mantra sakti, tetapi Godzilla tetap tak tergoyahkan. Dengan satu pukulan ekornya, Tagaroa  menghancurkan kereta perang mereka, memaksa Krishna dan Arjuna terhempas ke tanah. Meski terluka, mereka terus berjuang.

Yudhishthira, dengan tombaknya, mencoba menusuk Tagaroa , sementara Nakula dan Sahadeva menggunakan kelincahan dan taktik untuk menyerang dari sisi yang berbeda. Namun, setiap usaha mereka dihadang oleh kekuatan luar biasa Tagaroa.

Arjuna menembakkan panah-panah yang mengandung kekuatan para dewa, sementara Bhima terus menyerang dengan gada besarnya. Krishna menggunakan kekuatannya untuk melindungi dan menyerang balik. Namun, Tagaroa terlalu kuat. Setiap serangan hanya membuatnya semakin marah.

Akhirnya, dengan satu serangan maut, Tagaroa menghantam Bhima dengan nafas atomiknya, membuat sang pahlawan tak sadarkan diri. Yudhishthira, Nakula, dan Sahadeva juga terluka parah dalam upaya mereka untuk melindungi Bhima. Krishna mencoba untuk menyelamatkan mereka semua, tetapi Tagaroa  dengan cepat menghentikannya dengan cakar besar dan kekuatan luar biasa.

Pertarungan berlanjut dengan dahsyat. Krishna dan Arjuna segera menyadari bahwa makhluk ini bukan mahluk biasa. Ini adalah ancaman yang tidak bisa diabaikan. Krishna, dengan kebijaksanaannya yang ilahi, memutuskan untuk menghadapi raksasa tersebut sebelum ia menghancurkan segalanya.

Krishna berubah menjadi wujud Wisnu, dengan empat lengan yang memegang senjata-senjata ilahi: cakra Sudarshana, gada Kaumodaki, terompet Panchajanya, dan bunga teratai. Arjuna, dengan busur Gandiva dan kereta perangnya, berdiri di samping Krishna. Mereka berdua siap menghadapi Tagaroa.

Tagaroa , dengan raungan menggelegar, membalas dengan semburan sinar atomnya. Sinar biru menyala tersebut mengarah langsung ke Krishna dan Arjuna. Krishna menggunakan kekuatannya untuk menciptakan perisai pelindung, tetapi energi sinar atom Godzilla terlalu kuat. Perisai itu pecah, dan mereka terlempar ke belakang.

Arjuna, dengan cepat, bangkit kembali dan meluncurkan serangan bertubi-tubi. Namun, setiap serangan tampaknya tidak berpengaruh besar pada Tagaroa. Krishna, melihat situasi yang semakin genting, mencoba menggunakan kekuatan ilahinya untuk mengunci gerakan Tagaroa, tetapi raksasa tersebut berhasil melepaskan diri dengan kekuatannya yang luar biasa.

Dalam pertempuran yang berlangsung sengit, Tagaroa akhirnya berhasil menjatuhkan Arjuna dengan ekornya yang masif, membuat sang pemanah terkapar tak berdaya. Krishna, meskipun merupakan dewa, juga mengalami kelelahan setelah terus-menerus mengerahkan kekuatannya. Akhirnya, Tagaroa berhasil mengalahkan keduanya, berdiri kokoh sebagai pemenang di medan Kurukshetra.

Krishna dan Arjuna, meski kalah, berjanji untuk bangkit kembali dan melindungi dunia dari ancaman yang tidak terduga. Mereka memahami bahwa kemenangan dan kekalahan adalah bagian dari siklus kehidupan, dan perjuangan untuk kebaikan akan selalu berlanjut. Pertarungan mereka melawan Tagaroa dapat dilihat sebagai simbol dari perjuangan manusia melawan kekuatan alam yang destruktif dan tak terkendali. Meski akhirnya mereka kalah, perlawanan ini menunjukkan usaha manusia dan dewa untuk mengatasi kekacauan meskipun menghadapi ancaman yang sangat besar.

Tagaroa menghantam Arjuna dengan nafas atomiknya, membuat sang pahlawan tak sadarkan diri. Sri Krishna mencoba untuk menyelamatkan Arjuna, tetapi Tagaroa dengan cepat menghentikannya dengan cakar besar dan kekuatan luar biasa.

Semakin Krishna menyerang Tagaroa, Tagaroa malah semakin kuat dan marah karena Tagaroa menyerap seluruh energi Cakra Sudharsana milik Krishna. Bima, Yudistira serta Nakula dan Sadewa langsung tewas seketika saat terkena sabetan ekor burning Tagaroa , begitupun jutaan pasukan yang ada di pihak Pandawa. Sedangkan Krishna dan Arjuna pasrah, mereka tewas terkena ledakan atom Tagaroa yang mengeluarkan jamur nuklir. Leher Krishna juga terputus terkena gigitan Tagaroa. Setelah puas menghajar Kreshna dengan penuh amarah, 

Dengan kemenangan ini, Tagaroa melangkah pergi, meninggalkan medan perang dalam keadaan hancur dan penuh kekacauan. Tagaroa kembali ke dasar laut dan meratapi sarangnya yang hancur akibat kekuatan Chakra Sudharsana karena kecerobohan Krishna. Tak ada yang tahu mengapa mahluk itu tiba tiba saja meninggalkan medan perang dengan sukarela setelah merenggut nyawa Krishna, seakan dia hanya mengincar nyawa sang Avatar Dewa Wisnu tersebut.

Para prajurit yang tersisa, baik dari pihak kurawa maupun Pandawa, hanya bisa menyaksikan dengan terkejut dan takut. Mereka menyadari bahwa ada kekuatan di dunia ini yang bahkan melampaui kekuatan para dewa.

Meskipun Krishna adalah avatar dari dewa Wisnu dan memiliki kekuatan ilahi yang sangat besar, dalam wujud manusianya, dia masih memiliki beberapa batasan. Di medan perang Bharatayuda, Krishna memilih untuk tidak menggunakan kekuatannya secara penuh untuk menjaga keseimbangan kosmis dan memenuhi dharma sebagai penasihat dan sais bagi Arjuna. Hal ini membuatnya tidak dapat menggunakan semua kekuatan ilahinya secara langsung melawan Tagaroa.

Para dewa dan avatar sering kali memilih untuk tidak mengintervensi secara langsung dalam urusan manusia kecuali sangat diperlukan. Krishna, sebagai avatar Wisnu, memiliki tujuan dan peran khusus dalam perang Bharatayuda yang lebih fokus pada penegakan dharma dan panduan moral bagi Pandawa. Menggunakan kekuatan penuhnya untuk mengalahkan Godzilla bisa dianggap melanggar peran dan tujuan avatarnya. 

Sebagai entitas yang tidak berasal dari dunia para dewa, Tagaroamemiliki jenis kekuatan yang tidak bisa dihadapi dengan cara-cara konvensional yang biasa digunakan Krishna dan para dewa lainnya.

Kekalahan Sri Krishna dan Arjuna di tangan Tagaroa menciptakan kepanikan di pihak Pandawa. Tanpa pemimpin dan pahlawan terkuat mereka, pasukan Pandawa tercerai-berai. Melihat kesempatan ini, Kurawa dengan segera melancarkan serangan habis-habisan. Duryodhana memimpin pasukannya dengan semangat baru, mengetahui bahwa kemenangan kini ada di pihak mereka.

Pertempuran akhirnya berakhir dengan kemenangan mutlak Kurawa. Hastinapura jatuh ke tangan Duryodhana dan saudara-saudaranya, sementara para Pandawa yang tersisa harus mundur dan mencari perlindungan. Kemunculan Kurawa di medan perang Bharatayuda telah mengubah jalannya sejarah, membawa kemenangan bagi Kurawa yang selama ini selalu di bawah bayang-bayang kekuatan Pandawa.

Dengan kemenangan ini, Kurawa mengambil alih kekuasaan Hastinapura, tetapi bayangan kehancuran yang dibawa oleh Tagaroa tetap menjadi kenangan yang mengerikan bagi semua yang menyaksikan kejadian tersebut. Duryodana juga bersumpah akan melindungi Hastinapura agar tak ada lagi perang saudara seperti yang terjadi antara Pandawa dan Kurawa serta meminta agar tak ada lagi perpecahan di istana Hastina demi persatuan untuk melindungi Kerajaan dari Tagaroa yang bisa datang kembali kapan saja.

Tagaroa bukan hanya sekadar monster yang menyerang tanpa alasan, tetapi representasi dari kekuatan alam yang tidak bisa dikendalikan dan yang muncul sebagai reaksi terhadap ketidakseimbangan besar yang disebabkan oleh perang. Penyerangan terhadap Krishna menambah dimensi dramatis dan epik dalam pertempuran Bharatayuda, menunjukkan bahwa bahkan kekuatan ilahi pun dapat ditantang oleh kekuatan alam yang purba dan tak terduga.

Perang Bharatayuda yang legendaris kini dikenang bukan hanya sebagai perang saudara terbesar, tetapi juga sebagai hari ketika manusia bertarung melawan kekuatan alam yang tak terbayangkan.


Tagaroa Adharma adalah mahluk yang hanya ada satu di seluruh alam, ia memiliki kehendak besar  untuk menjaga keseimbangan jutaan hingga miliaran  alam semesta, dia sangat membenci Sri Krishna sebagai perpanjangan takdir Sanctuary yang menyebabkan perang Bharatayuda, perang yang menggangu kestabilan alam semesta. Dia telah melakukan perjalanan ruang waktu ke seluruh alam semesta dan menghentikan perang bharatayuda, Setelah dia menghancurkan Krishna dan para Pandawa hingga membuat Kurawa menang

Hingga ia kini berada di dunia ini. Midgardcapadawipa untuk menghentikan perang perang besar seperti Bharatayuda karena dia gagal menghentikan Bharatayuda di alam semesta ini . 


XXX

BAB 8: Nenek Sihir dan Rahasia Apel

Suatu malam, Issumboshi bercerita pada Himeka tentang rumah tua tempat ia menemukan apel ajaib.


“Setelah aku mulai membesar, nenek itu memberiku lebih banyak apel. Aku pikir itu hadiah, tapi lama-lama... aku merasa seperti dikutuk. Nafsu makanku tak bisa dikendalikan. Kadang aku bermimpi jadi raksasa yang tak bisa berhenti makan, menghancurkan segalanya.”


Himeka terdiam. “Mungkin kita bisa cari nenek itu lagi.”


Issumboshi menoleh, terkejut. “Maksudmu... kau mau ikut?”


“Kalau bisa membantumu jadi... kamu yang sebenarnya, aku akan ikut.”

XXX

Kota yang tengah bersiap menjadi tuan rumah Olimpiade ini masih menyimpan banyak rahasia—termasuk satu yang tak pernah terungkap di buku sejarah.


Issumboshi berdiri di atas gedung sekolahnya, tubuhnya setinggi  20 meter. Meskipun badannya raksasa, ia masih bocah SMA berusia 16 tahun, dengan hati dan pikiran yang sama seperti teman-temannya.


Di balik matanya yang tajam tersimpan beban besar. Ia bukan hanya remaja biasa. Ia adalah penjaga perbatasan antara dunia manusia dan sesuatu yang lain—Terra Infinita.

Sejauh ini, dunia hanya mengenal Antartika sebagai daratan beku di ujung selatan bumi. Tapi ada sebuah tembok es raksasa, jauh di bawahnya tersembunyi portal anomali yang menghubungkan Bumi dengan dunia lain—dunia yang dikenal dalam teori konspirasi gelap sebagai Terra Infinita.

Terra Infinita bukan hanya mitos. Dunia itu adalah alam alternatif penuh makhluk raksasa dan energi misterius yang berbahaya. Untuk puluhan tahun, pemerintah Jepang bersama sekutu rahasia menjaga agar portal itu tetap tertutup rapat.

Namun kini, getaran aneh terdeteksi di kutub selatan, dan portal itu mulai melemah.

Di sisi lain dunia, di dasar laut Jepang, sebuah retakan bercahaya hijau neon muncul. Dari sana, makhluk raksasa keluar perlahan, makhluk yang berasal dari Terra Infinita, menebarkan kehancuran.

Issumboshi, sebagai "raksasa pelindung," segera dipanggil untuk bertindak.

Gelombang laut menghempas pantai dengan ganas, menciptakan buih putih di antara dermaga-dermaga yang berderet. Kabut tipis masih menyelimuti cakrawala ketika tubuh raksasa Issumboshi muncul, membelah kabut seperti menara hidup. Mata hijau besarnya menatap tajam ke arah gelombang yang pecah.

Dari bawah permukaan laut, muncul sosok Kaiju yang bertulang keras seperti bebatuan basal, dengan sirip-sirip besar menyerupai layar kapal raksasa dan mata merah menyala penuh amarah. Ia mengeluarkan raungan menggema, mengguncang udara dan membuat kaca gedung-gedung bergoyang.

Issumboshi mengangkat tangannya yang besar, melangkah ke laut, airnya menggelegak hingga setinggi badan manusia biasa. Dengan sebuah pukulan keras, ia menghantam permukaan laut tepat di depan Kaiju, menciptakan gelombang raksasa.

Kaiju membalas dengan semburan energi hijau dari mulutnya, yang melesat ke arah Issumboshi. Namun dengan gesit untuk ukuran raksasa, Issumboshi mengangkat tangan sebagai perisai dan menangkis semburan itu, membuat air mendidih di sekitarnya.

Saling serang terjadi: pukulan bertubi, tendangan menghantam badan keras, dan teriakan keras menggema seperti petir. Setiap kali Issumboshi melangkah, daratan bergetar, dan setiap kali Kaiju membuka mulutnya, suara menggeram yang memecah kesunyian malam terdengar.

Issumboshi meraih sebongkah batu besar dari dasar laut dan melemparkannya ke kepala Kaiju. Makhluk itu berguling dan menimbulkan ledakan air dan batu pecah yang membumbung tinggi.

Namun Kaiju itu tak kalah. Ia menyambar Issumboshi dengan cakar besar, meninggalkan goresan panjang di pelindung dada raksasa itu.

Issumboshi berteriak, mengerahkan seluruh tenaga yang dia punya. Dengan pukulan terakhir yang penuh kekuatan dan harapan, ia menghantam perut Kaiju, memaksanya terjerembab ke laut dalam.

“Ini baru permulaan,” gumam Issumboshi sambil mengangkat tangannya yang gemetar. 

---

Mao Zedong duduk termenung di balik meja besar berlapis peta dunia yang terpampang di ruang komando Beijing. Cahaya lampu kuning temaram membelai wajahnya yang penuh bekas perjuangan dan keyakinan yang teguh. Di balik jendela, malam Beijing diam dalam keheningan, namun di hati sang pemimpin, gelora api revolusi tidak pernah padam.


Setelah kemenangan berdarah dalam perang saudara, berkat tangan besi dan dukungan penuh dari Korea Utara dan Uni Soviet, Mao tak kunjung puas. Balas dendam atas luka yang ditorehkan Jepang selama dekade kekejaman dulu membara dalam dirinya. Kali ini, tidak cukup hanya menatap masa lalu, tapi harus menuntaskan janji membebaskan Asia Timur dari bayang-bayang imperialis.


Pada pagi yang suram di akhir tahun 1963, armada besar pasukan Tiongkok mulai bergerak. Kapal-kapal perang menembus kabut dingin Laut Jepang menuju Hokkaido, pulau utara Jepang yang kini menjadi sasaran pertama dari gelombang merah yang melanda. Sementara itu, pasukan darat Korut dan Soviet menyerbu ke semenanjung Korea Selatan, memperluas medan konflik menjadi perang besar yang mengguncang bumi Asia.


Di Tokyo, kabar jatuhnya Hokkaido seperti petir di siang bolong. Pemerintah Jepang yang masih terjaga dari trauma Perang Dunia II berusaha meredam kepanikan. Namun kenyataan pahit tak dapat dielakkan. Pangkalan militer AS di Okinawa dan Jepang daratan menjadi titik pertempuran kunci, dengan Amerika yang tak rela kehilangan pengaruhnya di wilayah strategis ini.


Pertempuran berlangsung sengit, dari ladang beras Hokkaido hingga pegunungan utara Honshu. Asap tebal membumbung ke angkasa, menyelimuti langit dengan warna kelabu pekat yang menandai babak baru dalam sejarah Perang Dingin. Pasukan Mao, Korut, dan Soviet berbaris maju, mengusir musuh dengan semangat revolusi yang membara, mengklaim tanah baru demi masa depan komunis Asia.


Namun perang, dengan semua kebrutalannya, tak bisa berlanjut tanpa batas. Setelah bertahun-tahun pertumpahan darah dan kehancuran, suara diplomasi mulai merayap di tengah reruntuhan. Tapi bukan semata diplomasi yang menghentikan nyala senjata. Di balik tembok es Antartika yang selama ribuan tahun membungkus rahasia dunia, sesuatu telah terbangun.


Mereka menyebutnya Entu—entitas purba yang mengendap di bawah kerak es, jauh sebelum manusia pertama menyusun kata. Dari kedalaman Terra Infinita, Earth Kaiju bangkit dalam keheningan putih, mengoyak benua beku dan menjelma badai kehancuran yang tak bisa dipahami. Raksasa-raksasa ini melintasi samudra dengan amarah bumi yang sudah lama tertahan.


Guncangan mereka terasa di seluruh dunia. Satelit-satelit mata-mata merekam siluet tak terlukiskan yang bangkit dari Kutub Selatan, berjalan menyeberangi es dan lautan dengan keheningan yang lebih mengerikan dari perang mana pun. Dalam sekejap, permusuhan antar manusia menjadi kecil, hampir memalukan.


Gencatan senjata diputuskan—bukan karena kemenangan, bukan karena lelah, tetapi karena munculnya ancaman yang jauh melampaui perhitungan ideologi dan batas negara. Jepang, Amerika, Tiongkok, dan bahkan musuh-musuh bebuyutan kini berdiri di garis depan yang sama: umat manusia melawan yang lain.


Asia Timur berubah wajahnya. Di bawah bayang-bayang samurai merah dan raksasa tak dikenal dari dunia purba, dunia memasuki era baru—bukan hanya penuh ketegangan dan harapan yang rapuh, tetapi juga rasa gentar yang belum pernah dikenal sejarah manusia. Janji perdamaian kini bukan sekadar kesepakatan antar bangsa, melainkan sumpah bersama untuk bertahan hidup menghadapi entitas yang tak bisa dikalahkan dengan ideologi, senjata, atau doa.

Di ruang kerja yang sederhana tapi dipenuhi peta, data, dan layar holografik, Issumboshi duduk mengamati laporan terbaru tentang pergerakan kaiju di berbagai belahan dunia. Tubuhnya kini menjulang tinggi—lebih dari 70 meter, paling besar di antara anggota UNGF.

Namun, perjalanan Issumboshi tidaklah biasa.

---

Sejak lahir, Issumboshi bukan remaja biasa. Ia terlahir sangat mungil—seukuran ibu jari manusia dewasa. Tubuhnya kecil, rapuh, dan sering kali tak terlihat oleh orang lain. Keluarganya prihatin, tapi tak ada yang bisa menjelaskan anomali ini.

Suatu hari, saat masih berusia delapan tahun, Issumboshi tersesat di hutan dekat desanya. Di sana, ia bertemu dengan seorang nenek misterius yang dikenal sebagai penyihir. Sang nenek memberinya sebuah apel merah yang berkilau—buah ajaib.

Dengan rasa penasaran dan sedikit iseng, Issumboshi menggigit apel itu.

---

Transformasi Ajaib

Dalam hitungan detik, tubuh mungilnya mulai membesar. Awalnya menjadi setinggi satu meter, lalu bertambah dua, lima, dan terus meningkat hingga mencapai 20 meter saat remaja.



---


Nenek sihir itu sebenarnya adalah Nyerlathothep, dewi penipu yang entah bagaimana terdampar atau memilih tinggal di Bumi—di dunia yang disebut Terra Infinita. 

Motifnya tak jelas. Ada yang bilang ia mengamati manusia, ada pula yang percaya ia bermain-main dengan takdir.

---


Setelah tumbuh besar, Issumboshi tidak lari dari tanggung jawab. Ia sadar kekuatannya bisa jadi senjata sekaligus pelindung umat manusia.

PBB mendekatinya dan menawarkan posisi sebagai direktur sekaligus anggota kelompok pembasmi kaiju—United Nations Giant Force (UNGF).

Untuk menghadapi ancaman kaiju yang semakin besar dan kuat, Issumboshi menjalani eksperimen lanjutan yang memperbesar tubuhnya hingga mencapai 70 meter.

Kini, Issumboshi memimpin sekaligus bertarung bersama anggota lain. Ukurannya yang paling besar membuatnya menjadi benteng sekaligus ujung tombak dalam pertempuran melawan kaiju.

XXX

Langit berwarna baja kelabu. Sirene meraung di kejauhan. Di tengah landasan pendaratan yang dipenuhi asap dan bau logam panas, lima remaja berdiri—masih mengenakan baju tempur prototipe berlapis pelindung bio-logam, tubuh mereka belum sepenuhnya kembali ke ukuran normal setelah sesi pengaktifan CGF-3 tadi pagi. Mereka adalah bagian dari pasukan khusus bentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa: UNGF-0, unit pembasmi kaiju pertama yang menggunakan manusia yang diperbesar secara biologis menjadi senjata hidup.

Tian Yao, bocah laki-laki 16 tahun dari Tiongkok bagian utara, berdiri dengan tangan terkepal, matanya tak lepas dari Issumboshi, rekan setimnya yang baru kembali dari misi solo. Tubuh Issumboshi masih mengeluarkan asap tipis—sisa energi setelah kembali dari ukuran 70 meter ke bentuk awalnya yang 20 meter. Sedangkan yang lain kembali ke ukuran manusia normal. Issumboshi semakin terlihat seperti raksasa dibandingkan temannya saat mereka tak menggunakan kekuatan.

“Lagipula, kita tak tahu dia sebenarnya berpihak pada siapa,” gumam Tian Yao pelan, tapi cukup keras untuk didengar.

Issumboshi menoleh, senyumnya datar, seperti biasa. “Aku tak bisa memilih di mana aku dilahirkan, Tian.”

Tian menyeringai. “Tidak, tapi kau bisa memilih untuk tak menjadi boneka PBB—atau lebih buruk lagi, pewaris penjajah.”

Mereka semua mendengar nada getir di balik ucapannya. Tak ada yang menyela, tapi udara mengeras. Tian adalah anak dari keluarga korban Perang Tiongkok-Jepang, kakeknya dibunuh dalam insiden Nanjing. Kebenciannya seperti ukiran di batu. Baginya, tak ada bedanya antara kaiju dan tentara Kekaisaran Jepang. Sama-sama makhluk yang datang untuk membakar dan menghancurkan.

Sementara itu, tiga rekan lain berdiri agak berjauhan:

Jessica dari California, rambut pirang terikat kencang, mantan atlet militer muda yang dipilih karena ketahanan fisiknya. Dia memandang pertikaian itu dengan dingin.

Di sampingnya, Sari, gadis Indonesia dari Surakarta, masih mengenakan kalung bermotif bunga melati. Matanya tak bisa menyembunyikan kecemasan. Ia sering bicara soal kampung halamannya yang kini berada di zona merah kaiju, tapi ia juga curiga pada semua rekan di sini—karena semua negara punya agenda.

Terakhir, Nadya, gadis Rusia berambut merah tembaga, berdiri diam seperti patung. Ia tidak banyak bicara, tapi laporan intel menyebutkan keluarganya adalah bagian dari program eksperimen bio-manusia Soviet, sebelum diserahkan ke UNGF sebagai "bukti kerja sama".

"Kaiju tidak muncul tiba-tiba," kata Nadya tiba-tiba, nadanya pelan namun menggetarkan. "Mereka muncul setelah CGF-3 diuji coba pertama kali di lokasi bawah tanah di Kazakhstan. Kalian pikir itu kebetulan?"

“Jadi kau menuduh Soviet menciptakan kaiju?” Jessica menyipitkan mata.

Nadya mengangkat bahu. “Aku bilang teknologi ini tidak datang tanpa harga. Dan tak ada negara yang bersih.”

Sari menoleh ke Tian dan Issumboshi. “Bahkan kalau kita berhasil membunuh semua kaiju… kita masih punya musuh yang lebih besar.”

Tian mengangguk, tapi matanya tetap pada Issumboshi.

“Seperti kenangan,” gumamnya lirih.

Issumboshi, tanpa berkata apa-apa lagi, melangkah pergi. Tapi sebelum menghilang ke dalam hanggar, ia berucap, suaranya nyaris tersapu angin:
“Aku tidak datang untuk menebus dosa Jepang. Aku datang untuk memastikan tak ada anak lain yang harus melihat kota mereka terbakar, seperti kita semua.”

Angin laut berembus lembab, menyapu dermaga pangkalan rahasia UNGF. Sari duduk sendiri di ujung anjungan observasi, kakinya menggantung, matanya menerawang ke cakrawala yang samar—laut tak bertepi tempat kaiju terakhir muncul dua minggu lalu. Suaranya masih bergema di telinganya: gemuruh langkah, jeritan, dan teriakan panik melalui radio komunikasi.

Langkah kaki mendekat dari belakang. Sari tak menoleh. Dia tahu siapa itu dari bayangannya—langkah ringan, berirama, khas si pendekar dari negeri matahari terbit.

“Issumboshi…” gumamnya tanpa emosi.

Pemuda Jepang itu berhenti beberapa meter darinya. Ia tak bicara, hanya berdiri. Mungkin berharap Sari memulai obrolan. Tapi gadis Surakarta itu menahan napas. Ia tak ingin mengakui bahwa kehadirannya membuat jantungnya berdebar—bukan karena ketertarikan, tapi karena amarah yang telah lama tertanam, diwariskan melalui cerita, luka, dan air mata.

“Waktu kecil,” Sari mulai, suaranya pelan, “ayahku cerita bagaimana tentara Jepang masuk ke sekitar Keraton Surakarta. Membakar lumbung, memperkosa wanita, mengikat orang di pohon dan membiarkannya kelaparan.”

Issumboshi menunduk.

“Setiap malam Jumat, ayahku bacakan doa untuk rakyat yang dibunuh. Dan setiap kali dia menyebut nama Jepang, selalu ada benci di suaranya.”

“Dan sekarang aku harus bekerja sama dengan cucu penjajah,” lanjut Sari, suaranya mulai bergetar. “Kau pikir aku bisa begitu saja melupakan semua itu?”

Issumboshi tampak ingin berkata sesuatu, tapi tak ada kata yang keluar. Ia tahu—tidak ada jawaban yang cukup.

Lalu suara langkah berat menyela keheningan. Nadya mendekat dengan kantung darah protein di tangannya, hasil dari sesi pemulihan pasca-pembesaran tubuh mereka. Sari langsung tegang. Matanya menyipit.

“Sudah waktunya makan. Dr. Braun bilang kita harus jaga asupan,” ujar Nadya singkat, meletakkan kantung itu di sebelahnya.

Sari menatapnya tajam, nyaris tak berkedip.

“Kenapa kau selalu tahu waktu makan kita, Nadya?” tanyanya datar.

Nadya mengangkat alis, tak menjawab langsung.

“Apa kau kirim laporan ke Moskow setiap malam?” Sari melanjutkan, “Apa kau tahu berapa banyak keluargaku yang hilang waktu G30S meledak? Ayahku tentara. Banyak temannya dibunuh. Ibuku ketakutan setengah mati. Dan semua yang kami tahu—yang disebut-sebut sebagai dalangnya, adalah ‘orang-orangmu’.”

Wajah Nadya tetap tenang, tapi matanya meredup.

“Aku bahkan belum lahir saat itu,” katanya pelan.

“Begitu juga aku, dan Issumboshi,” timpal Sari cepat. “Tapi luka itu masih berdarah. Jangan kira aku bisa percaya begitu saja pada kalian hanya karena kita di pangkalan yang sama.”

Suasana jadi dingin. Tak ada suara selain ombak memecah karang.

Lalu, Sari berdiri, mengambil kantung protein itu.

“Aku akan tetap bertarung dengan kalian. Karena kaiju tidak peduli bendera. Tapi jangan harap aku memanggil kalian teman.”

Ia berjalan pergi, meninggalkan Issumboshi dan Nadya dalam diam. Tak ada kata perpisahan.

Di matanya, mereka semua masih musuh yang ditunda.

Langit mendung menggantung seperti ancaman. Di kejauhan, cakrawala Laut Pasifik terlihat kelabu, seolah murka menyambut hari itu.

Di tengah perairan Tokyo Bay, lima sosok raksasa berdiri—tinggi menjulang antara 52 hingga 70 meter. Mereka bukan kaiju. Mereka adalah manusia—remaja dari lima negara besar—yang tubuhnya diperbesar menggunakan teknologi CGF-3, menjadikan mereka senjata hidup milik PBB.

Pangkalan Kendali UNGF di kapal induk U.N.S. Horizon memantau setiap gerakan mereka.

 "Unit-01 hingga Unit-05, aktivasi penuh berhasil. Koneksi saraf 100%. Sinyal stabil. Mulai uji lapangan tahap dua: simulasi serangan kaiju kelas Delta. Target akan muncul dari bawah laut dalam 15 detik. Siapkan formasi defensif!"

Sebuah sirene meraung. Dari bawah laut, bentuk hitam raksasa naik perlahan—simulasi kaiju, ciptaan laboratorium PBB, dengan kulit sintetis dan sistem penyerangan otomatis. Mereka menyebutnya “Phantom-Taurus.”

Issumboshi (Unit-02), dalam ukuran 40 meter, maju lebih dulu. Tubuhnya dibalut zirah bio-organik yang menyatu dengan tulangnya. Gerakannya lincah, penuh presisi. Ia mengangkat pedang raksasa dari punggungnya, posisi kuda-kuda seolah mengalir seperti samurai klasik.

Tian Yao (Unit-01) menahan diri, diam di tempat, meskipun layar di helmnya berkedip merah.

 "Unit-01, responmu lambat!"

Tian mengertakkan gigi. Di monitor internal, wajah Issumboshi muncul—tenang, fokus, bersih dari emosi. Semakin ia melihatnya, semakin dadanya panas.

"Dia selalu ingin jadi pahlawan," gumamnya. “Biar saja dia yang kena duluan.”

Di sisi kanan formasi, Sari (Unit-03) berusaha mengatur napasnya. Meskipun baru sebulan menggunakan CGF-3 secara aktif, efek sampingnya sudah mulai terasa—mimisan, mimpi buruk, dan rasa kehilangan keseimbangan waktu kembali ke ukuran manusia.

Namun hari ini pikirannya tidak hanya soal kaiju. Ia masih menyimpan kecurigaan terhadap dua rekan di sampingnya.

Nadya (Unit-04) berdiri tegap, wajahnya datar seperti topeng. Dan di belakang, Jessica (Unit-05) memutar bahunya dan mengaktifkan senjata artileri bio-listrik yang tertanam di lengannya.

 "Mulai serangan serempak dalam 3… 2… 1…!"

Phantom-Taurus mengaum dan menghantam air, menciptakan gelombang setinggi bangunan lima lantai. Issumboshi melompat, pedangnya menyambar ke arah leher makhluk itu. Sari menyusul dari kanan, memutar dan menendang lutut belakang monster itu hingga terdengar bunyi retakan keras.

“Formasi Omega!” seru Jessica.

Namun sesuatu terjadi. Nadya, yang seharusnya menyerang dari sisi kiri, bergerak terlambat. Phantom-Taurus mengayunkan ekornya—dan menghantam dada Sari dengan keras.

Sari terpental, membentur air keras seperti beton, dan tenggelam.

 "UNIT-03 DOWN! SARI KELUAR DARI PERTEMPURAN!"

Di kokpit internal yang penuh getaran dan bunyi alarm, Sari berteriak, tapi bukan karena sakit.

“Nadya! Kau lihat aku di jalur itu, kenapa kau diam?!”

Nadya tak menjawab di saluran umum.

Issumboshi dan Tian Yao melanjutkan pertarungan—meskipun masih ada jeda ketegangan antara mereka. Issumboshi menyerang cepat, Tian mengikuti dengan serangan penuh tenaga yang mematahkan kaki Phantom-Taurus.

Jessica melepaskan tembakan plasma langsung ke pusat saraf monster itu.

Dalam tiga menit, simulasi dihentikan. Phantom-Taurus hancur. Tapi suasana tetap tegang.

Di ruang pemulihan, Sari duduk sambil dibalut perban. Tatapannya kosong. Issumboshi meliriknya, tapi tak mendekat. Tian Yao juga hanya lewat tanpa bicara.

Lalu Nadya datang, tanpa ekspresi bersalah.

“Aku terganggu sinyal. Ada interferensi sonar dari kapal riset Rusia di selatan.” Katanya datar, tak ada nada penyesalan.

Sari menatap lurus ke matanya.

“Atau mungkin kau cuma ingin aku mati.”

---

[Catatan Komando UNGF - Rahasia Tingkat Tinggi]
Tanggal: 24 Oktober 1975
Evaluasi Uji Lapangan: Tokyo Bay

Catatan: Ketegangan antar anggota tim meningkat. Disarankan intervensi psikologis segera. Risiko friksi nasional makin tinggi. Jika terus berlanjut, misi Goliath Initiative dapat gagal bukan karena kaiju, tapi karena manusia sendiri.

XXX

Flashback – 6 Bulan Sebelumnya, California

Jessica Monroe adalah Letnan Dua dalam divisi infanteri udara eksperimental milik Angkatan Darat AS. Dia bukan manusia biasa dia adalah Hellix sekaligus Demigod Titisan Thurd, putri Thor dewa petir Nordik yang memiliki kekuatan luar biasa  

Thudr, sang Dewi Valkyrie, adalah putri Dewa Petir Nordik yang berdarah setengah dewa Aesir dari ayahnya  dan setengah Valkyrie dari ibunya. Kini, Thudr naik tahta menjadi Ratu bangsa Aesir dan Valkyrie sebagai satu-satunya anak Dewa Petir. Dia dijuluki sebagai Ratu Aesir, Dewi Kekuatan, Dewi Petir, dan Dewi Valhalla. Selain menjadi pemimpin Valkyrie yang melayani para ksatria yang mati sebagai Einherjar, tugasnya sebelumnya adalah menjaga dunia manusia. Setelah ayahnya, sang Raja para Dewa, meninggal di tangan Jörmungandr setelah Ragnarok, Thudr naik tahta sebagai penguasa Asgard, dan tak ada yang lebih cocok untuk tugas itu selain gadis Viking berotot, tomboy, cantik, keras, dengan aura pejuang yang kuat. 

Kedua pamannya, Heimdall, sang peniup terompet Aesir, dan Baldur, dewa yang tak bisa mati karena memakan apel Dewi Idunn, adalah penasihat-penasihatnya sebagai Ratu Dewi Valkyrie kerajaan Aesir. 


Di usianya yang ke-19,  Jessica Monroe  sebagai titisan Thurd  telah dipercaya  memimpin dua operasi penyelamatan pasukan dari reruntuhan akibat serangan kaiju di pantai barat. Ia melamar secara sukarela ke proyek CGF-3 karena percaya: jika dunia memerlukan "raksasa" untuk bertarung, maka ia bersedia menjadi satu.

Namun eksperimen itu gagal. Dan saat ia bangun di ruang isolasi, ia melihat tangannya lebih kecil, suaranya lebih ringan, tubuhnya kembali seperti anak SMP.

“Kalian menyusutkanku menjadi maskot!” teriaknya waktu itu.

Tapi yang lebih menyakitkan adalah cara orang-orang mulai memperlakukannya. Seolah ia hanya gadis kecil berbakat yang kebetulan berada di program elite.

Kembali ke Masa Kini – Ruang Latihan

Jessica berjalan masuk ke ruang pelatihan tempur. Tian dan Issumboshi sedang berlatih sparring, tapi terlihat tidak fokus. Issumboshi menahan diri, Tian terlalu keras. Lalu terdengar suara dentuman—mereka salah langkah dan salah satu dinding ruang latihan retak.

“SERIOUSLY?!” teriak Jessica.

Semua menoleh.

Jessica memelototi keduanya, meski tubuhnya hanya setinggi dada mereka. Tapi auranya seperti sersan perang.

“Kalian pikir ini taman bermain? Kalian pikir kita bisa asal hantam saja dan berharap kaiju mati sendiri?!”

Issumboshi menunduk sedikit. Tian hanya mengangkat bahu.

 “Itu latihan, bukan operasi nyata.”

Jessica maju dan menghantam dada Tian—tak keras, tapi cukup untuk menunjukkan niat.

 “Kecerobohan kalian di Teluk Tokyo hampir membunuh Sari! Dan kalau kita bertemu kaiju yang bisa bicara lagi, kalian akan sibuk saling pandang atau mulai perang dunia ketiga di tengah laut?!”

Tian hendak membalas, tapi Jessica menatapnya tajam.

“Aku mungkin terlihat seperti anak kecil, tapi aku satu-satunya yang pernah bertarung melawan kaiju dengan tanganku sendiri tanpa baju tempur! Aku sudah kehilangan seluruh regu di San Diego. Dan aku tidak akan kehilangan satu pun dari kalian cuma karena ego atau sejarah berdarah!”

Hening.

Sari yang baru masuk ke ruangan menatap Jessica dengan sedikit rasa hormat baru. Nadya bahkan mengangguk pelan.

Issumboshi mendekat, lalu menunduk sedikit.

 “Maaf.”

Tian tak menjawab, tapi ia melangkah keluar dari ruangan dengan kepala tertunduk.

Jessica menghela napas. Di dalam tubuh mungil ini, denyut tanggung jawabnya menggelegak seperti bom waktu.

 “Kau bukan anak-anak…” bisik Sari. “Tapi kau juga bukan monster, seperti yang mereka coba jadikan kita.”

Jessica menoleh.

“Aku bukan alat. Aku tentara. Dan aku akan pastikan, kita semua pulang hidup-hidup.”

---

Catatan Internal PBB – Psikologi Lapangan

Subjek: Monroe, Jessica – UNGF Unit-05

Usia biologis saat ini: 14 tahun
Usia mental saat perekrutan: 19 tahun
Kecenderungan: Pemimpin alami, tinggi rasa tanggung jawab.
Risiko: Tekanan emosional tinggi. Reaksi marah terhadap perlakuan tidak setara.
Catatan tambahan: Satu-satunya anggota yang secara aktif memilih menjadi raksasa demi tujuan kolektif, bukan karena agenda nasional.

Lokasi: Asrama Khusus UNGF-0, Sayap Timur – Pangkalan Samudra Pasifik

Sari duduk bersila di balkon asramanya, mengenakan kaos latihan UNGF yang ia sulap menjadi lebih anggun dengan selendang batik sutra halus di bahunya. Di tangannya, sebuah buku catatan kulit tua bertuliskan huruf Jawa Hanacaraka. Ia menulis dengan pena khusus miliknya sendiri—tinta hitam, garis rapi, penuh ketelitian.

Meski sekarang ia adalah bagian dari proyek militer paling rahasia dunia, Sari tetap menyimpan jejak asal-usulnya: cucu dari seorang bangsawan *Pakubuwanan VIII*, keluarga garis samping Kasunanan Surakarta yang dahulu hidup dalam tembok kraton, dikelilingi gamelan, tembang, dan tata krama yang diwariskan turun-temurun.

Ia dilatih menari sejak usia lima tahun, membaca naskah kuno, mempelajari filosofi Jawa—ngèlmu, subasita, unggah-ungguh. Tapi dunia telah berubah. Istana yang dulu disegani kini sekadar simbol. Dan Sari, sebagai salah satu pewarisnya, memilih jalan berbeda.

Flashback – 1 Tahun Lalu, Surakarta

Sore itu, di pendapa Kraton Surakarta, ia berlutut di depan ayahnya—Raden Mas Arya Dipayuda, seorang pria tua berwibawa dengan keris pusaka terselip di pinggangnya.

“Kau akan pergi ke luar negeri?” tanya sang ayah, alisnya mengernyit.

“Saya ingin mendaftar ke program Goliath, Ayahanda. Negara kita butuh perwakilan. Indonesia butuh suara di antara kekuatan dunia.”

“Lalu bagaimana dengan kehormatan keluarga?”
“Justru itulah alasannya. Darah biru bukan hanya untuk dihormati… tapi untuk digunakan melindungi mereka yang tak punya kuasa.”

Sang ayah menatapnya lama. Lalu berkata, pelan tapi tajam:

“Jangan pernah lupakan asalmu, Sari. Tapi juga jangan meremehkan dunia di luar tembok ini. Mereka tidak bermain dengan aturan yang sama.”

---

Kembali ke Masa Kini – Pangkalan UNGF

Sari bangkit dari duduknya saat alarm latihan berbunyi. Di lorong, ia berpapasan dengan Jessica.

“Masih pakai selendang?” tanya Jessica dengan nada sinis, tapi bukan tanpa rasa kagum.

Sari tersenyum lembut, anggun seperti seorang putri, namun tajam layaknya pemimpin.

“Kalau aku harus bertarung sebagai raksasa, setidaknya biarkan aku tetap terlihat seperti manusia.”

Jessica mendengus dan berjalan pergi, tapi senyumnya sedikit melebar.

---

Di Ruang Briefing

Sari duduk tegak, tangan dilipat di pangkuan, bahkan ketika yang lain malas-malasan. Di dalam tim, dia dikenal perfeksionis. Nilai strateginya tertinggi kedua setelah Nadya. Ia bisa membaca peta, merancang formasi, dan mengeksekusi rencana dengan presisi nyaris militer—meski ia tidak pernah benar-benar menjalani pendidikan tentara.

Issumboshi pernah bertanya, “Kau seperti dilatih untuk memimpin, tapi bukan oleh militer. Siapa gurumu?”

Sari hanya menjawab, “Almari tua, naskah kuno, dan emban yang tak pernah tertidur.”

Namun, di balik sikap aristokrat dan kehormatan Jawa yang halus itu, Sari menyimpan rasa ingin tahu yang besar terhadap kehidupan sederhana.

Ia suka mengintip dapur pangkalan, bertanya pada juru masak dari India atau Filipina, mencicipi makanan rakyat jelata. Ia sering bertanya pada petugas teknisi tentang mesin-mesin raksasa, dan suka mencatat segala hal kecil—dari cara pilot Rusia bersiul hingga rutinitas mandi Tian Yao.

---

Catatan Harian Sari – 28 Oktober 1965

"Issumboshi terlihat menajamkan pedangnya lagi. Ada kesedihan di matanya hari ini. Mungkin dia memikirkan rumahnya yang entah sudah hancur atau belum.
Nadya bicara pada bayangan di jendela. Atau mungkin itu pantulan dirinya sendiri.
Jessica masih marah. Tapi aku tahu, di balik kemarahannya, ada trauma tentang tubuhnya sendiri yang ia belum bisa terima.
Tian... aku melihat cara dia melihatku kadang seperti orang asing, kadang seperti musuh. Tapi aku tahu dia takut. Dan kadang, yang paling keras bicara, justru yang paling takut bicara jujur."

---

Catatan Psikolog UNGF: Sari Kusumawardhani – Unit-03

Latar: Bangsawan Kasunanan Surakarta
Sifat: Anggun, perfeksionis, penuh rasa ingin tahu
Resiko: Konflik internal karena standar tinggi pada diri sendiri dan orang lain. Cenderung menyimpan luka batin sendiri.
Keunggulan: Pemimpin alami dalam krisis, cepat tanggap, peka terhadap dinamika emosi rekan. Kemampuan observasi luar biasa.
Catatan tambahan: Meskipun darah bangsawan, ia justru terpesona oleh kehidupan rakyat kecil. Ini bisa menjadi jembatan moral antara ideologi UNGF dan kepentingan manusia sipil biasa.

Lokasi: Dapur Darurat Pangkalan UNGF, Pagi Hari

Aroma aneh memenuhi ruangan—campuran antara miso fermentasi, kelapa panggang, dan… keju biru? Jessica masuk ke dapur dengan alis bertaut, mengenakan hoodie kelabu yang kedodoran.

“Tolong, jangan bilang kau masak lagi, Issumboshi.”

Di hadapannya, pemuda Jepang itu berdiri dengan ceria, mengenakan apron kuning bermotif ikan koi, wajahnya penuh semangat. Di tangan kanannya, panci besar menguap pelan, berisi bubur berwarna… ungu.

 “Sarapan eksperimen hari ini: bubur talas miso keju biru! Penuh protein, cocok untuk regenerasi sel pasca-CGF!”

Jessica mundur setengah langkah. “Itu… bau seperti lem.”

 “Itu baunya. Rasanya beda!” kata Issumboshi riang. “Kau harus coba dulu sebelum menilai.”

Sari masuk tak lama kemudian, mengenakan selendang batiknya. Ia langsung menutup hidung dengan sapu tangan bordir.

“Astaga, ini dapur atau laboratorium senjata kimia?”

---
Si Anak Matahari

Issumboshi memang seperti bola cahaya yang bergerak—tenang, ramah, dan selalu menyapa siapa pun dengan senyum. Tak peduli Tian Yao mendiamkannya, Jessica menyindir, atau Nadya membisu seperti patung batu, dia tetap bersikap hangat.

Dia adalah semacam jantung tak resmi dari tim UNGF. Setiap pagi, ia bangun lebih dulu, menyapu lorong, membersihkan kamar mandi bersama staf sipil, dan menyusun kotak bekal untuk misi—meskipun isinya kadang… menantang.

Bahkan ketika ia selesai mengaktifkan CGF-3 dan menjadi raksasa setinggi gedung pencakar langit, tabiat lembutnya tak hilang. Pernah dalam misi penghancuran kaiju di Filipina, dia satu-satunya yang berhenti sejenak… untuk menolong seekor anjing kampung keluar dari reruntuhan.

---

Reaksi Tim Terhadap Masakan Issumboshi

Jessica: “Kalau kau masak lagi, aku akan lempar kantung protein ke laut.”
Sari: (halus, tapi tegas) “Boleh aku bantu menu besok? Mungkin dengan pendekatan kebudayaan lokal?”
Tian Yao: (biasanya diam, tapi pernah berkata) “Masakanmu bisa jadi senjata anti-kaiju. Harusnya diuji di laboratorium.”
Nadya: Pernah memakan sup buatan Issumboshi dengan wajah datar, lalu berkata, “Aku tidak bisa merasakan apa-apa selama tiga jam.”

Namun, tidak ada yang bisa menyangkal: rumah jadi terasa sedikit lebih hangat kalau Issumboshi ada. Di tengah konflik, ketegangan, dan sejarah kelam masing-masing anggota, kehadirannya adalah semacam penyeimbang tak kasat mata. Ia tidak mencoba mendamaikan semua orang secara aktif, tapi senyum dan ketulusannya—yang nyaris kekanak-kanakan—membuat semua orang sedikit lebih... manusia.

---

Catatan Harian Sari – 31 Oktober 1965

 “Issumboshi memasak ‘kari pisang asin’ hari ini. Tian hampir muntah. Tapi entah kenapa, aku merasa hangat melihat dia tetap mencuci piring dan meminta maaf dengan tulus.
Dunia kita penuh kebencian. Tapi dia memilih untuk menyinari, bukan membakar.
Kadang, aku iri padanya. Ia bisa lembut tanpa menjadi lemah.”

---

Catatan Psikologi UNGF – Issumboshi, Hiroto – Unit-02

Kepribadian: Tenang, ceria, penuh empati. Ahli dalam keterampilan rumah tangga.
Kekuatan tempur: Tinggi, gaya bertarung berbasis presisi, tidak agresif secara default.
Catatan tambahan: Sumber stabilitas emosional tim. Cenderung menyembunyikan luka batin di balik sikap ceria.
Risiko Kepeduliannya membuatnya terlalu banyak menanggung beban diam-diam.

---

Di Malam Hari

Setelah latihan dan perdebatan panjang soal misi, seluruh tim duduk bersama di ruang rekreasi. Issumboshi menyajikan teh bunga krisan yang tidak beracun—untuk sekali ini.

Mereka semua meminumnya.

Dan untuk pertama kalinya dalam berminggu-minggu… mereka tertawa bersama.


Bab: Di Balik Es, Ada Api

Lokasi: Perpustakaan UNGF, Malam Hari

Tian Yao duduk di pojok ruangan, dikelilingi tumpukan buku tebal tentang teori medan kuantum dan psikologi manusia. Ia mengenakan kacamata bundar yang agak besar untuk wajahnya yang kecil, serta jaket lab berwarna gelap yang selalu ia kenakan meski udara hangat.

Matanya terpaku pada sebuah novel drama percintaan klasik dari Tiongkok kuno, tapi tangannya gemetar.

---

Bagi banyak orang, Tian Yao adalah misteri berjalan. Tatapan dinginnya, sikapnya yang tenang dan terukur, serta keheningan yang sering mengitari dirinya membuat banyak anggota tim menjauh. Apalagi, Tian selalu memendam kebencian yang dalam terhadap Jepang—bukan karena ia benci orangnya, tapi karena luka sejarah yang ditimbulkan negaranya selama Perang Dunia Kedua.

Issumboshi, meski selalu berusaha bersikap ramah, sering mendapat balasan dingin darinya. Jessica pernah mengatakan, “Dia seperti es yang sulit dilelehkan, tapi aku yakin di dalamnya ada bara.”

---

Sisi Lain Tian Yao

Apa yang tidak banyak orang tahu: Tian adalah anak yang polos dan lugu soal cinta. Semua ilmunya tentang cinta berasal dari buku-buku roman dan drama yang ia baca diam-diam saat rehat.

Suatu kali, saat latihan berpasangan, Tian berpapasan dengan Sari di lorong sempit. Ia merasa jantungnya berdetak lebih cepat, tapi bingung bagaimana harus bertindak.

---

Flashback: Momen Canggung

Sari berhenti, tersenyum ramah.

“Tian, kau baik-baik saja?”

Tian hanya bisa membalas dengan suara serak, “Ah… iya… hanya terkejut.”

Dalam kepanikannya, ia malah menyenggol bahu Sari terlalu keras, membuatnya hampir tersandung.

 “Maaf, aku… tidak bermaksud,” ujarnya terbata-bata.

Sari tertawa kecil, tapi Tian sudah berubah menjadi merah padam, lalu buru-buru meninggalkan tempat itu.

---

Kepintaran Tian memang luar biasa. Dia bisa memecahkan masalah rumit dalam hitungan menit, menguasai berbagai bidang mulai fisika partikel hingga linguistik. Namun, soal cinta, dia benar-benar “terlambat berkembang”.

“Cinta itu seperti persamaan kuadrat yang tak pernah bisa kupecahkan,” gumamnya suatu malam.

Dalam catatan pribadinya, Tian menulis:

"Setiap kali aku dekat dengan seseorang, aku merasa seperti berada dalam teori chaos. Reaksi tidak terduga, ketidakpastian… dan aku tidak tahu harus berbuat apa."

---

Catatan Psikologi UNGF – Tian Yao, Unit-04

Kepribadian: Dingin, pendiam, sangat analitis.
IQ: 200, jenius luar biasa.
Kelemahan: Kurang pengalaman sosial, sangat canggung dalam hubungan interpersonal dan percintaan.
Risiko: Stres emosional tinggi bila menghadapi konflik interpersonal.
Potensi: Pengendalian diri luar biasa dalam situasi bertekanan tinggi.

---


Saat tim berkumpul untuk briefing, Tian duduk agak terpisah. Namun malam itu, setelah semua selesai, ia mendekati Jessica yang sedang memperbaiki peralatan.

“Jessica,” suaranya pelan tapi tegas. “Aku… ingin belajar bagaimana caramu mengendalikan emosi.”

Jessica menoleh, terkejut.

“Kau serius?”

 “Iya. Aku… tidak paham bagaimana harus berinteraksi dengan orang. Aku ingin berubah.”

Jessica tersenyum kecil, “Kau tak sendiri. Kita semua berjuang.”


Di balik sikap dingin dan rasa benci yang melekat, Tian Yao adalah remaja yang mencoba memahami dunia dan perasaan manusia di sekitarnya—perlahan tapi pasti membuka hatinya, satu langkah canggung demi satu langkah.

Latihan Bersama

Mereka mulai berlatih dalam formasi, menghadapi target simulasi yang terus bergerak liar—monstrum mekanis setinggi dua puluh meter yang dirancang menyerupai kaiju.

Nadya memimpin tembakan dari jauh, menghancurkan lengan robot.

Issumboshi menyambar bagian kaki robot dengan tebasan pedangnya, melumpuhkan pergerakan.

Sari melompat dan menusuk leher robot dengan kerisnya, mengganggu pusat kendali.

Jessica mengeluarkan tembakan meriam tangan, meledakkan bagian dada robot.

Tian mengayunkan guandao, membelah dan menjatuhkan kepala robot.


Setelah simulasi usai, mereka berkumpul, napas masih terengah, tubuh berkeringat.

Jessica memandang Tian dengan kagum, “Kau benar-benar jago mengendalikan senjata berat itu. Aku tak menyangka.”

Tian menunduk pelan, “Semua ini soal teknik dan perhitungan.”

Sari tersenyum pada Issumboshi, “Gerakanmu mengingatkanku pada tarian pusaka di kraton. Anggun sekali.”

Issumboshi membalas dengan senyum lembut, “Kau juga… seperti bunga keris yang menari di angin.”

Nadya tertawa kecil, “Kita memang tim aneh, ya? Tapi aku suka.”

Jessica mengangkat tinju kecilnya, “Ayo, kita buat dunia tahu bahwa lima remaja ini adalah senjata paling mematikan!”

---

Catatan Psikologi Tim UNGF

Kombinasi senjata tradisional dan teknologi tinggi mencerminkan perpaduan budaya dan era.
Latihan ini memperkuat koordinasi dan kepercayaan antar anggota, meski konflik personal belum sepenuhnya hilang.
Setiap senjata juga berfungsi sebagai ekstensi dari jiwa pemiliknya—dengan kekuatan dan kelemahan masing-masing.


XXX

Dunia yang kita tinggali saat ini hanyalah salah satu dari sekian banyak peradaban. Secara harfiah, "Terra Infinita" berarti "Bumi yang Tak Terbatas" atau "Dunia yang Tak Terbatas" dalam bahasa Latin. Konsep ini menantang pemahaman konvensional tentang geografi dan mendorong imajinasi tentang kemungkinan dunia lain yang belum dijelajahi.

Peta Terra Infinita ini memperlihatkan bahwa manusia tidak sendirian di bumi. Peradaban-peradaban tersebut sebenarnya tidak jauh terpisah dari daratan bumi yang kita kenal, masih sama-sama berupa daratan, namun terhalang oleh dinding es raksasa dan kubah langit yang sulit ditembus oleh manusia.

Menurut peta Terra Infinita, seluruh benua di bumi yang diketahui dikelilingi oleh tembok es bernama Dinding Antartika. Konsep Terra Infinita sering dikaitkan dengan teori bahwa ada daratan luas di luar Antartika, yang tersembunyi oleh tembok es yang tinggi dan tidak dapat diakses oleh manusia.

Konsep ini menggambarkan dunia yang tidak terbatas, dengan nama-nama tempat yang tidak dikenal seperti Asgard, Aeria, dan Eridania. Terra Infinita juga sering muncul dalam teori konspirasi yang menyatakan bahwa ada informasi yang disembunyikan tentang dunia yang sebenarnya, dan bahwa dunia kita hanyalah sebagian kecil dari alam semesta yang lebih luas.

Di sebuah sudut kamar kecil yang remang-remang, Tian Yao duduk melingkar bersama tiga sahabatnya. Cahaya lilin bergetar pelan, menambah kesan rahasia pada pembicaraan mereka. Matanya menatap tajam ke arah teman-temannya, suara Tian Yao pelan tapi penuh keyakinan.

“Kalian tahu, tiap dunia yang kita kenal, seperti dunia manusia yang kita sebut benua ini, sebenarnya dipisahkan oleh sebuah kubah raksasa. Kubah ini bukan sekadar batas biasa,” ucap Tian Yao dengan suara berbisik. “Kubahlah yang menjaga dunia-dunia itu agar tetap terpisah, tapi bukan berarti mustahil untuk melewatinya.”

Teman-temannya saling bertukar pandang, rasa penasaran mulai menguasai ruangan.

“Tapi, hanya bangsa penjajah yang bisa menembus kubah itu,” Tian Yao melanjutkan, “Mereka punya jalur rahasia lewat air — sungai atau lautan tertentu yang mengarah ke portal dunia lain. Namun, jalur itu hanya terbuka di waktu-waktu khusus dan penuh bahaya. Siapa pun yang nekat melewati portal itu, bisa menghilang tanpa jejak... bahkan tubuhnya bisa lenyap begitu saja.”

Seorang temannya menahan napas, “Kenapa hanya bangsa penjajah yang bisa?”

“Karena mereka punya teknologi dan kekuatan yang jauh melampaui kita,” jawab Tian Yao. “Di Terra Infinita — dunia besar ini — ada 178 dunia yang dilindungi kubah seperti ini. Semua kubah itu terkumpul di bawah satu kubah terbesar, yang disebut The Great Dome, atau kubah bumi.”

“Tapi... apa yang ada di luar kubah bumi?” tanya temannya dengan suara penuh rasa takut.

Tian Yao menggeleng. “Tidak ada yang tahu pasti. Hanya beberapa makhluk tertentu yang bisa menyentuh batas itu. Banyak bangsa pernah mencoba menembusnya, tapi gagal. Mereka diteror bangsa penjajah yang takut tersaingi, juga menghadapi ancaman luar kubah yang bisa mengguncang Terra Infinita.”

Wajah mereka semakin serius ketika Tian Yao menyebut nama bangsa yang paling berkuasa, “Bangsa Custodian. Mereka tinggal di Land of Custodians dan menguasai hampir semua dunia di Terra Infinita. Mereka adalah bangsa yang sangat maju dan suka menjajah, bahkan mengendalikan manusia.”

Salah satu temannya berbisik, “Mereka benar-benar menghapus sejarah kita?”

“Ya,” Tian Yao mengangguk pelan. “Mereka memanipulasi sejarah, membuat manusia saling bertikai supaya mereka tetap berkuasa. Mereka yang mengendalikan elit global, menentukan arah peradaban... tapi semua itu ada harga yang harus kita bayar.”

Keheningan menyelimuti kamar itu, hanya terdengar detak jarum jam dan suara lilin yang membakar pelan. Tian Yao menatap teman-temannya, “Kalian harus tahu ini, karena suatu saat kita mungkin harus menghadapi kebenaran yang lebih besar daripada yang pernah kita bayangkan.”

Di bawah langit kelam yang diselimuti kabut tebal, di tengah hutan yang sunyi dan penuh bisikan gaib, Issumboshi duduk berhadapan dengan sosok tua—seorang nenek sihir dengan mata yang berkilat tajam, memancarkan misteri yang sulit dijabarkan. Udara di sekeliling mereka terasa berat, penuh energi yang sulit dipahami.

“Aku Nyerlathothep,” suara nenek itu lirih namun menggetarkan, “namaku telah lama terukir dalam bayang-bayang ketakutan manusia—dikenal sebagai dewa penipu, makhluk yang tak bisa dipercaya.”

"Kau!" Issumboshi menatapnya dengan waspada, rasa penasaran menyelimuti setiap sudut pikirannya. "Nenek nenek gila yang membuatku jadi raksasa!"  Issumboshi mendengus.

Nyerlathothep hanya terkekeh. "Salah sendiri mencuri apel, makanya jangan jadi anak jahil." Nyerlathothep berjalan dengan tenang di pundak kekar anak remaja raksasa itu.


“Tapi, tahukah kau, anak muda?” lanjut Nyerlathothep sambil menatap jauh ke cakrawala, “ada sesuatu yang sangat ditakuti oleh bangsa penjajah. Celestial Land — sebuah wilayah yang selama ini tersembunyi, yang aku kuasai. Dunia di balik kubah bumi, tempat berkumpulnya berbagai ras, sebuah kerajaan dari cahaya dan kegelapan.”

Mata Issumboshi membesar, hatinya berdebar. Ia mencoba menangkap makna dari kata-kata sang nenek.

“Celestial Land itu... apa sebenarnya? Mengapa kau yang menguasainya?” tanyanya, suaranya penuh tanya.

Nyerlathothep tersenyum samar, sebuah senyum yang menyimpan rahasia ribuan tahun.

“Manusia, kau dan semua yang bernyawa berasal dari sana. Dari Celestial Lands, tanah kelahiran jiwa. Jiwa adalah energi kehidupan, nyala dalam kegelapan, kekuatan yang akan mempersatukan kalian untuk menghadapi takdir yang sudah tertulis.”

“Takdir?” gumam Issumboshi, suaranya hampir tak terdengar.

“Ya,” sahut Nyerlathothep, “takdir itu adalah pertempuran melawan bangsa Custodian — makhluk karnivora yang hidup dari kesedihan dan penderitaan manusia. Mereka mengirim kaiju, monster-monster raksasa yang mengoyak dunia manusia, berusaha memadamkan nyala jiwa kalian.”

Issumboshi merasakan dingin menyusup ke tulang. “Mengapa mereka begitu membenci manusia?”

Nenek itu menunduk, bayangan kelam terlukis di wajahnya yang penuh kerut.

“Karena mereka adalah makhluk yang memakan kesedihan. Energi negatif yang kalian rasakan, itu adalah makanan mereka. Dulu, manusia tanpa sadar memberi mereka pengorbanan, jiwa-jiwa terbuang yang menyuburkan kegelapan.”

Issumboshi diam sejenak, menelan tiap kata yang mengiris kalbunya.

“Tapi kini, dengan kekuatan jiwa, manusia memiliki harapan. Harapan untuk melawan, dan suatu hari mengakhiri penderitaan ini.”

XXX

Anggota kelas S di Nusantarisers Academy selain Pahlawan Nasional Supriyadi adalah Panglima Burung. Sosok legendaris ini dikenal sakti mandraguna dan dipercaya sebagai pemersatu suku Dayak di Kalimantan. Konon, Panglima Burung akan muncul ketika suku Dayak membutuhkan pertolongan, sehingga tidak sulit untuk membuat plot kemunculannya di zaman modern ini. Alasan utama saya memilihnya adalah karena saya berasal dari Kalimantan (meskipun saya bukan suku Dayak, melainkan suku Banjar), dan saya ingin memperkenalkan budaya Kalimantan agar lebih dikenal. Dalam versi saya, Panglima Burung akan muncul saat para supervillain dan superhero bertarung di hutan, yang menyebabkan kerusakan pada hutan Kalimantan, sehingga dia harus ikut campur. Selain itu, dia tidak hanya membela suku Dayak dari pihak luar, tetapi juga berusaha mendamaikan suku Dayak dan Madura agar bisa hidup rukun. Dikenal dan dipuja sebagai pelindung suku Dayak, Panglima Burung adalah gelar yang diturunkan secara turun-temurun kepada prajurit Dayak yang paling tangguh, yang mewarisi akumulasi kekuatan dan pengetahuan dari seluruh Panglima Burung sebelumnya. Kemampuannya antara lain adalah penglihatan dan daya pendengaran super, penguasaan senjata dan bela diri suku Dayak, serta puncaknya yaitu Ajian Mandau Terbang. Ajian ini memungkinkannya untuk menerbangkan, mengendalikan, dan menyerang musuh dengan sebilah Mandau (sejenis golok kecil) yang terbang, biasanya digunakan untuk memenggal musuhnya dari jauh.

Cendrawasih Hitam adalah seorang pahlawan kelas S yang berasal dari Nusantarisers Academy, yang memiliki latar belakang dari Papua Barat. Sebagai sosok yang berani dan penuh dedikasi, tugas utamanya adalah menghabisi kelompok separatisme KKB OPM (Kelompok Kriminal Bersenjata Organisasi Papua Merdeka), yang telah melakukan pembunuhan terhadap orangtuanya, yang juga merupakan warga asli Papua.

Meskipun KKB OPM mengklaim memperjuangkan kebebasan rakyat Papua, kenyataannya mereka hanyalah kelompok kriminal bersenjata yang menjadi antek-antek Kaisar Anthony Stuart dari kekaisaran Australia Raya. Kelompok ini memiliki niat untuk memecah belah kedaulatan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) demi merampok sumber daya alam Papua. Alih-alih memperjuangkan kebebasan rakyat Papua, mereka justru lebih mementingkan kekuasaan pribadi yang merugikan keselamatan masyarakat Papua itu sendiri.

Di balik sosok Cendrawasih Hitam, terdapat kisah yang lebih mendalam tentang jati dirinya. Ia adalah seorang putri dari kerajaan Sran Korowai, sebuah kerajaan yang terletak di pedalaman Papua. Kerajaan ini dikenal memiliki teknologi dan peradaban yang jauh lebih maju dibandingkan dengan banyak bangsa di dunia. Namun, kerajaan ini terisolasi di dalam hutan Papua, jauh dari dunia luar yang penuh gejolak.

Cerita Cendrawasih Hitam juga terkait dengan legenda mengenai terciptanya burung cendrawasih, yang terkenal karena keindahannya dan menjadi simbol kemegahan Papua. Mengambil inspirasi dari legenda ini, Cendrawasih Hitam menjadi figur yang memadukan mitos dan kenyataan. Sebagai alter ego dari seorang putri kerajaan yang telah maju, Cendrawasih Hitam tidak hanya menjadi simbol perlawanan terhadap kekuatan asing, tetapi juga sebagai penjaga kebanggaan dan kehormatan tanah Papua.

Dalam kisah Cendrawasih Hitam, kita bisa melihat kombinasi antara kekuatan tradisional dan modern, di mana seorang pahlawan yang berasal dari budaya yang kaya dan maju berjuang untuk melindungi tanah dan bangsanya. Keberagaman yang ada di Papua, dengan segala keunikan dan potensi budaya serta teknologi yang dimilikinya, menjadi dasar kuat bagi Cendrawasih Hitam untuk melawan ancaman dari luar yang ingin merusak kedamaian dan kesejahteraan rakyat Papua.

Dengan latar belakang tersebut, Cendrawasih Hitam bukan hanya sekadar seorang pahlawan, tetapi juga simbol dari kekuatan identitas Papua yang tak terbendung. Dalam perjuangannya, ia berusaha menunjukkan bahwa Papua bukan hanya tanah yang kaya akan sumber daya alam, tetapi juga kaya akan sejarah, budaya, dan peradaban yang telah ada jauh sebelum pengaruh luar masuk ke dalamnya.

Dengan semangat yang menggelora, Cendrawasih Hitam terus berjuang untuk mengembalikan kedamaian dan membela rakyat Papua dari ancaman kekuasaan yang hanya mementingkan kepentingan pribadi. Sebagai seorang pahlawan yang memiliki masa depan cerah di Nusantarisers Academy, Cendrawasih Hitam adalah simbol harapan dan ketangguhan bagi masa depan Papua yang lebih baik.

XXX

Markas bawah tanah FRETELIN yang tersembunyi di perbukitan kering luar Dili berbau besi tua dan dupa busuk. Di antara lorong-lorong sempit bercat merah pudar, suara lolongan samar terdengar dari ruang interogasi di kedalaman. Selama mengungsi ke Republik Rakyat Tiongkok pada era Orde baru dan menjadi bawahan Mao Zedong, Kamerad Dasamuka sudah lama memburu seorang vampir yang menjadi incaran pemimpin Cina tersebut.

Di dalamnya, Profesor Xuantong Jiangshi—yang dulu berjalan gagah di bawah naungan sang Kaisar Puyi—kini terjerat rantai besi bercampur garam dan serpih kayu suci, dia tertangkap saat mencoba melarikan diri. Tubuhnya yang kaku dan dingin, kulit pucat kehijauan khas Jiangshi, tergores mantra Taois kuno yang ditulis dengan darah babi dan tinta merah dari Dinasti Han.

Kamerad Dasamuka berdiri di depannya. Wajahnya adalah teka-teki dari neraka: tiga mata, satu di dahi, menatap dengan kebencian yang tak terbendung. Sosoknya menjulang, berselimut bayangan, dan dari tangannya menyala api kecil berwarna biru—nyala api revolusi dan dendam.

“Kau... pernah menyajikan anggur ke mulut pengkhianat itu,” desis Dasamuka dengan logat campuran Jawa dan Rusia yang aneh. “Kaisar boneka. Kaisar dari debu. Dan kini, kau membusuk di negeri kecil yang tak bisa memilih kebenaran.”

Jiangshi mendesis, mulutnya terkunci oleh segel kertas bertuliskan aksara , yang artinya "penyegelan." Tapi matanya, merah seperti malam terbakar, menatap Dasamuka dengan sisa harga diri bangsawan yang belum sepenuhnya mati.

“Puyi bukan pengkhianat,” bisik suara batin Jiangshi, “dia adalah bayang-bayang terakhir dari dunia yang teratur.”

Dasamuka menginjak dadanya, tulang rapuh Profesor Jiangshi retak, dan seberkas darah hitam mengalir keluar. Ia mengangkat lentera merah, memutar manik-manik Maois di pergelangan tangannya, dan dari mulutnya keluar kutukan:

“Atas nama Mao Zedong, atas nama penderitaan proletar, aku mengusirmu dari sejarah!”

Jeritan Jiangshi tak terdengar, tapi ruangan itu mendadak bergetar. 

Namun Kamerad Dasamuka, monster revolusi, tak gentar. Dengan tangannya, ia menyayat mantra terakhir di dinding: kaligrafi api yang mengatakan satu hal:

"Yang lama harus hancur agar yang baru lahir."

Dili berguncang pelan malam itu. Dan di atas perbukitan Timor, seekor burung hantu tua terdiam, menyaksikan sejarah tak tertulis terbakar perlahan.

XXX

Sampel DNA Rahwana, Raksasa yang dulunya melawan Sri Rama di reruntuhan peradaban Sri Lanka sejak era Dwaparayuga kini menyatu dengan Kamerad Dasamuka Vikramadhitya. Dengan pengalaman bertarung yang panjang dan tak terhitung, kemampuan bertempur Kamerad Dasamuka tak perlu diragukan lagi.

Namun, Supriyadi memandang Batalyon yang dipimpin Kamerad Dasamuka  dengan tatapan tajam dan terpincing yang agak meremehkan. Insiden teroris yang melibatkan kapal terbang Zeppelin di Jakarta 10 tahun lalu, yang dilakukan oleh Rhaksasagna Fretelin ICI, tampaknya tak begitu mengesankan baginya.

Padahal, sejarah mencatat bahwa Prabu Rahwanawijaya, sang raja segala Rhaksasa dan Ashura, pernah nyaris bertahan dari gempuran Ayodhya pada akhir era Tretayuga, ribuan tahun lalu. Bahkan sukmanya juga menyerang Kuruserta pada akhir era Dwaparayuga puluhan ribu tahun lalu.

Karena itu dia kembali menyerang Jakarta dengan kekuatan yang lebih besar demi menjaga harga diri.

Partai Libertenesia Internazionale Comintern adalah salah satu organisasi Anti Hellix pertama di negara ini, mereka memandang kekuatan para Hellix yang tak manusiawi dapat menyebabkan kesenjangan sosial semakin nyata dan keberadaan mereka yang menyerupaui dewa Dewi dapat menjadi candu masyarakat terhadap agama dan mitologi. Namun mereka menjilat ludahnya sendirinya demi mendapatkan kekuatan. 

Sebagai seorang peneliti yang tertarik di bidang genetika salah satunya DNA Hellix, Kamerad Dasamuka berhasil mendapatkan sisa sisa sampel DNA Hellix Prabu Rahwanawijaya di reruntuhan peradaban kuni di Sri Lanka. dia juga mengubah pengikutnya menjadi Hellix Rhaksasa Ashura demi bisa menaklukan kembali seliuruh Tanah Indusnesos.

Langit Jakarta memerah. Bukan senja, bukan pula kabut polusi. Tapi retakan cahaya ungu mengoyak awan di atas Monumen Nasional, dan dari sana, angin menderu seperti jerit raksasa yang terbangun dari tidur ribuan tahun.


"Lihat! Ada sesuatu dari langit!" teriak seorang pedagang kaki lima di Lapangan Merdeka.


Kilatan petir menyambar tanah, dan dari dalam pusaran hitam itu, muncullah Indrajit, berpakaian zirah emas berlumur api. Di belakangnya, Kumbakarna yang menjulang setinggi gedung pencakar langit, mengaum seperti gunung yang marah. Dan dari bayang-bayang mereka, muncul Kalamarica, sang ahli sihir hitam, tubuhnya membelok-belok seperti asap, matanya membara.

Pasukan manusia Hellix dari ras  Rhaksasa atau Ashura yang dipersenjatai dengan alat alat perang Era Soviet muncul mengawal kedatangan Kalamarica, mereka memakai seragam serta bendera komunis dan menyanyikan lagu Internazionale seakan sedang berada di abad ke 20.

Di zaman Jayabaya dan Angling Darma, pasca Mahabharata, pasukan ini juga pernah menyerang kerajaan Kediri hingga Demak, ratusan tahun silam. Mereka adalah Hellix yang bagaikan Iblis jahat, usia mereka sudah  ratusan ribu hingga jutaan tahun, mereka kini telah berevolusi menjadi Sukma yang bertempat di Gunung Ungaran, di tanah Jawa dan mengabdi pada Kamerad Dasamuka sebagai titisan Prabu Rahwana. 


"Dunia manusia... penuh bangunan sombong, namun rapuh seperti kaca," gumam Kalamarica sambil tertawa lirih. "Saatnya kalian mengenal kembali nama Alengka."


Indrajit mengangkat tangannya. Dari ujung jarinya meluncur ribuan panah api, menghujam ke arah gedung-gedung perkantoran. Kaca-kaca menjerit pecah, sirine meraung, dan langit Jakarta kini menyala merah seperti neraka yang terbuka.


Kumbakarna melangkah menghancurkan flyover dengan mudah seperti mainan plastik. Mobil-mobil terlempar seperti kerikil. Orang-orang berlarian, sebagian merekam dengan ponsel, sebagian lagi menjerit menyebut nama Tuhan.


"Mereka menyembah dewa-dewa asing kini," gumam Kumbakarna dengan suara seperti gemuruh. "Mereka lupa pada kita, pada darah yang dulu mengalir dari peperangan agung."


Tapi bukan hanya kekuatan yang mereka bawa—Kalamarica menebarkan kabut hitam ke seluruh Jakarta. Gedung DPR berubah jadi bayangan bengkok, dan jalanan protokol memudar seperti lukisan yang dihapus.


Namun saat mereka berdiri di Bundaran HI, dan Jakarta hanya tinggal reruntuhan berasap, Kalamarica berbisik:

"Apakah ini cukup, Pangeran Indrajit?"


Indrajit, matanya menatap ke arah lautan di utara, menjawab:

"Belum. Dunia ini harus mengingat Alengka. Kita tidak datang hanya untuk menghancurkan... Kita datang untuk membangkitkan kembali kekaisaran."


Dan di kejauhan, suara genderang perang terdengar dari dalam tanah. Jakarta belum tahu, malam ini baru awal dari murka yang telah lama tertidur.

Kila dan Dharma Wulan mengeluarkan Jurus Bhatara Angin Dewa Hanoman untuk melawan Kamerad Dasamuka karena Prabu Rahwana protes pada para dewa karena sudah diberikan kekebalan masih kalah melawan Hanoman,padahal setelah bertapa pada para dewa para Dewa hanya menjanjikan dia akan kebal dari semua mahluk surgawi tapi dia tak meminta kebal dari kera atau manusia yang bunuh Rahwana bukan manusia tapi Kera Sakti Hanoman yang menggencetnya,Jadi Dewa yang memberinya anugrah hanya bisa tertawa hal ironis dan salahnya sendiri itu

XXX

Kamerad Dasamuka Vikramadhitya, sebagai orang yang memiliki gen Hellix sintetis Prabu Rahwanawijaya dari reruntuhan peradaban kuno Sri Lanka, memandang bahwa Dharma Wulan memiliki darah kotor seorang pengkhianat, karena Dharma Wulan adalah keturunan Prabu Wibisana yang mengkhianati kerajaan Alengka, Kumbakarna, dan Prabu Rahwanawijaya kepada pihak Sri Rama.

Alasan Dharma Wulan memiliki tubuh yang lebih besar dari manusia umumnya dan aura energi monster adalah karena dia adalah manusia setengah Ras Rhaksasa atau Ashurayhaksa, keturunan Prabu Wibisana, saudara laki laki yang mengkhianati Rahwana demi Jalan Dharma dan berpihak kepada Rama pada akhir Perang Tretayuga. Karena itu, Kamerad Dasamuka Vikramadhitya, sebagai orang yang memiliki gen sintetis Hellix Prabu Rahwanawijaya dari reruntuhan peradaban Sri Lanka atau Alengka, menjadi lawan yang cukup seimbang bagi Dharma Wulan. Rahwanawijaya adalah Rhaksasa yang jauh lebih kuat dari Wibisana. 

Namun, Dharma Wulan juga memiliki kekuatan dewa api dan matahari, Brama dan Apollo, serta jalan Dharma yang membuat Kamerad Dasamuka kewalahan melawan anak yang dia sebut sebagai darah kotor, karena merupakan keturunan Pengkhianat Alengka Singgelapura. Belum lagi, selain keturunan ras Rhaksasa atau Ashurayaksa, dia juga merupakan Hellix yang mengalami mutasi gen acak. 

Dharma Wulan adalah keturunan Wibisana dari Era Ramayana dan juga Hellix titisan dewa Penguasa Api Brama yang dapat bertransformasi menjadi Dewa Apollo. Karena itu, dia memiliki emosi dan perasaan yang tak terjelaskan dengan Kila, yang merupakan Dewi Bulan, titisan Dewi Bulan Kamaratih, dan Artemis, yang merupakan saudari kembar Apollo.

Meski sempat terjadi cinta segitiga antara Kila, Dharma Wulan, dan Jean Atreus Pendragon, Dharma Wulan tak benar-benar menganggap Kila sebagai kekasih, melainkan sebagai saudara kembar. 

Meski mereka berdua sebenarnya tak memiliki ikatan darah, sebagai titisan Dewi Bulan Kamaratih yang dapat bertransformasi menjadi Dewi Bulan Artemis, Kila adalah saudara kembar Dharma Wulan, yang merupakan titisan dewa penguasa api, Brama, yang dapat bertransformasi menjadi Apollo. Karena Apollo dan Artemis sendiri adalah anak kembar yang memiliki orangtua yang sama, yaitu Leto dan Zeus.

Dharma Wulan juga memahami bahwa Kila sendiri adalah seorang Dewi Bulan  yang merupakan personifikasi dari Bulan dan cahayanya itu sendiri, tak peduli dari sudut pandang budaya apapun. Selain titisan Dewi Bulan Artemis, yang merupakan saudara kembarnya sebagai Dewa Matahari Apollo, dualisme Kila sebagai Hellix memiliki gen dari dua Dewi Bulan dari kebudayaan berbeda karena mutasi gen acak. Selain titisan Artemis, Kila juga merupakan titisan Dewi Sang Hyang Batari Kamaratih dari kebudayaan lain, yang mencintai Batara Kamajaya, kekasih sejatinya. Sosok Batara Kamajaya tersebut ada dalam diri Jean Atreus Pendragon, seorang pangeran ras alien dari Moon Camelot Kingdom, yang juga merupakan titisan Batara Kamajaya dan kekasih Dewi Bulan Kamaratih.

Sebagai titisan Batara Kamajaya, Dharma Wulan yakin bahwa Jean Atreus Pendragon, sebagai perwujudan Batara Kamajaya, adalah kekasih yang lebih pantas untuk Kila, sebagai cinta sejati dari titisan Batari Kamaratih yang menitis ke Kila sebagai jalan takdir. Sebagai titisan Dewa Matahari Apollo, Dharma Wulan merasa bahagia bahwa saudari kembarnya, Batari Kamaratih, yang dapat bertransformasi menjadi Dewi Artemis sang Rembulan, bisa hidup bahagia bersama Jean, yang merupakan perwujudan dari Kamajaya, kekasih Batari Kamaratih.

XXX

Kila Sebagai detektif mengumpulkan banyak referensi, yang juga bisa dipakai untuk menganalisa kasus. Tapi jika referensi kurang, maka juga sulit menyimpulkan.

Sebagai detektif, dia tidak hanya harus menemukan pelaku dan memecahkan kasus kejahatan, melainkan juga menganalisis motif pelaku. Kila juga paham bahwa salah satu motivasi Samir melakukan kejahatan adalah karena dia pernah menjadi korban junta militer yang menerapkan sistem pengawasan di internet dan otak manusia, serta mendiskriminasi dan mendiskreditkan orang dengan gangguan mental dengan mencap mereka sebagai penjahat demi mencegah kasus kejahatan sebelum penjahat mulai beraksi. Junta militer menangkap paksa orang-orang dengan gangguan mental untuk direhabilitasi di bangsal psikiatri penjara.

Selain mengandalkan pengamatan, imajinasi dan kreativitas yang luar biasa. Kila juga menggunakan teknik pembalikan logika dalam menyelesaikan kasus,dengan imajinasi dan kreativitasnya Kila mampu menyusun cerita yang melatar belakangi atau motivasi dari suatu kasus dengan akurat. Ia pandai membaca karakter seseorang dan mengenali motivasi orang tersebut hal ini membantunya memahami alasan dibalik tindakan seseorang,bahkan Samir yang sangat kompleks dan membuat kebanyakan orang tersesat dengan tujuan aslinya. Kila mampu melihat sudut pandang berbeda dengan imajinasi dan kreatifitas dan menggunakan solusi yang tak biasa dengan menggunakan cara berpikir yang berbeda dari pemikiran umum untuk mendapatkan gagasan baru atau menyelesaikan kasus kasus misterius serta masalah yang rumit dalam kehidupan sehari hari

Orang dengan gangguan mental seperti Samir dipercaya berpotensi melakukan kejahatan. Samir pernah disiksa dan didoktrin di bangsal psikiatri penjara, tetapi karena metode mengerikan yang dilakukan oleh junta militer, bukannya sembuh, hal itu malah membuatnya menjadi penjahat yang berpikir bahwa dia adalah juru selamat yang diutus Tuhan untuk menghancurkan pemerintahan totaliter yang dapat membuat manusia tak tampil apa adanya dengan bebas.

Manusia terlahir berbeda. Di zaman yang terkutuk ini, kejahatan seseorang sudah bisa diukur dari gen menggunakan AI. Demi menangkap orang yang berpotensi melakukan kekerasan sebelum kejahatan terjadi, penguasa memandang mental sakit yang dideteksi oleh detektor sebagai pemicu orang untuk berbuat kejahatan. Ketika sistem mendeteksi mental yang sakit, sistem akan mengirimkan rekomendasi kepada orang terkait untuk terapi, dengan harapan mereka tidak berbuat kriminal di tengah masyarakat. Namun, jika orang itu menolak sistem, maka orang tersebut akan dianggap sebagai kriminal. Jika seseorang sudah dicap kriminal oleh teknologi futuristik ini, maka mereka akan dijemput paksa oleh pihak kepolisian dan dibawa ke bangsal psikiatri penjara oleh pemerintah Junta Militer yang sangat mengawasi rakyatnya melalui internet dan terancam mendapatkan hukuman mati. Hukum hanya membuat manusia tidak bisa tampil apa adanya.

Rata-rata orang yang melakukan kejahatan karena ada kepribadian bawaan yang ada dalam dirinya atau karena lingkungan yang sangat buruk yang membuat mereka menderita seumur hidupnya. Lingkungan tempat mereka dilahirkan dan kepribadian bawaan sejak lahir, lagi-lagi bukan kehendaknya. Dorongan mereka untuk melakukan kejahatan bukan berasal dari diri mereka sendiri, melainkan dari sesuatu yang sama sekali tak mereka kehendaki. Apakah mereka layak mendapatkan hukuman?

Sistem ini merenggut kebebasan setiap orang dan menghilangkan kemanusiaan penegak hukum yang seharusnya mengayomi masyarakat. Rekomendasi terapi selalu kutolak karena semua psikiatri penjara itu bajingan yang intimidatif dan selalu menyalahkanku karena terlahir ke dunia ini. Aku memanipulasi mereka agar mendapatkan hasil diagnosis yang berbeda-beda agar aku dibebaskan dari bangsal psikiatri penjara karena kurangnya bukti, karena mereka berusaha mendeteksi cara berpikir penjahat dan menangkapnya sebelum kejahatan terjadi. 

Kila merasa kesal setelah rahasia terbongkar, karena teknologi sistem penegak hukum yang mengatur tatanan sosial selama ini adalah sekumpulan otak para kriminal yang tidak memiliki empati. Itu artinya, Kila dan para detektif maupun polisi lain tanpa sadar bekerja dan menerima perintah dari para kriminal juga. Di mana teknologi penegakan hukum yang menghukum kriminal dikendalikan oleh sekumpulan otak kriminal kelas kakap yang tidak memiliki empati, dengan cara diawetkan. Mereka berkuasa secara mutlak atas manusia. Sistem ini diciptakan dengan otak para kriminal yang tak memiliki empati dan mengedepankan logika daripada emosi demi membuat sistem penegakan hukum yang sempurna dan tak memiliki belas kasihan pada para penjahat, demi menghindari penyuapan aparat penegak hukum serta mencegah perilaku kriminal yang lebih besar demi menjaga ketentraman masyarakat.

Sistem ini bagi Samir adalah tamparan bagi kemanusiaan. Mereka bagaikan tuhan palsu yang jahat, merenggut kemanusiaan dan kebebasan. Kila pun merasa, jika mereka bekerja mengikuti arahan dan perintah sistem yang berasal dari kumpulan otak kriminal yang tidak memiliki empati dan dapat memerintah secara mutlak tanpa belas kasihan, sama saja mereka bekerja dan menjadi bagian dari kriminal itu sendiri yang tak memiliki empati dan rasa kemanusiaan.

Pemerintahan fasis junta militer terus berlanjut. Kila mengetahui rahasia junta militer dan dibiarkan tetap hidup kalau menjaga rahasia. Meski dia kesal, Kila ingin yang terbaik untuk masyarakat. Dia mengakui bahwa sistem ini cukup efektif menjaga tatanan sosial yang ada untuk mencegah kriminalitas, meski sangat gila dan tak manusiawi. Jika sistem ini dihancurkan, akan ada kekacauan yang lebih besar lagi, ditambah banyaknya kerusuhan dan depresi yang ada yang dapat menyebabkan pemberontakan dan pertumpahan darah.

XXX

Minerva adalah anak dari Zeus dan Dewi Metis, sedangkan Artemis dan Apollo adalah saudara kembar laki-laki dan perempuan, anak Zeus dan Dewi Leto. Sejak kecil, Minerva dan Artemis sudah menjadi wanita yang super kuat dan menjadi kebanggaan para Olympian. 

Athena atau Minerva, putri Zeus, lahir secara ajaib langsung dari dahi ayahnya tanpa melibatkan seorang ibu. Beberapa versi cerita menyatakan bahwa Zeus menelan Metis, dewi kebijaksanaan, saat mengandung Athena, dan anak itu kemudian muncul dari tubuh Zeus. Athena menjadi anak kesayangan Zeus di antara enam anaknya karena kekuatannya sebagai dewi perang.

Dalam mitosnya, Athena tidak memiliki pasangan atau anak karena sebagai dewi perang, ia sulit menemukan seseorang yang sebanding dengan dirinya. Di antara saudara-saudaranya, seperti Artemis, Apollo, Hermes, Ares, dan Aphrodite, Athena dianggap memiliki kekuatan yang lebih besar, yang membuatnya sukses di bidang pertempuran. Athena sangat dikaitkan dengan akropolis kota-kota besar Yunani, yang sering menjadi pusat pemerintahan, politik, dan agama.

Menurut ramalan, jika Zeus memiliki anak laki-laki dengan Metis, anak tersebut akan lebih kuat dan lebih pintar dari Zeus, bahkan bisa menggulingkan Zeus dari tahta. Untuk mencegah ramalan itu, Zeus menelan Metis ketika ia mengandung Athena. Akibatnya, Zeus merasa sakit kepala yang sangat hebat. Untuk mengatasi rasa sakitnya, Zeus memerintahkan Hermes untuk memotong kepalanya dengan kapak buatan Hefaistos. Dari proses tersebut, Athena keluar dari kepala Zeus, mengenakan perlengkapan perang lengkap. Sakit kepala Zeus disebabkan oleh Metis yang tengah membuat perlengkapan perang untuk anaknya. Beruntunglah bagi Zeus, anak yang lahir dari Metis adalah seorang perempuan, bukan laki-laki yang bisa menumbangkan kekuasaannya. Sebagai dewi kebijaksanaan, Athena bijak menghindari pertumpahan darah demi menggulingkan ayahnya.

Namun, ada Dewa Mars, dewa Perang, yang sangat iri dan tak suka dengan Dewi kebijaksanaan Minerva sebagai sesama dewa perang yang selalu dipuji Zeus dan berpotensi menjadi pemimpin Olympus, menggantikan Zeus alih-alih dirinya. Dewa Mars merasa pencapaiannya sebagai dewa perang tak diapresiasi layaknya Minerva, dan menumbuhkan rasa benci serta ketidakamanan pada posisinya sebagai dewa perang. 

Calon penerus penguasa Olympus akan digantikan oleh dewa perang lain, yaitu Dewi Minerva. Dewa Mars sangat ingin menjadi penguasa Olympus dan tak ingin kekuasaannya direbut oleh siapapun, termasuk Minerva, terutama sejak Zeus telah meninggal dan kabarnya telah menitis kembali. 

Meski sama sama penyembah Penyihir putih sebagai utusan tuhan, Dewa Mars atau Ares pemimpin Rosenkruenz ordenn dan Samir pemimpin sekte Satrio piningit sangat membenci satu sama lain.

Dewa Mars atau Ares adalah pemimpin Gereja Setan yang disebut Rosenkruez Ordenn menganut ajaran mistisme dan Paganisme di Eropa Abad Pertengahan dan membawa orang orang memuja Gunung Olympus yang sangat dimusuhi oleh Samir dan pengikut sekte sesatnya yaitu Redmist Lotus Messiah Cordism Seraphim Order, Heavenly Republic of Emirate Indusnesos karena menyekutukan tuhan.

Negara kepausan di Semenanjung Italia, sebuah negara kota terkecil di dunia yang ada di tengah kota Roma, luasnya 0,44 km tapi juga salah satu terpenting sebagai kota suci umat lain. Meski dikuasai oleh paus yang harusnya anti pagan dan setia pada tuhan, namun Mars Ares dewa penguasa Olympus mengendalikan wilayah itu di balik layar untuk melawan pengikut abrahamik maupun membalas dendam pada saudarinya Dewi Minerva atau yang dikenal sebagai Athena.

Dewa Ares atau Mars adalah pemimpin Rosenkruez Ordenn di Vatikan yang memimpin kelompok sekte anti agama Abrahamic dan sejak abad pertengahan berusaha menghancurkan Vatikan dari dalam dengan mendirikan gereja setan Rosenkruenz Olympus Ordenn di negara kepausan dan membuat agamawannya Menjadi korup, dia adalah musuh yang sangat mengerikan.

Rosenkruez Olympus Ordenn yang dipimpin oleh Dewa Mars, anak buah terbaiknya adalah Medusa dan Dewi Pallas.

Orang-orang Rosenkruez Olympus Ordenn adalah pengikut dewa perang kegelapan, Mars Ares, sedangkan Organisasi Sword of Khalled dan Nusantarisers Academy  adalah pelindung Dewi Minerva, Athena.

Rosenkruez Ordenn di Vatikan juga berusaha menyabotase dan membunuh Kamerad Dasamuka yang beraliran Komunis, mereka membenci komunis sebagai pemerintahan yang tak bertuhan.

Pasukan Pendeta Vatikan dalam divisi Ksatria Iskariot melakukan perlawanan terhadap Titisan Dewi Minerva yang sekarang sudah bergabung dengan organisasi Sword Khalled.

Rosenkruez Ordenn yang beraliran Mistis dan Paganisme yang anti Abrahamic, selain berusaha menyusup ke Vatikan dan menghancurkan Vatikan dari dalam, mereka juga memerangi organisasi abrahamik rahasia Pemerintah Indonesia seperti Sword of Khalled yang juga membasmi para Hellix liar.

Kila menemukan dalam investigasinya jika Rosenkruez Ordenn melakukan berbagai rencana pembunuhan pada organisasi Sword of Khalled, bahjkan berusaha menyusup ke Organisasi Sword of Khalled.

Dewa Mars sudah memiliki rencana untuk mencegah Dewi Minerva menjadi penerus Olympian dan kandidat penerus tahta Zeus, menggantikan dirinya. Dia meminta bantuan dari Penyihir Iscariot yang bisa meramalkan masa depan. Ramalan itu mengatakan bahwa di masa depan, planet-planet di tata surya akan sejajar membentuk sebuah garis, yang akan membuat Titan atau makhluk raksasa yang dikurung Zeus kembali menyerang Zeus. Saat itulah dia bisa mencegah Zeus atau Minerva merebut kembali tahta Olympus darinya. Hanya saja, akan ada satu orang yang menghalangi Mars, yaitu seorang anak perempuan yang merupakan titisan dari salah satu saudarinya sendiri, yaitu Dewi Bulan Artemis. Anak perempuan tersebut adalah Kila, seorang Hellix berwujud Kelinci Bulan Phoenix terkuat yang merupakan saudari dekat sekaligus pelindung dari Dewi perang Minerva. Kila adalah titisan dari dua Dewi terkuat di pantheon berbeda yang dapat bertransformasi menjadi Dewi Bulan Artemis, putri Zeus, maupun menjadi Sang Hyang Batari Kamaratih, yang merupakan istri Batara Dewa Kamajaya.

Mendengar ini, Mars mengirim anak buahnya, para penyihir Gorgon, untuk meminumkan Kila yang masih bayi sebuah ramuan racun supaya Kila tak tumbuh dengan memiliki kekuatan untuk mengancam posisinya dan membuat Kila menjadi manusia seutuhnya. Kila akhirnya tak terlahir sebagai Hellix karena ramuan tersebut, tapi tetap memiliki gen Hellix karena ramuan yang dia minum sewaktu bayi kurang diminum satu setetes, sehingga gagal menghilangkan seluruh kekuatan Dewata Bulannya. Dia akhirnya mendapatkan kontrak sebagai Kelinci Bulan Moon Camelot Kingdom oleh Redly. Dewa Mars, yang memimpin Rosenkruez Olympus Ordenn di Vatikan, mengirim banyak monster mulai dari Golum, Leviathan, Hydra hingga Medusa untuk membunuh Kila dan Misa yang berpotensi menjadi titisan dua saudara perempuan yang sangat dia benci dan menghalangi ambisinya untuk menjadi penguasa Olympus. 

Dia juga bersekutu dengan Ratu bangsa kucing Felis Catus Schrodinger dan Admiral Eraser Kala Rau, yang dapat memakan Kila sebagai anak yang terlahir di Bulan Kelinci, yang muncul setiap satu abad sekali untuk memburu anak-anak yang terlahir di bulan Kelinci dan memperkuat kekuatan kucing mereka, serta mencegah mereka kehilangan kesadaran dan akal. Bangsa kucing Felis Catus di bulan harus memakan anak yang terlahir di bulan Kelinci seperti Kila, terutama yang Hellix, untuk memperkuat energinya dan mencegah mereka kehilangan akal dan kesadaran. Anak yang terlahir di bulan Kelinci seperti Kila memiliki energi kosmik yang kuat dari cahaya magis bulan.

Dewa Mars ingin Kila terbunuh agar tak menghalangi ambisinya menjadi penguasa Olympus seperti yang diramalkan. Dia berjanji, sebagai imbalan persekutuan, setara bangsa monster kucing Felis Catus bisa memakan Kila sebagai anak yang terlahir di bulan Kelinci untuk mendapatkan kekuatan, termasuk memakan Redly sebagai Kelinci Bulan sakti, yang memberikan Kila dan anak lain yang terlahir di bulan Kelinci sebuah kekuatan dalam sebuah kontrak untuk mendapatkan jam kuasa Hellixwatch yang memberinya kekuatan sebagai Dewi Bulan yang mengendalikan bulan. 

Dewa Mars memberikan energi kosmiknya agar bangsa Felis Catus bisa membuka portal dari bulan ke bumi dengan mudah, di mana bangsa Felis hanya mampu ke bumi setiap setengah abad atau satu abad sekali setiap gerhana matahari total, dan portal mereka memiliki energi yang cukup untuk menangkap kelinci Redly dan anak manapun yang diberi kekuatan oleh Redly untuk dijadikan makanan dan sumber nutrisi bagi kekuatan mereka sebagai monster kucing Felis Catus. Dewa Mars, pemimpin Rosenkruez Olympus Ordenn, sudah ditakdirkan menjadi musuh Kila sebagai Kelinci Bulan Moon Phoenix Rabbit, titisan Dewi Artemis dan Batari Sang Hyang Kamaratih.

XXX

Ruangan itu dipenuhi dengan udara tegang yang hampir bisa dipotong. Lampu-lampu redup menggantung di langit-langit, menciptakan bayangan panjang yang menari di dinding. Di tengah ruangan, di atas panggung kecil yang sederhana, Samir berdiri dengan tubuh tegap. Setiap gerakannya dihitung, setiap kata yang ia ucapkan dipenuhi dengan kekuatan dan keyakinan yang memikat.

Para pengikutnya duduk diam di lantai, mata mereka terfokus padanya, seolah-olah mereka sedang menunggu perintah yang akan mengubah segalanya. Suara Samir bergema, tegas dan penuh semangat.

"Kami melawan bid'ah!" teriaknya, suaranya menggelegar. "Kami bukan sekadar pengikut, kami adalah perwakilan Tuhan di dunia ini!"

Ia berjalan perlahan ke depan panggung, menatap para pengikutnya satu per satu, memastikan setiap orang merasakan setiap kata yang keluar dari mulutnya. “Kami adalah yang terpilih, yang akan membawa dunia ini kembali ke jalan yang benar. Meski kalian semua tidak mengerti, kami tahu apa yang harus dilakukan!”

Ada sebuah aura yang mengelilingi Samir. Keberanian yang menyala dalam dirinya seperti api yang siap membakar segala keraguan. Matanya memancarkan kemarahan, kebencian, dan keyakinan yang tak tergoyahkan.

“Mereka—orang-orang yang kalian sebut suci—mereka adalah keturunan Lilith!” teriaknya, dan ruangan itu terasa semakin panas. “Lilith, istri pertama Adam yang menolak tunduk pada perintah Tuhan! Dia adalah jin yang lebih memilih mengikut iblis! Bersekutu dengan penghulu segala makhluk terkutuk!”

Beberapa pengikutnya mengangguk, wajah mereka dipenuhi kekaguman. Samir terus bergerak, semakin mendekat ke mereka, semakin memimpin mereka ke dalam kegelapan keyakinan yang ia bawa.

“Dan siapa yang lahir dari darah kotor itu?” Samir melanjutkan, nada suaranya semakin dalam, seperti suara guntur yang menggetarkan hati. “Hellix! Iblis sejati yang menurunkan kotoran-kotoran manusia paling jahat di dunia ini! Hellix adalah kesesatan yang harus dihancurkan! Hanya dia yang tak layak hidup di bumi ini!”

Ada gemuruh kecil di antara para pengikutnya. Mereka mulai merasa kekuatan kata-kata Samir menguasai mereka. Mereka merasa seperti dibimbing menuju kebenaran yang selama ini mereka cari. Samir memandang mereka dengan tatapan yang penuh kebencian, wajahnya marah, seolah-olah ia melihat musuh-musuh di setiap sudut ruangan.

“Yang tidak mempercayai kami adalah orang sesat!” teriak Samir, suaranya semakin menggelegar. “Anek komunis! Freemason! Illuminati! Mereka semua adalah sekutu setan, agen yang ingin menghancurkan peradaban ini! Mereka ingin menjauhkan umat manusia dari kebenaran yang kami bawa!”

Suaranya memuncak, dan seketika itu juga, suasana di ruangan berubah menjadi semakin mencekam. Pengikut-pengikutnya, yang sebelumnya ragu dan bingung, kini terhanyut dalam arus semangat yang Samir bawa. Mereka mulai merasakan kekuatan kata-katanya. Mereka merasa dipanggil untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar.

“Kami adalah garis keturunan yang terpilih!” Samir berkata dengan penuh keyakinan, seolah dunia hanya menunggu perintahnya. “Kami adalah yang akan memimpin dunia ini menuju kemenangan! Hanya melalui kami, Tuhan akan mengalahkan kebatilan! Kalian harus tunduk, karena hanya dengan kami lah kebenaran sejati akan terungkap!”

Seluruh ruangan menggema dengan teriakan-teriakan para pengikutnya, yang kini berdiri, mengangkat tangan mereka tinggi-tinggi, seolah mereka siap untuk menghadapi dunia dengan penuh kemarahan. Semua rasa takut dan keraguan telah menghilang. Mereka percaya pada Samir, percaya bahwa dialah yang akan membawa mereka ke dalam dunia baru yang penuh dengan kekuatan dan kemenangan.

Bagi mereka, dunia luar tidak lebih dari sekelompok orang sesat yang tidak mengerti kebenaran. Mereka adalah yang terpilih, yang akan menuntun umat manusia ke dalam pertempuran besar yang telah lama mereka nantikan.

Samir berdiri dengan bangga, merasakan energi yang mengalir melalui dirinya. Setiap detik yang berlalu semakin membuatnya merasa lebih kuat. Ia tahu, di luar sana, dunia sedang memandang mereka dengan pandangan penuh kebencian dan ketakutan. Namun, itu tidak akan menghentikannya.

Samir mengangkat tangannya ke langit, sorak-sorai para pengikutnya semakin membahana, dan dia tahu—perjuangan ini baru saja dimulai.

XXX

Bakeneko secara harfiah berarti "kucing yang berubah". Bakeneko bisa tercipta karena beberapa hal, tapi alasan yang paling umum itu karena usianya yang panjang, mencapai berat tertentu, atau menjilati banyak minyak lampu. Tanda yang mengindikasikan bahwa seekor kucing mungkin mendekati perubahan menjadi Bakeneko adalah ekornya yang sangat panjang. Semakin tua dan bijaksana seekor kucing, ekornya akan semakin panjang. Kepercayaan ini menyebabkan kebiasaan memotong ekor kucing pada usia dini untuk mencegah mereka berubah menjadi yokai.

Bakeneko punya kemampuan berubah bentuk yang hebat, bisa menyamar sebagai kucing yang lebih kecil atau manusia, kadang bahkan bisa meniru wujud tuannya sendiri. Banyak dari mereka belajar berbicara bahasa manusia. Saat menyamar, mereka berdandan layaknya manusia dengan handuk terikat di kepala. Mereka suka berdansa. Meskipun terdengar lucu + sifat kucing yang dekat dengan manusia, yokai tetaplah yokai. Mereka bisa memakan benda yang jauh lebih besar dari ukuran mereka. Bakeneko juga mampu memakan tuannya sendiri dan menggantikan tempatnya.

XXX

Dalam cerita, Yatsufusa awalnya adalah anjingnya Yoshizane Satomi, seorang pejuang yang menjadi penguasa Kastil Takita-jo. Ketika kastil tersebut terancam oleh Kagetsura Anzai, Yoshizane dengan bercanda berjanji kepada Yatsufusa bahwa dia akan memberikan putrinya sebagai istri jika dia bisa membunuh Kagetsura. Secara mengejutkan, Yatsufusa menggonggong sekali lalu pergi, dan ketika kembali berhasil membawa kepala Kagetsura. Namun, kesetiaan Yatsufusa berpindah ke Fusehime, dan dia masuk ke kamar tidur sang putri.

Fusehime, dipandu oleh rasa hormat dan adat bahwa seorang penguasa tidak boleh melanggar janji, memutuskan untuk memenuhi janji yang dibuat kepada Yatsufusa dan mengasingkan diri bersamanya ke Gunung Toyama. Di sana, Fusehime membaca sutra-sutra Buddha sementara Yatsufusa mendengarkan.

Pada tahun berikutnya, Fusehime menunjukkan tanda-tanda kehamilan, dan seorang petapa cilik yang dia temui di gunung memberitahunya bahwa Yatsufusa telah dikutuk oleh Tamazusa, dan kutukan Tamazusa telah dihilangkan oleh kebaikan dari sutra-sutra tersebut. Namun, dia juga bilang kalau sang putri hamil dengan energi ki Yatsufusa. Fusehime sangat malu dengan kehamilannya sampai mencoba bunuh diri. Saat itu seorang bernama Daisuke Kanamari, yang baru saja masuk Gunung Toyama, menembaknya secara tidak sengaja.

Saat hampir mati, Fusehime membuka perutnya di depan Yoshizane dan Daisuke, dan menunjukkan bahwa dia tidak mengandung bayi anjing di dalam rahimnya. Esensi murni yang keluar dari luka itu membawa manik-manik tasbih ke langit, dan menyebarkan ke 8 arah berbeda.

XX

Manusia biasa yang hanya mengaku sebagai utusan tuhan bisa mengalahkan para manusia super.

Samir adalah perwujudan dari nihilisme itu sendiri, layaknya angka nol yang penuh kekosongan tak berujung, black hole yang menyedot realitas manusia lain melalui tatapan matanya yang kosong dan putus asa, tanpa makna dan tujuan dalam kegelapan abadi. Tapi sebenarnya, dia jauh lebih kompleks daripada itu. Kalian akan selalu tersesat dan kebingungan serta meraba-raba tujuan asli dari Samir. Gangguan jiwanya tak stabil; dia sering berubah pikiran setelah merenung sangat lama, termasuk tujuan dan pandangan filosofisnya.

Dia adalah manusia yang tak memiliki nama, tak memiliki masa lalu, dan tujuan jelas. Dia hanya manusia khayalan yang juga tak yakin tentang siapa dirinya sendiri. Dia membunuh semua orang yang mengetahui masa lalunya agar menjadi manusia yang tak ada. Kalau tak ada yang mengetahui masa lalunya atau mengetahui dia ada, maka sama saja dia akan terlupakan dan tak ada di dunia ini, seakan dia adalah manusia yang menghilang dan tak pernah ada atau terlahir di dunia ini.

Dia bahkan ragu apakah yang dia lakukan benar atau salah; dia bahkan ragu dengan motivasinya sendiri yang dia anggap tak berguna. Dia terjebak sebagai pengkhotbah yang menganggap dirinya Imam Mahdi yang akan menyelamatkan manusia dari putus asa, fitnah akhir zaman, dan kekacauan, serta mendapatkan penyucian jiwa sejati yang mengajarkan ilmu Nafs atau kejiwaan.

Dia sebenarnya tak peduli dengan apapun di dunia ini karena terlanjur putus asa berat. Dia menganggap dunia tak memiliki tujuan karena ujung-ujungnya mati. Moralitas juga tak berarti karena buatan manusia. Apapun yang manusia lakukan akan sia-sia, dan manusia adalah makhluk merugi; siapapun yang bernyawa akan merasakan penderitaan. Karena itu, dia berniat membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik dengan memusnahkan para dewa-dewi Hellix, orang kafir yang tak mengakuinya sebagai juru selamat, dan para kriminal agar dunia hanya diisi orang-orang baik yang memiliki kesadaran.

Dia juga ingin mendamaikan agama Samawi dan menyatukan agama-agama besar di dalam sektenya agar manusia bisa hidup di dunia tanpa sekat agama, nasionalisme, dan ras, karena dia yakin bumi adalah milik seluruh manusia bersama sebagai hamba Tuhan. Namun, tujuan aslinya adalah melihat kekacauan dan kehancuran. Dia ingin melihat dunia terbakar dan melihat pemandangan kiamat, karena dia percaya kekacauan adalah bentuk dunia apa adanya. Kekacauan juga akan menghancurkan dunia yang tak memiliki makna dan tujuan, serta penuh kepalsuan dan kebohongan.

XXX

Samir berdiri di atas altar batu, matahari terbenam di belakangnya menciptakan bayangan panjang di tanah yang hancur. Sekelompok pengikutnya berkumpul di depannya, wajah mereka penuh keraguan, namun ada juga yang tampak penuh harapan. Samir mengangkat tangannya, memerintahkan mereka untuk diam, dan suara angin malam yang menusuk seolah menegaskan kata-katanya yang akan datang.

"Aku bukan juru selamat palsu," katanya dengan suara yang tegas dan penuh keyakinan, memandang satu per satu pengikutnya yang kini mulai memperhatikannya dengan lebih serius. "Aku adalah sesuatu yang kalian kenal sebagai Messiah, yang kalian kenal sebagai Imam Mahdi, yang kalian kenal sebagai Ratu Adil, yang kalian kenal sebagai Satrio Piningit—yang akan mengeluarkan dunia dari kegelapan menuju cahaya menjelang akhir zaman."

Suasana menjadi hening, dan seolah seluruh dunia berhenti bernafas, menunggu kelanjutan dari kata-kata Samir.

"Tapi ingat," lanjutnya dengan suara yang lebih dalam, "Para Hellix hanya superhero palsu yang hidup di dunia nyata yang kejam, dimana kisah pahlawan tak berakhir bahagia seperti di dongeng. Mereka hanyalah bayangan yang bersinar sementara, yang tak tahu apa-apa tentang penderitaan sejati."

Seketika, mata Samir menatap tajam ke arah kerumunan, dan setiap kata yang keluar dari mulutnya seperti terukir di udara.

"Terutama seorang magical girl yang menjadi musuhku, Dewi Bulan Kamaratih Moon Phonix Rabbit Kila Naomi Fumiko Sora, sang kelinci bulan Artemis," katanya, menyebutkan nama yang penuh dengan kebencian, suaranya mengandung amarah yang terbakar. "Dia yang percaya bahwa dia adalah pahlawan. Dia yang akan aku hadapi dan hancurkan. Karena dunia ini bukan tempat bagi mereka yang berpura-pura menjadi pahlawan. Mereka yang tersesat dalam mimpi indah mereka."

Para pengikutnya diam, namun api dalam mata mereka menyala—terinspirasi oleh kata-kata Samir. Dunia yang mereka kenal kini telah berubah, dan mereka tahu satu hal: Samir adalah satu-satunya yang dapat menuntun mereka menuju jalan yang benar, menuju masa depan yang mereka yakini.

Samir sama sekali tak berniat mendirikan kekhalifahan di zaman modern atau Daulah dengan syariat. Bahkan, dia sendiri adalah pemimpin sekte sesat, meski menggunakan propaganda agama dan nasionalisme serta kharismanya yang tak manusiawi. Tujuan sebenarnya Republik Surgawi adalah menghancurkan kekaisaran Australia Raya yang disalahkan Samir sebagai iblis asing yang melakukan agresi militer secara sepihak dan tak sah ke negara berdaulat, serta seluruh orang Indonesia saat itu yang membenci kekaisaran tersebut karena menghancurkan kedaulatan Indonesia setelah agresi sepihak ke pantai Surabaya dan menuntut penyerahan Papua Barat dengan disewa selama 100 tahun melalui tekanan militer.

Sentimen anti-asing atau xenofobia yang membuat kelompok radikal mampu terpilih secara legal dan demokratis tak hanya menyasar orang Australia yang mempermalukan Indonesia setelah kalah perang, melainkan juga menyasar para Hellix yang dianggap sebagai alien asing atau jelmaan iblis yang menyekutukan Tuhan. Mereka menyalahkan para Hellix yang dianggap sebagai jelmaan dewa-dewi kafir pagan jahiliah karena mereka merupakan titisan gen dari alien kuno yang disalahpahami sebagai dewa oleh manusia kuno yang primitif. Kaum radikal juga menganggap mereka berkhianat pada negara dengan mendukung kekaisaran Australia Raya, meskipun tuduhan tersebut tak berdasar.

Kaum minoritas yang dikucilkan karena dianggap menyekutukan Tuhan, seperti mereka, memang sering dijadikan pelampiasan tuduhan tak berdasar. Hal ini hanya karena sebagian kecil dari mereka memang membelot dan bersumpah setia pada Kaisar Anthony Stuart, karena mereka diperlakukan dengan lebih baik dalam hal hak-haknya daripada junta militer yang sangat otoriter dan memandang mereka bukan manusia, bahkan mendiskriminasi mereka. Namun, mereka memanfaatkan kekuatan super mereka secara tak manusiawi demi kepentingan perang.

Meski mengaku liberal dan toleran terhadap para Hellix sebagai negara barat dengan demokrasi di lingkungan Asia, kekaisaran Australia Raya dengan jelas melanggar HAM dengan melakukan agresi ke negara lain dan mengancam kedaulatannya, yaitu Indonesia di bawah junta militer. Alasan yang digunakan oleh junta militer adalah mereka melanggar HAM, mengasingkan, dan mendiskriminasi para Hellix karena kekuatan super yang dianggap berbahaya serta memerintah secara otoriter. Namun, pada akhirnya, junta militer dibiarkan dan rezimnya tetap ada pasca perang, asalkan mereka mau mengganti rugi perang yang menyebabkan krisis ekonomi dan menyewakan Papua Barat ke Australia selama 100 tahun.

Memang, banyak sekte ajaran sesat yang muncul setelah keputusan rakyat Indonesia kalah perang. Ketidakstabilan politik dan krisis ekonomi membuat mereka mencari pelarian ke hal-hal yang berbau spiritual untuk menghilangkan stres dan gundah. Meski demikian, mereka harus menjalankannya di organisasi bawah tanah karena kelompok agama yang tak diakui bisa langsung digeledah jika dianggap dapat mengancam doktrin junta militer dan kekuasaan mereka.

XXX

Pemberontak Satrio Piningit menghancurkan semua patung dewa Dewi yang dulu dihormati di Republik Libertenesia, sebagai simbol kemenangan juru selamat atas orang kafir.

Samir menatap langit senja yang semakin gelap, bibirnya berbisik lirih, "Berdoa? Bahkan Tuhan pun tak akan mau menolong mereka yang tak pernah berjuang. Tak akan mengabulkan doa orang yang tak menumpahkan darah di jalannya.Tuhan akan memberkati Natural Sapiens diatas para Hellix"

Suasana hening beberapa saat, sebelum ia melanjutkan dengan suara lebih berat, "Samir , orang-orang menyebutku dengan berbagai julukan—Presiden dunia, Presiden surgawi umat manusia, Samir Al Masih, Imam Mahdi, Satrio Piningit, Ratu Adil, Juru Selamat... hingga God Bless And Save  Messiah." 

Samir melanjutkan, "Negeri Indusnesos sudah mengalami masa positivisme, dewa Dewi telah mati dan manusia sudah mendapat ampunan dari tuhan sejati.Umatku yang patuh, ini akan menjadi perang suci seperti perang Salib di Zaman Salahuddin Al Ayubi tapi lawan kita kali ini bukan pengikut Paulus tapi para dewa Dewi pagan kafir dan keturunnya serta para penyihir yang musyrik"

Kemiskinan, ketidakstabilan ekonomi dan politik setelah kekalahan Junta militer melawan Kekaisaran Agung Terra Australialis dan diserahkannya Papua Barat ke pihak musuh. Membuat rakyat menjadi sangat marah dan mendukung Samir.

"Musyrik? Menyekutukan Tuhan? Apakah kau pikir di zaman modern ini ada orang yang cukup bodoh untuk mempertuhankan manusia atau bahkan alien Hellix sebagai dewa? Atau mungkin kau berpikir Hellix yang mengaku sebagai dewa itu sudah menyekutukan Tuhan? Syirik! Kau pikir mereka bisa memberi mudharat dan manfaat? Jangan-jangan, sekte sesat sepertimu yang bodoh dan musyrik, membunuh saudara seiman hanya karena alasan konyol. Para Hellix itu banyak yang taat pada Tuhan, bahkan kalau pun bukan, apa hakmu mencabut nyawa mereka yang tak pernah berbuat kerusakan di bumi? Yang jelas, satu hal yang pasti: kalian tak akan pernah bisa mengalahkan organisasi Sword of Khalled kami! Kami kalah oleh siapa pun!"  Seru anggota Sword of Khalled kepada Samir.

Tujuan utama pemberontakan Satrio Piningit sebenarnya adalah menggulingkan junta militer dan membalaskan dendam atas perjanjian tak adil yang dilakukan kekaisaran Agung Terra Australialis atas aneksasi Papua Barat selama 100 tahun , namun karena banyaknya Hellix yang bekerja sebagai agen pemerintah junta militer yang korup dan otoriter semua Hellix dan dewa Dewi menjadi sasaran kebencian, termasuk adanya pengaruh fanatisme keyakinan yang menentang keberadaan Hellix sebagai dewa Dewi kafir yang disembah manusia kuno. Dengan Dukungan Mayoritas Rakyat Republik Indusnesos dan Kaisar Gwangmu Tianyi dari Vermillion, Samir yakin dia mampu menaklukkan Kekaisaran Agung Terra Australialis

Kekaisaran Bersatu Australia Raya dan Selandia Baru atau yang dikenal sebagai Kekaisaran Agung Terra Australialis memiliki wewenang untuk menginvasi negara lain, termasuk Indonesia, di masa pemerintahan Junta Militer tanpa terkena sanksi ekonomi atau pelanggaran HAM, karena Amerika Serikat sudah runtuh dan posisi sebagai negara adidaya diambil alih oleh Kekaisaran Bersatu Australia Raya dan Selandia Baru. Pada tahun 2023, Amerika Serikat mengalami krisis besar yang mengarah pada runtuhnya negara tersebut. Penonton di seluruh negeri menyaksikan dengan sedih ketika bendera Amerika Serikat yang berkibar di puncak Gedung Putih turun perlahan-lahan.

Penurunan bendera Amerika Serikat di Gedung Putih menjadi momen yang sangat penting dalam sejarah Amerika Serikat pada tahun 2023. Bendera yang sebelumnya berkibar dengan gagah di puncak gedung, kini turun perlahan-lahan, menandakan akhir dari masa kejayaan dan kekuasaan Amerika Serikat sebagai negara yang kuat dan bersatu.

Para penonton berita di seluruh negeri menyaksikan momen ini dengan sedih dan kecewa. Mereka menyadari bahwa negara mereka telah runtuh dalam kekacauan politik dan ekonomi yang parah. Banyak orang merasa takut akan masa depan yang tidak pasti, sementara yang lain merasa sedih karena hilangnya identitas nasional yang mereka kenal selama ini.

Namun, di tengah kekacauan dan ketidakpastian, ada juga harapan. Banyak orang Amerika Serikat yang berjuang untuk membangun kembali negara mereka dan mencari cara untuk hidup bersama dalam perdamaian dan harmoni. Negara-negara bagian baru yang terbentuk mulai membentuk pemerintahan mereka sendiri dan bekerja sama untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi.

Meskipun masa depan masih penuh dengan tantangan dan ketidakpastian, penurunan bendera di Gedung Putih menjadi momen yang memotivasi orang Amerika Serikat untuk bekerja sama dan membangun kembali negara mereka. Bendera yang sebelumnya berkibar dengan gagah mungkin telah turun, tetapi semangat dan tekad orang-orang Amerika Serikat untuk membangun kembali negara mereka tidak pernah padam.

Situasi politik dan ekonomi di negara itu semakin tidak stabil. Korupsi dan ketidakadilan sosial merajalela, dan pemerintah federal serta negara bagian saling bertikai tanpa henti. Negara itu terpecah-belah dan tidak lagi bersatu sebagai satu kesatuan.

Pada suatu pagi, penonton berita di seluruh negeri terkejut ketika siaran langsung dari Washington, D.C. menunjukkan kerusuhan yang terjadi di depan Gedung Putih. Orang-orang berkumpul di jalan-jalan, memprotes, dan berteriak meminta perubahan. Namun, situasi semakin memanas saat bentrokan antara kelompok pro dan kontra semakin sering terjadi.

Kerusuhan dan kekacauan semakin meluas, dan ketidakmampuan pemerintah federal serta negara bagian untuk mengendalikan situasi semakin terlihat jelas. Sistem ekonomi dan keuangan Amerika Serikat yang sudah terpuruk semakin parah, dan orang-orang mulai kehilangan kepercayaan pada pemerintah mereka.

Pada akhirnya, Amerika Serikat runtuh dan terpecah menjadi beberapa entitas regional yang lebih kecil. Negara bagian mulai membentuk aliansi dan koalisi untuk bertahan hidup, sementara pemerintah federal kehilangan kekuasaannya.

Penonton berita di seluruh negeri menyaksikan kekacauan yang terjadi sambil merasa sedih dan kecewa. Banyak yang merasa takut akan masa depan yang tidak pasti, sementara yang lain mencari cara untuk beradaptasi dengan situasi yang baru.

Dalam upaya untuk memulihkan perdamaian dan stabilitas, negara-negara bagian yang baru membentuk pemerintahan mereka sendiri dan mencoba untuk bekerja sama dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Meskipun masa depan masih penuh dengan ketidakpastian, orang-orang Amerika Serikat terus berjuang untuk membangun kembali negara mereka dan mencari cara untuk hidup bersama dalam perdamaian dan harmoni.

Sebelum munculnya Samir dan sektenya, terjadi Pemberontakan DNA Putih, sebuah gerakan non-religius yang diinisiasi oleh ilmuwan eugenetika sayap kanan dan kelompok ultranasionalis. Tujuan gerakan ini adalah membasmi para Hellix dan DNA mereka karena dianggap mengancam eksistensi ras manusia natural (Homo sapiens).

Para ilmuwan tersebut menciptakan senjata anti-Hellix yang kemudian digunakan oleh pemberontak Satrio Piningit. Namun, karena jumlah pemberontak DNA Putih tidak sebesar Satrio Piningit, junta militer dengan mudah menghancurkan gerakan tersebut.

Pemberontakan DNA Putih yang melibatkan 20.000 orang saja membuat Pemerintah Junta militer melemah sampai kalah perang melawan Kekaisaran Terra Australialis, apalagi pemberontakan Satrio Piningit yang melibatkan 51 persen penduduk Republik ini.

Para Hellix dan orang asing dijadikan musuh bersama untuk mempersatukan rakyat di bawah rasa takut akan ancaman kekaisaran Agung Terra Australialis yang kini telah menguasai Papua Barat.

XXX

Samir adalah dalang kejahatan sebelum dia menjadi jahat dan kehilangan kewarasannya bisa dibilang dia adalah seorang akademisi religius yang terpelajar,dia adalah penjahat yang sangat canggih, elegan dan berpendidikan tinggi, mampu menghafal ratusan ayat kitab suci dan menguasai bahasa arab, latin dan ibrani usia sejak dini.Dia memiliki pengetahuan yang lebih luas dan imajinasi serta kreativitas yang lebih tinggi dari kebanyakan orang dan dia menggunakannya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.

Dia sangat pandai dalam membuat skema dan memanfaatkan kemampuan persuasif yang brilian dan menyakinkan orang lain dengan bakatnya untuk mewujudkan keingannya menjadi kenyataan.

Samir memiliki sifat yang sangat tenang,berwibawa,kharismatik tapi juga ramah terutama pada penguikut sektenya menutupi hati dan perbuatannya yang sangat busuk dan keji dalam mengorbankan nyawa orang lain.Meski berusaha ikhlas dan tegar atas kematian ibunya yang disebabkan para Hellix dan akan masuk surga,Samir tetap  ingin membuat Hellix merasakan rasa sakit yang dia rasakan setelah para Hellix dengan cerobohnya membuat ibunya terbunuh dalam pertarungan melawan alien yang menghancurkan kota,jika dia bisa melakukan adu domba dan mengubah kekuatan para Hellix untuk menghancurkan teman mereka sendiri Mungkin Samir bisa balas dendam dan membuat mereka merasakan rasa sakit yang dia rasakan.

Samir yang tak waras, kompleks dan sulit ditebak apa pikirannya sangat membenci orang munafik yang dia katakan akan menghuni kerak neraka,karena itu secara pribadi dia merusak para Hero dan membuktikan jika mereka sendiri juga memiliki sisi gelap sebelum menghakimi dia sebagai pemimpin sekte sesat termasuk memfitnah mereka sebagai mahluk yang mengancam keberadaan manusia dan menyekutukan tuhan sebagai titisan dewa Dewi kuno,semua itu tak lebih bukan motif agama melainkan hanya memuaskan nafsu sadisnya sendiri.

XXX

Thunderbolt Boy, yang ayahnya dibunuh oleh Jean Atreus Pendragon, bersama Admiral Eraser Kala Rau, akhirnya menjadi pengikut sekte Samir.

Meski dulunya dia titisan raja raksasa Niwatakanca dia mengambil suntikan penetral energi Hellix dan berubah menjadi manusia biasa dan kehilangan seluruh kekuatannya demi menjadi pengikut Samir yang paling setia, berbekal pengalaman buruk hendak dihabisi para dewa karena terlahir sebagai titisan Niwatakanca dia menjadi membenci seluruh ras Hellix dan ingin menghabisi semuanya.

Meskipun Samir hanyalah seorang pembunuh berantai biasa tanpa kekuatan super, ia adalah pemimpin sekte dan pengkhotbah yang sangat manipulatif dengan kharisma tak manusiawi. Kharismanya begitu kuat hingga mampu memanipulasi orang dengan paksaan emosional secara halus, membuat korban bunuh diri hanya dengan kata-katanya yang memikat, tanpa ancaman atau perintah sedikit pun. Korban-korbannya merasa seolah mereka melakukan tindakan tersebut karena kehendaknya sendiri, tanpa sadar terpengaruh oleh sugesti yang ditanamkan Samir.

Kecerdasan Samir dalam manipulasi persuasif tak manusiawi sangat luar biasa. Ia mampu membuat orang yang awalnya putus asa terhadap hidup memiliki gairah dan motivasi tinggi untuk mengikuti perintahnya, bahkan rela mengorbankan nyawanya demi Samir. Dengan janji manis dan kharisma yang menjanjikan dunia yang lebih baik, atau dengan mengajak mereka melalui dalil agama, Samir bisa membalikkan kehidupan seseorang, menjadikan mereka pengikut fanatik.

Tak jarang, Samir mampu mengubah orang yang ceria menjadi putus asa, bahkan mendorong mereka untuk bunuh diri. Kekuatan manipulasi psikologisnya begitu kuat sehingga ia mampu mengajarkan metode pembunuhan yang sulit dilacak oleh polisi. Keahliannya ini membuatnya pernah mengintimidasi Dewa Perang Mars yang sudah hidup ribuan tahun untuk tidak menghalangi rencananya menciptakan pemandangan kiamat dan menjadi manusia terakhir yang berdiri di akhir dunia.

Admiral Eraser Kala Rau, yang awalnya sekutu Dewa Mars dan bangsa monster kucing Felis Catus di bulan, akhirnya mengkhianati Dewa Mars setelah sang ratu bangsa kucing dikalahkan oleh Kila dan teman-temannya. Kala Rau terpesona oleh kharisma Samir dan bergabung dengan sekte ajarannya. Samir tak hanya mampu mempengaruhi manusia biasa, tetapi juga Dewa Mars, yang seharusnya sangat kuat, hanya dengan senjata api dan intimidasi fisik serta mental.

Sebagai seorang manipulator, Samir dapat mengubah kebohongan menjadi kebenaran di mata pengikut sektenya, menggunakan doktrin yang disesatkan untuk mempengaruhi persepsi mereka. Ia bisa mengubah yang salah menjadi benar, dan yang benar menjadi salah, membuat pengikut sektenya merasa tak punya pilihan selain mengikuti perintahnya. Bahkan, pengikutnya tak merasa diperintah oleh Samir, melainkan merasa tindakan mereka adalah kehendak sendiri.

Samir memanfaatkan keraguan dan krisis iman pengikut sektenya yang merasa terancam oleh eksistensi dewa-dewa pagan dan polytheisme. Samir, meski tidak peduli pada agama atau moralitas, memanipulasi doktrin agama untuk membangun pengikut fanatik yang mendukung tujuannya untuk menghancurkan dunia dan menciptakan dunia yang lebih baik tanpa perang atau penderitaan. Ia sadar bahwa jika dunia yang ia bangun tidak abadi, maka yang abadi hanya kematian dan kehancuran.

Samir juga memiliki rencana untuk menciptakan mesin raksasa bernama Aether Titanomachy Ragnarok, yang akan mempersatukan kesadaran seluruh umat manusia di Bumi. Jika kesadaran manusia terhubung dalam satu tubuh, Samir percaya bahwa manusia tidak akan lagi melukai satu sama lain, karena melukai orang lain berarti melukai diri sendiri. Dengan mesin ini, Samir ingin menciptakan perdamaian sejati dan kesetaraan, menghilangkan perbedaan dan menciptakan dunia yang lebih damai. Namun, meskipun tujuannya terdengar mulia, Samir tetap menganggap Hellix sebagai perwujudan dewa yang menyekutukan Tuhan, yang pantas untuk dijadikan tumbal bagi mesin yang ia ciptakan.

Dalam pertemuan dengan Dewa Mars, Samir memperingatkan dengan tegas dan sorot mata tajam, memastikan bahwa Mars tidak akan menghalangi jalannya. Dengan kata-kata yang penuh kekuatan dan manipulasi emosional, Samir terus mengarahkan sektenya untuk mengikuti tujuan radikalnya, memperlihatkan betapa besar kekuasaannya dalam mengubah persepsi dan mempengaruhi tindakan orang lain.

XXX

Sebuah lukisan bersejarah,Pejabat junta militer dipaksa bertekuk lutut di bawah tangga pada  Samir sang juru selamat meminta pengampunan,Samir menunjuk kearah gerbang istana sambil bertolak pinggang dengan angkuh.Pengikut dan tentara sucinya bersorak Sorai dengan pengeksekusian Presiden Junta militer Prabowidodo dengan cara dirajam sampai mati.Pengikutnya mengepalkan kedua tangannya dan membentuk huruf X untuk melakukan pemujaan. Pengikut sekte semakin percaya jika Samir Juru selamat setelah kemenangan melakukan Pemberontakan Satrio Piningit melawan pemerintah junta militer

Samir memiliki tujuan untuk menciptakan dunia  sempurna yang bebas dari segala macam emosi dan konflik. Untuk mencapai tujuannya, ia ingin menggunakan mesin bernama Aether Titanomachy Ragnarok untuk menggabungkan semua orang menjadi satu pikiran yang sama agar mengerti perasaan satu sama lain dan tak egois,mudah menghakimi atau melukai orang lain dengan membuat seluruh manusia menjadi satu kesadaran dan seolah menjadi satu individu.Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh karena itu dia ingin menyatukan orang dalam kesadaran raksasa dan membuat mereka melupakan perbedaan yang menciptakan perang dan menjadi satu entitas kesadaran yang tak mengenal perbedaan antara setiap manusia di dalamnya.Berbeda beda orang tapi tetap terhubung dan bersatu di bawah satu pikiran dan kesadaran hingga tak ada lagi perbedaan ke Akuan diantara manusia yang ada adalah kita, karena dia yakin empati adalah satu satunya perasaan yang akan mencegah manusia melukai manusia lain dengan merasakan apa jadinya jika mereka di posisi orang lain,memahami jika melukai orang lain melukai diri sendiri. Hanya dengan menggabungkan pikiran dan kesadaran manusia menjadi satu, manusia dapat mengetahui perasaan, pemikiran manusia lain hingga tumbuhlah empati manusia yang bisa memahami penderitaan dan kebaikan manusia lain hingga perang dapat dicegah akibat perasaan senasib dan menjadi bagian satu sama lain ,Karena Itu layaknya anggota tubuh yang saling merasakan sakit jika salah satunya terluka,jika gigi atau tangan sakit seluruh tubuh terluka manusia akan mementingkan kepentingan kesadaran semua orang daripada keegoisan dan kepentingannya sendiri,Aether Titanomachy tak hanya akan menggabungkan dan mengonekaikan pikiran orang orang yang masih hidup melainkan orang yang sudah meninggal termasuk Ibu Samir yang meninggal akibat ulah Hellix sebelum dia dibawa ke bangsal psikiari penjara, bertemu kembali dengan ibunya yang meninggal seperti delusinya di Bangsal Psikiatri penjara adalah impiannya dan rencana terbesar tersembunyi nya untuk bertemu kembali dengan satu satunya wanita yang  menyayanginya tanpa peduli jika itu akan mengorbankan kebebasan banyak orang,Samir berharap bahwa dengan cara ini, manusia akan menjadi bebas dari segala macam perasaan dan konflik, dan dunia akan menjadi lebih damai.

Kila mengetahui jika upaya Samir untuk merenggut kebebasan berpikir dan privasi manusia dimana setiap ingatan manusia bisa diakses setiap orang adalah jahat terlepas dari upayanya untuk mencegah kebohongan dan upayanya untuk mengkoneksikan kesadaran orang mati yang sudah beristirahat dengan tenang demi keegoisan pribadi sudah tak bermoral, kelewatan dan terjebak di masa lalu ,Kila yang memiliki kekuatan Dewi Artemis yang memungkinkannya untuk mengendalikan pikiran orang lain. Dalam pertarungan melawannya ,Kila menggunakan Hellixwatch-nya untuk memasuki pikiran Samir dan memanipulasi kenangan masa lalunya, membuat Samir  kehilangan fokus dan kekuasaannya atas mesin Ragnarok Connection. Dengan begitu, Kila dapat membunuh Samir  hanya dengan menggunakan pandangannya dengan membuatnya menjadi tersangka kejahatan perang di pengadilan internasional.Untuk menyalakan mesin itu dibutuhkan tumbal para dewa dan Hellix sebagai pengorbanan energi,kebetulan sekali Samir memang membenci dewa Dewi orang kafir yang diklaim lebih tua dari agamanya sendiri dan dapat menggoncang keimanan,karena itu para dewa dan Hellix akan mati dan kehilangan kekuatannya setelah Ragnarok diaktifkan dengan menyerap energi mereka di seluruh dunia. Samir dan pengikut sektenya berusaha membangkitkan kegelapan abadi dari Tartarus demi menghancurkan para dewa dan Hellix yang dia anggap menghina Tuhan sejati yang maha esa melalui mesinnya Aethertitanomakia yang dapat memicu Ragnarok melalui Muspel Dunia api dan tempat tinggal para raksasa api yang merupakan musuh abadi para Dewa Aesir.Samir menyatakan bahwa dunia terus berdusta karena itu jika pikiran dan kesadaran manusia sudah terhubung melalui Aether Titanomachy layaknya sebuah jaringan internet yang memudahkan manusia berkomunikasi maka manusia tak akan memiliki kemampuan untuk berbohong karena setiap manusia mampu mengetahui setiap pikiran orang lain seperti telepati karena pikirannya sudah terhubung , kebohongan adalah contoh konstruksi sosial yang perlu diruntuhkan demi Ragnarok Connection untuk membuka jalan bagi kebenaran yang kita semua butuhkan?Ragnarok adalah cara yang bagus untuk mengatakan "pelupaan ilahi" mencoba mengakhiri hidup itu sendiri dan dilihat sebagai juru selamat, bukan raja. Bahwa dengan menghancurkan lawan-lawannya dengan cara yang ilahi dan penuh hormat, ini membenarkan tekadnya untuk memulai kembali umat manusia. Karena dia telah melihat, hidup, dan menghirup semua kesalahan umat manusia selama bertahun-tahun. Dia merasa dia sempurna untuk peran;mencoba mengakhiri hidup itu sendiri dan dilihat sebagai dewa, bukan raja. Bahwa dengan menghancurkan lawan-lawannya dengan cara yang ilahi dan penuh hormat, ini membenarkan tekadnya untuk memulai kembali umat manusia. Karena dia telah melihat, hidup, dan menghirup semua kesalahan umat manusia selama bertahun-tahun. Dia merasa dia sempurna untuk peran; Nantinya api dari muspel ini yang membakar habis jembatan Bisfort dan memulai perang Ragnarok. Ragnarok itu dalam bahasa Eropa kuno artinya Takdir Para Dewa yang menceritakan tentang pertempuran dunia. Semacam kiamat, yang membakar habis Ygdrassil dan menghancurkan 8 dari 9 dunia dalam mitologi ini. Sebetulnya Ragnarok ini adalah perang puncak dari perseteruan para dewa dan para raksasa yang sudah berlangsung lama. Tapi yah, secara dewa ama raksasa yang perang, mau gak mau alam semesta jadi ikutan porak poranda. Para dewa dipimpin tak lain dan tak bukan adalah oleh Odin dan di ras raksasa atau Jotun ada Loki yang menjadi panglima perang. Pertempuran habis-habisan ini terjadi di VIGRID , sebuah padang luas yang terletak di Middle Earth.

Banyak Hellix ditangkap dan dikirim ke kamar gas, di mana tubuh mereka ditembak atau dibakar hidup-hidup. Mereka dipaksa membakar rekan mereka sendiri sampai menjadi abu dan dicambuki. Keadaan ini seperti neraka. Mereka juga dijadikan pekerja paksa sampai mati. Siapa pun yang mencoba kabur atau menolong tahanan Hellix lain akan dibunuh, ditembak di tempat atau dibakar hidup-hidup.

XXX

Dewi Sri sering digambarkan sebagai seorang gadis muda yang cantik, langsing, namun memiliki tubuh sintal dan penuh, dengan wajah yang mencerminkan kecantikan alami khas wanita Nusantara. Ia melambangkan puncak kecantikan, kewanitaan, dan kesuburan seorang perempuan.

Dalam budaya Jawa yang penuh dengan nilai estetika tinggi, Dewi Sri digambarkan layaknya seorang dewi atau putri ningrat dalam cerita pewayangan. Wajahnya yang cerah, dengan mata tipis yang tertunduk dan ekspresi yang anggun, mencerminkan ketenangan. Gambaran ini serupa dengan kecantikan Dewi Sinta dalam cerita Ramayana.

Pasangannya, Sedhana, juga digambarkan sebagai sosok tampan, mirip dengan Rama. Patung loro blonyo, yang menggambarkan pasangan pria dan wanita, dianggap sebagai simbol dari Dewi Sri dan Sedhana. Oleh karena itu, keduanya sering dipandang sebagai manifestasi dari Batara Wisnu dan istrinya, Batari Srisekar Widowati.
Arca perunggu Dewi Sri dari masa Jawa kuno,Ia dipercaya sebagai dewi yang menguasai ranah dunia bawah tanah juga bulan. Perannya mencakup segala aspek Dewi Ibu, yakni sebagai pelindung kelahiran dan kehidupan. Ia juga dapat mengendalikan bahan makanan di bumi terutama padi: bahan makanan pokok masyarakat Indonesia; maka ia mengatur kehidupan, kekayaan, dan kemakmuran. Berkahnya terutama panen padi yang berlimpah dan dimuliakan sejak masa kerajaan kuno di pulau Jawa seperti Majapahit dan Pajajaran.

Dewi Sri juga mengendalikan segala kebalikannya yaitu ; kemiskinan, bencana kelaparan, hama penyakit, dan hingga batas tertentu, memengaruhi kematian. Karena ia merupakan simbol bagi padi, ia juga dipandang sebagai ibu kehidupan. Seringkali ia dihubungkan dengan tanaman padi dan ular sawah.

Dewi Sri selalu digambarkan sebagai gadis muda yang cantik, ramping tetapi bertubuh sintal dan berisi, dengan wajah khas kecantikan alami gadis asli Nusantara. Mewujudkan perempuan di usia puncak kecantikan, kewanitaan, dan kesuburannya.

Kebudayaan adiluhung Jawa dengan selera estetis tinggi menggambarkan Dewi Sri seperti penggambaran dewi dan putri ningrat dalam pewayangan. Wajah putih dengan mata tipis menatap ke bawah dengan raut wajah yang anggun dan tenang. Serupa dengan penggambaran kecantikan dewi Sinta dari kisah Ramayana.

Pasangannya, Sedhana juga digambarkan dengan rupa bagus seperti Rama. Patung loro blonyo (berarti: "dua lapik atau dasar") yang menggambarkan sepasang lelaki dan perempuan, juga diibaratkan sebagai pasangan Dewi Sri dan Sedhana. Karena hal tersebut, Dewi Sri dan Dewa Sedhana seringkali dianggap sebagai titisan Batara Wisnu dan istrinya, Batari Srisekar Widowati.

Dewi Sri tetap dihormati dan dimuliakan oleh masyarakat Jawa, Sunda, dan Bali . Meskipun demikian banyak versi mitos serupa mengenai dewi kesuburan juga dikenal oleh suku bangsa lainnya di Indonesia. Meskipun kini orang Indonesia kebanyakan adalah muslim atau beragama hindu, sifat dasarnya tetap bernuansa animisme dan dinamisme.

Kepercayaan lokal seperti Kejawen dan Sunda Wiwitan tetap berakar kuat dan pemuliaan terhadap Dewi Sri terus berlangsung bersamaan dengan pengaruh Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen. Beberapa kraton di Indonesia, seperti kraton di Cirebon, Ubud, Surakarta, dan Yogyakarta tetap membudayakan tradisi ini. Sebagai contoh upacara selamatan atau syukuran panen di Jawa disebut Sekaten.

Boddhisitwa Dewi Sri Vasundhari adalah Dewi Padi sumber kehidupan dan Kesuburan Jawa yang memberikan energi QI kepada para pendekar spritual termasuk Parasu. Pemujaan Dewi Sri diperkirakan berasal dari pemujaan Bhagawati Tara Dewi oleh para petani. Dalam salah satu wujudnya, Bhagawati Tara bermanifestasi sebagai Vasundhari atau Vasundharini. Ia digambarkan bertubuh kuning sambil memegang setangkai padi yang menguning. 
XXX

.
Para Dewata Boddhisitwa mengenal Shambhala atau Agharta sebagai Aryavartha (tanah orang-orang yang berharga, tanah Veda) dan juga disebut sebagai Tanah Para Dewa yang Hidup, Tanah Terlarang, Tanah Air Putih dan Tanah Api Hidup. Batari Kali Boddhisitwa membawa Parasu ke Agharta atau Shambala yang ada jauh di perut bumi. Shambala adalah sebuah kerajaan misterius yang dipimpin oleh Manjuśrīkīrti, Raja Shambala tersembunyi di antara Gunung Himalaya dan Gurun Gobi.Di Shambala, seluruh penduduknya telah mencapai pencerahan spiritual sehingga para pengikut Budha di Tibet mengatakan bahwa para penduduk Shambala merupakan perwujudan dari kesempurnaan, Shambala juga dikenal dengan sebutan "Tanah Suci.Agartha adalah kota legendaris yang diketahui berada jauh di dalam perut planet kita. Juga dikenal dengan nama Agartta, Agharti atau Agarta, sering dikaitkan dengan Shambhala sebagai tempat kelahiran Kalki) sebagai ibu kota Agartha.ada beberapa pintu masuk ke kota bawah tanah Agartha ini, beberapa di antaranya adalah sumur energi,mengenai Agartha, yang mengatakan bahwa dunia tersembunyi ini akan dapat diakses oleh semua umat manusia ketika Anarki yang ada di dunia kita digantikan oleh Sinarki.Legenda mengatakan ada ras kuno yang menghuni di permukaan Bumi sejak jutaan tahun yang lalu dan kemudian pindah ke kota bawah tanah, menyusun lingkungan dan kebutuhan hidup mereka sendiri.ras mereka menyadari bahwa Matahari menyebabkan mereka menua sebelum waktunya dan akhirnya memutuskan untuk mencari rumah baru di bawah tanah.
XXX
Kumari Kandam adalah kerajaan yang tenggelam yang kadang-kadang dibandingkan dengan Lemuria.kota Puhar yang tenggelam. Dravidia berasal dari daerah selatan yang kini adalah pantai India selatan yang tenggelam karena banjir. Terdapat berbagai klaim pengarang Tamil bahwa terdapat daratan yang besar menghubungkan Australia dengan pantai Tamil Nadu.Kumari Kandam adalah sebuah legenda tentang daratan luas yang hilang berkaitan dengan peradaban Tamil kuno, terletak di sebelah selatan India kini, di Samudera Hindia. Nama alternatifnya adalah Kumarikkantam dan Kumari Nadu. Sebagian revivalis Tamil menghubungkannya dengan kerajaan Pandyan yang disebutkan didalam karya-karya sastera Tamil dan Sansekerta.“Kumarika Khanda”. Bagian Andakosappadalam dalam Kanda Puranam menggambarkan model kosmologi berikut tentang alam semesta.
“Ada banyak dunia yang masing-masing memiliki beberapa benua, yang selanjutnya memiliki beberapa kerajaan. Paratan, penguasa salah satu kerajaan tersebut, memiliki delapan putra dan satu putri. Ia selanjutnya membagi kerajaannya menjadi sembilan bagian, dan bagian yang diperintah oleh putrinya, Kumari, kemudian dikenal sebagai Kumari Kandam. Kumari Kandam adalah sebuah kerajaan di bumi.”

XXX

Dalam Mitologi Sumeria, para dewa dilahirkan dari pasangan Tiamat, yang merupakan air asin, dan Abzu, yang merupakan air tawar. Setelah itu, para dewa, yang merupakan anak-anak mereka, memberontak melawan sang ayah, Abzu dan memperoleh supremasi atas dunia. Pada saat itu, Tiamat dengan lembut masih memaklumi perbuatan anak-anaknya. Ini adalah bukti bahwa cintanya untuk anak-anaknya mengalahkan cintanya untuk suaminya.

Pada zaman purba, Abzu, yang juga dikenal sebagai Apsû, adalah ayah dari dewa-dewa tua, Lahmu dan Lahamu. Mereka berdua, yang disebut "berbulu," bertugas sebagai penjaga gerbang di kuil Enki Abzu di Eridu. Lahmu dan Lahamu kemudian melahirkan Anshar dan Kishar, yang melambangkan akhir dari surga dan bumi. Anshar, yang berarti "totalitas surga," dan Kishar bertemu di cakrawala, menjadi orang tua dari Anu, yang melambangkan Surga, dan Ki, yang melambangkan Bumi.

Namun, cerita utama berfokus pada Tiamat, personifikasi dari air asin yang "bercahaya." Tiamat adalah kekuatan yang menyebabkan kekacauan dalam penciptaan dunia. Bersama Abzu, ia mengisi semesta dengan air purba, membentuk dasar kehidupan. Ia juga dikenal sebagai "Ummu-Hubur yang membentuk segala hal."

Ketika Apsu merencanakan untuk membunuh dewa-dewa muda, Enki mengetahui rencana tersebut dan berhasil menangkapnya. Apsu kemudian ditahan di bawah istana E-Abzu. Kejadian ini membuat Kingu, anak dari Apsu dan Tiamat, marah. Kingu melaporkan kejadian itu kepada ibunya, Tiamat, yang kemudian menciptakan 11 monster untuk membalas dendam atas kematian Apsu. Monster-monster ini, yang diciptakan untuk melawan para dewa muda, antara lain Bašmu, Ušumgallu, Mušmaḫḫū, Mušḫuššu, Laḫmu, Ugallu, Uridimmu, Girtablullû, Umū dabrūtu, Kulullû, dan Kusarikku.

Tiamat juga memiliki Tablet of Destinies, yang memberikan kekuasaan atas takdir. Dalam pertempuran yang dahsyat, dia memberikan tablet ini kepada Kingu, yang dipilihnya sebagai kekasih dan pemimpin pasukannya. Para dewa yang ketakutan menghadapinya, namun muncul pahlawan baru, Anu. Dalam beberapa versi cerita, Anu digantikan oleh Enlil atau Marduk, putra Enki. Marduk bersumpah untuk mengalahkan Tiamat dan menjadi "Raja Para Dewa." Dengan panah angin, jaring, gada, dan tombak yang tak terkalahkan, Marduk akhirnya mengalahkan Tiamat dan membawa kedamaian bagi dunia.

Tiamat adalah monster atau dewi dalam mitologi Babilonia dan Sumeria, serta tokoh utama dalam kisah penciptaan Enûma Elish. Dalam mitologi tersebut, Tiamat digambarkan sebagai dewi primordial laut asin yang menikah dengan Abzû, dewa air tawar, dan bersama-sama mereka melahirkan para dewa muda. Tiamat merupakan simbol kekacauan dalam penciptaan awal. Ada dua sisi dalam mitos Tiamat, pertama sebagai dewi pencipta yang melalui pernikahan antara air asin dan air tawar menciptakan semesta secara damai. Namun, dalam versi "Chaoskampf," Tiamat menjadi simbol kekacauan mengerikan dari masa primordial dan digambarkan sebagai ular laut atau naga.

Dalam Enûma Elish, Tiamat melahirkan generasi pertama dewa. Suaminya, Apsu, mengira bahwa anak-anaknya berencana membunuhnya dan merebut tahtanya, sehingga ia berperang melawan mereka dan akhirnya terbunuh. Tiamat, marah akan kematian suaminya, berperang untuk membalasnya dengan wujud naga laut raksasa, namun pada akhirnya dia dibunuh oleh Marduk, putra dewa Enki. Sebelum kematiannya, Tiamat melahirkan berbagai monster, termasuk naga pertama yang tubuhnya dipenuhi racun. Setelah membunuh Tiamat, Marduk membentuk langit dan bumi dari tubuhnya.

Beberapa ahli, seperti Thorkild Jacobsen dan Walter Burkert, menghubungkan nama Tiamat dengan kata Akkadia untuk laut, "tâmtu," yang kemudian berkembang menjadi "ti'amtum." Burkert juga menarik hubungan linguistik antara Tiamat dan nama Tethys dalam mitologi Yunani. Nama "Tiamat" diyakini merupakan turunan dari bentuk konstruksi vokatif dari kata "tâmtu," yang sering digunakan untuk menggantikan kata "laut" dalam teks Akkadia.

Menganggap kematian Tiamat oleh Marduk sebagai bukti untuk hipotesisnya tentang pergeseran kuno dalam kekuasaan dari masyarakat matriarkal ke patriarki.

Tiamat sering digambarkan sebagai ular laut atau naga, meskipun dalam Enûma Elish, dia melahirkan berbagai makhluk seperti naga, ular, manusia kalajengking, dan makhluk lainnya.

Namun, para dewa, yang merupakan anak-anak Tiamat, dengan berani mengangkat pedang mereka melawan sang ibu. Dalam kesedihan dan kekacauan yang melanda hatinya, Tiamat melahirkan 11 Magical Beast sebagai anak-anak baru, yang kemudian bertempur melawan para dewa. Setelah pertempuran berakhir, Tiamat dan 11 Magical Beast tersebut hancur. Dewa-dewa dikisahkan merobek tubuh Tiamat menjadi dua, menciptakan langit dan bumi dari bagian-bagian tubuhnya, serta menetapkan ritual penciptaan Dunia Manusia.
Mengiris Tiamat menjadi dua, dia membuat tulang rusuknya jadi surga dan bumi. Matanya yang berair menjadi sumber air Tigris dan Eufrat, ekornya menjadi galaksi Bima Sakti. Dengan persetujuan dewa-dewa yang lebih tua, ia mengambil Tablet of Destinies dari Kingu, melantik dirinya sendiri sebagai kepala panteon Babilon. Kingu ditangkap dan dibunuh kemudian. Darah merahnya dicampur dengan tanah liat merah dari Bumi akan menciptakan tubuh manusia. Manusia diciptakan untuk bertindak sebagai pelayan dewa Igigi yang lebih muda.

Penanggalan epik ini tidak sepenuhnya jelas, tetapi dilihat dari topik mitologi tertutup dan versi huruf kuno yang ditemukan sejauh ini, kemungkinan sekitar abad ke-15 SM.
 
Mitos Tiamat adalah salah satu versi paling awal dari Chaoskampf, pertempuran antara pahlawan dan chthonic(monster perairan), sejenis ular atau naga. Motif Chaoskampf dalam mitologi lain terkait langsung/tidak langsung dengan mitos Tiamat, termasuk mitos Hittite Illuyanka, dan dalam tradisi Yunani, kisah pembunuhan Apollo atas Python sebagai tindakan yang diperlukan untuk mengambil alih Oracle Delphi.

Tiamat dikenal sebagai "rahim yang dibuang setelah Penciptaan," yang menjadi dasar dari Mitologi Sumeria. Tubuhnya diubah menjadi "Mother Sea" dan dijadikan tempat untuk menghasilkan kehidupan.Karena sudah dianggap tidak diperlukan, Tiamat hanya dianggap sebagai penghalang oleh keturunannya. Kini, ia menunggu di dunia cermin, berharap suatu saat bisa kembali ke dunia nyata.

XXX
Merasa lelah, para dewa itu mogok kerja sampai Dewa Enlil memutuskan untuk menciptakan manusia dari tanah liat dan darah seorang dewi. Namun, 1.000 tahun setelah menciptakan manusia, Enlil mulai gila karena harus mendengarkan semua doa mereka.

Enlil yang kesal pun mulai membunuh manusia dengan kekeringan sampai mereka menjadi kanibal. Dewa laut, Enki, merasa kasihan pada manusia sehingga dia mengambil ikan dari laut dan memberikannya pada manusia. Mengetahui hal ini, Enlil pun memerintahkan Enki untuk memusnahkan umat manusia dengan banjir besar.

Enki tahu kalau dia harus mematuhi dewa utamanya, tetapi di satu sisi merasa kasihan dengan manusia. Oleh karean itu, ia memperingatkan seorang manusia bernama Atrahasis untuk membuat sebuah bahtera raksasa. Atrahasis memutuskan untuk membawa semua tumbuhan dan hewan serta para tetua yang paling bijaksana.

Dewi ibu, yang merasa ngeri dengan peristiwa ini, mengusulkan agar generasi baru manusia memiliki kontrol populasi alih-alih berkembang biak seperti kelinci. Dia pun menciptakan keguguran dan bencana alam berkala untuk mengurangi populasi manusia. Enlil menyambut baik gagasan ini dan mengizinkan Atrahasis untuk membangun kembali peradaban dari awal.

Gilgamesh mulai mencari keabadian setelah sahabatnya, Enkidu, meninggal. Dalam perjalannya, ia bertemu dengan leluhurnya, Utanapishtim, yang selamat dari peristiwa banjir besar. Alih-alih mendapatkan keabadian, Gilgamesh malah mendapatkan perunungan.

XXX

Mesir yang megah, dengan piramida dan emas berkilauan. Horus, dewa langit, segera dinobatkan menjadi Raja Mesir menggantikan sang ayah, Osiris. Saat hari penobatan, kekacauan terjadi saat adik Osiris, Set sang dewa gurun yang cemburu dan ingin merebut takhta Mesir.

Tidak ada batasan antara dewa dan manusia biasa. Dewa, dengan tubuh berukuran lebih besar, hidup di antara rakyat Mesir yang hidup makmur. Raja Mesir pun seorang dewa, yaitu Osiris

Seth adalah dewa yang biasanya digambarkan sebagai manusia berkepala anjing, atau lelaki Mesir dengan rambut merah. Kadang ia juga digambarkan dalam rupa kuda nil merah, babi hutan, atau ular, sesuai dengan salah satu kemampuannya : berubah wujud.

Di awal kemunculannya, Seth adalah dewa utama masyarakat Mesir Atas (Mesir Selatan). Disembah sebagai dewa badai dan penguasa padang pasir, Seth dikenal sebagai putra Geb dan Nut yang pada mulanya melindungi Ra saat menjelajahi Duat bersama dewa-dewa lainnya. Memasuki Dinasti Ketiga, Mesir Atas dan Mesir Bawah disatukan di bawah satu pharaoh. Pada saat inilah antagonisasi Seth mulai terjadi dan ‘Legenda Osiris’ mulai muncul.

Kisah legenda Osiris dimulai dari kisah bagaimana Seth, yang semula adalah pengawal Ra dalam perjalanan melintasi Duat (samudera yang ada di luar angkasa) ‘dibebastugaskan’ oleh Ra karena Seth merasa tidak diperlakukan secara layak dan secara tidak sengaja mengancam Sang Dewa Matahari bahwa ia akan melepaskan badai ke arah Sang Dewa Matahari sebagai bentuk ‘protesnya’. Kesalahan fatal! Alih-alih didengarkan protesnya, Ra justru membebastugaskan Seth dari tugas pengawalan dan memilih dewa-dewi lain untuk mengawal perjalanannya ke Duat secara bergantian.

Cerita ‘Legenda Osiris’ beralih ke dunia manusia di mana Seth, Isis dan Osiris, turun ke dunia manusia dan menyelenggarakan sebuah pemerintahan di Mesir. Namun karena iri pada kepopuleran Osiris, Seth membunuh Osiris kemudian memburu Isis dan Horus meskipun akhirnya Isis dan Horus diselamatkan oleh Nepthys yang notabene adalah istrinya Seth itu sendiri.
Dewa penguasa bernama Osiris yang dibunuh oleh saudaranya Set (Gerard Butler), Dewa perang dan kegelapan yang cemburu selama proses penobatan putra Osiris, Horus (Nikolaj Coster-Waldau) dilaksanakan.

Set merebut takhta dan menyatakan bahwa umat manusia harus membayar kekayaan untuk masuk ke akhirat.

Set berhasil menguasai Mesir, mengubah delta Sungai Nil yang hijau dan indah menjadi gurun dan menyengsarakan rakyat. Di lain pihak, dewa-dewa Mesir yang lain hanya punya 2 pilihan: harus tunduk pada Set atau dibunuh. Ya, dewa bisa mati bersimbah darah emas

Seth berkuasa atas Mesir, menggantikan Osiris, selama bertahun-tahun sampai suatu ketika Isis membawa kembali jasad Osiris dari Biblos. Seth yang menemukan jasad saudaranya lagi langsung memotong jasad Osiris menjadi 14 bagian. Ia tidak tahu bahwa Isis kemudian mengembara lagi ke seluruh Mesir untuk kembali menyatukan jasad Osiris.

Ketika Horus telah beranjak dewasa, Ra sang dewa matahari turun kembali ke dunia dan membentuk sebuah kerajaan tandingan di bawah pimpinan pharaoh Ra-Horakhty (yang sebenarnya adalah Ra sendiri). Kerajaan tandingan ini berseteru dengan kerajaan yang dipimpin oleh Set selama bertahun-tahun dan Horus adalah salah satu prajurit Ra-Horakhty.

Horus yang kalau berubah dengan kostum sayap emasnya sanga memukau layaknya seluruh dewa-dewi Mesir digambarkan sebagai sosok raksasa yang mampu berubah wujud menjadi sosok ber-Armor yang sangat keren.

Setiap gerakan Horus sempurna dan setiap pukulan sangat menyenangkan sehingga dia ingin tertawa terbahak-bahak. Dia memiliki refleks yang sangat cepat, kekuatan yang ditingkatkan, dan tujuan serta kecepatan yang hebat. Indranya sangat tajam sehingga dia bisa menebak perkiraan waktu matahari terbit dan memiliki naluri bertarung yang saleh yang memberinya reaksi yang tepat dalam pertempuran. Senjata pilihannya adalah khopesh dan lembing.

Horus adalah dewa perang, dan karena itu, ia adalah salah satu dewa paling kuat dari jajaran Mesir. Naluri pertempurannya sangat dihormati di antara para dewa, sehingga beberapa dari mereka berharap Horus menjadi firaun para dewa, bukan Ra.

Horus adalah prajurit berkepala elang besar dengan baju besi yang kuat dan khopesh raksasa. Horus sejauh ini adalah dewa terkuat dalam Sihir Tempur, menjadi dewa pertempuran, kecuali mungkin Set . Avatar-nya juga dapat digunakan untuk hanya memanggil tinju untuk meninju sesuatu atau memotong karate untuk memecahkan sesuatu.

Horus juga salah satu dari dua dewa yang memiliki Nama Rahasia Ra , kepala dewa. Horus juga memiliki kekuatan politik yang besar sebagai raja para dewa, dan merupakan salah satu dewa yang paling kuat, mampu mengalahkan dewa-dewa yang kuat seperti Sobek , Set dan, bersama dengan Carter Kane, mampu melemparkan mantra Eksekrasi Bayangan pada Apophis sendiri. Horus juga diberikan crook dan flail milik Ra, dua senjata Ra.

Sebagai Dewa perang dan tempur Horus dapat membuat avatar pertempuran besar untuk melindungi tuan rumahnya. Dan itu cukup kuat untuk mengalahkan Tuhan lainnya.
Pemanggilan senjata: Menjadi dewa perang, Horus dapat memanggil khopesh dan pedang dan bahkan mengubahnya menjadi senjata energi untuk Avatar Tempurnya.

Sebagai Dewa perang dan tempur Horus dapat membuat avatar pertempuran besar untuk melindungi tuan rumahnya. Dan itu cukup kuat untuk mengalahkan dewa lainnya.

Menjadi dewa perang, Horus dapat memanggil khopesh dan pedang dan bahkan mengubahnya menjadi senjata energi untuk Avatar Tempurnya.

Horus dan mantra serangan tetapi masih ada karena menjadi Dewa tempur.

Horus dapat memanggil dan menenangkan makhluk sucinya, dan memerintahkan mereka untuk menyerang targetnya. Makhluk sucinya termasuk elang dan griffin. Horus menunjukkan bahwa dia secara alami dapat melihat seperti elang sehingga penglihatannya berkali-kali lebih tajam daripada kebanyakan.

Horus juga dewa langit, dan dengan demikian, dapat mengendalikannya sampai batas tertentu. Dia bisa mendistorsi ruang dan membuat anomali berbahaya untuk menyerang lawannya.

Sebagai dewa langit memungkinkan Horus untuk memiliki kekuatan di atasnya seperti manipulasi badai.

Horus (seperti banyak dewa) sering menyimpan senjata.

Horus (seperti banyak dewa) dapat memasuki dengan mudah. Dia bisa melakukan perjalanan jarak jauh melalui.

Horus sangat kuat bahkan untuk dewa, dan itu adalah salah satu hal yang membuatnya dihormati di antara para dewa.

Sementara Horus lebih suka bepergian melalui Darat, dia efisien dalam membuat portal. Sebagai dewa Horus memiliki kemampuan untuk berubah menjadi banyak hewan dan bentuk yang berbeda. Dia bisa berubah menjadi elang dan elang dia bisa berubah menjadi energi murni dan versi berkepala elang dari dirinya sendiri.

Seperti semua dewa, Horus mampu berubah menjadi hibrida manusia-binatang dengan logam, bukan daging. Dalam kasus Horus, wujudnya humanoid dengan kepala dan sayap elang, berwarna emas dan perak, dengan mata berwarna biru plasma. Transformasinya bisa penuh atau tanpa kepala dan sayap, membuat kepalanya yang normal terlihat, tetapi ketika sepenuhnya berubah, dia mengeluarkan suara elang alih-alih berbicara. Ketika dia hanya dengan satu mata, Horus percaya bahwa dia tidak dapat berubah menjadi bentuk dewa, namun kemudian ditemukan bahwa dia bisa melakukannya terlepas dari matanya yang hilang begitu dia menyadari perjalanan sejatinya dalam hidup adalah untuk melindungi rakyatnya, dan mengarahkan dirinya kembali ke jalurnya dengan memilih untuk mencoba dan menyelamatkan Bek daripada mengambil matanya yang lain. Tampaknya tidak ada perbedaan dalam kekuatannya dengan satu atau dua mata begitu dia mengikuti jalan aslinya lagi.
Meskipun memiliki penglihatan yang benar-benar sempurna, mata kuat Horus rentan dibutakan oleh sinar matahari yang memantul dari permukaan logam seperti perisai. Namun, ketika Set mencungkil matanya, dia harus menggunakan indranya yang lain sampai Bek mengembalikan salah satu matanya dan kemudian mendapatkan yang lain

Pada masa-masa awal perseteruan, Horus dan Set tidak pernah saling berduel satu-lawan-satu, tapi ketika pasukannya mulai habis, Set dan Horus mulai berhadap-hadapan secara langsung. Kadang Set unggul, kadang Horus yang unggul. Setidaknya Set pernah mencabik satu mata Horus sehingga Thoth harus mengganti mata Horus dengan mata lain yang beda warna, sementara Horus sendiri pernah mencabik alat vital Seth sehingga konon sejak itu dewa ini menjadi impoten.

Set memiliki tiga istri : Nepthys, yang melahirkan Anubis, Tawaret, dewi kuda Nil yang kemudian memihak Osiris, serta Neith, dewi perburuan, yang melahirkan Sobek (dewa buaya). Dari ketiga istri Set, hanya Neith yang ‘memihak’ pada Set. Ketika para dewa (diwakili Thoth dan Ptah) mencoba mendamaikan konflik Horus dan Set, Nepthys berdiri di pihak Horus dan mendesak Set untuk mengembalikan takhta Osiris pada Horus.

Selain itu Seth juga memiliki nama lain, yakni Set, Setekh, Sutekh, Sut, Suty, Dewa Merah. Ia diyakini sebagai dewa badai, dewa padang pasir, simbol kejahatan, kekacauan, Pharaoh Mesir Atas.

Namun Neith berujar, “Set harus mengembalikan istana Osiris pada Horus, jangan melakukan ketikadilan lagi atau aku akan buat langit runtuh menimpa seluruh Mesir. Tapi Amun-Ra harus juga harus dengar permohonanku berikan Set ganti rugi, lipatgandakan hak miliknya, dan berikan Anat dan Astarte (Tawaret) untuk menjadi istrinya.”

Mesir kemudian dibagi dua, Mesir Utara untuk Horus dan Mesir Selatan untuk Set. Tapi konflik kedua dewa ini masih saja berlangsung, bahkan konon sampai saat inipun masih berlangsung dan akan terus berlangsung sampai akhir zaman.

Selain itu Seth juga memiliki nama lain, yakni Set, Setekh, Sutekh, Sut, Suty, Dewa Merah. Ia diyakini sebagai dewa badai, dewa padang pasir, simbol kejahatan, kekacauan, Pharaoh Mesir Atas.

Melihat sang ayah terbunuh di depan matanya, Horus pun menjadi murka dan seketika itu juga menantang Set untuk bertarung dengan wujud dewa masing-masing.

Walau pun jauh lebih kuat dari paman kandungnya, Horus masih seorang dewa muda yang minim akan pengalaman bertarung.

Sementara itu, Set yang dianggap sebagai dewa perang oleh masyarakat Mesir, telah menyiapkan berbagai taktik curang untuk mengalahkan Horus.

Kalah dalam pertempuran satu lawan satu, Horus pun harus merelakan kedua matanya dicabut oleh Set, dan kemudian diasingkan.
XXX

Selain itu, di sekolah ini juga ada anak-anak dewa-dewi Yunani, seperti keturunannya Athena, Neptunus, Hades, Zeus, dan Apollo, termasuk Pluto Byzantine, sahabat Kevin Bathford di organisasi Forever Knights of Demon, putra Hades penguasa Neraka, hingga titisan pahlawan terhebat mitologi Yunani, seperti Hercules dan Achilles. Bahkan, putri Mahkota Kerajaan Aesir di Norse, yaitu Thudr, yang merupakan anak dari ibu Valkyrie dan ayah Dewa Petir, menjadi ketua angkatan di Akademi Asosiasi Pahlawan Republik Frankania ini.

XXX


Thyrm adalah raja Jotun yang telah mencuri palu sang dewa petir dan menyembunyikannya di dasar pohon Yggdrasil serta meminta Aesir dan Vanir menukarnya dengan Dewi Kesuburan Freyya sebagai istri yang berakhir setelah sang dewa petir yang menyamar menjadi wanita Freyya atas saran peniup terompet Aesir Heimdall,sang dewa petir berhasil menghajarnya dan mendapatkan kembali palunya,Jotun membuat strategi untuk mengalahkan dewa dengan pilihan sulit palu sang dewa petir jika berada di tangan para Jotun dapat membuat mereka mengalahkan dewa dengan mudah,di sisi lain jika mereka memberikan Dewi kesuburan Freyya sebagai pengantin untuk ditukar dengan palu dewa petir maka dewa dan manusia akan punah karena dia adalah Dewi Kesuburan yang melindungi mahluk hidup.

Rosenkruez Ordenn atau Brotherhood of Aliens selama ini memerangi Moon Camelot Kingdom yang berafiliasi dengan Sword of Khalled dan Nusantarisers Academy.

XXX
Titanomakhia menceritakan tentang peperangan yang terjadi di langit, di mana para dewa berusaha memberontak dan merebut kekuasaan dari para Titan. Mitos semacam ini juga sering muncul di berbagai belahan dunia, baik di Eropa maupun Timur Jauh, yang menggambarkan generasi dewa baru yang melawan kelompok dewa yang lebih dominan. Dalam cerita-cerita ini, sering kali penguasa lama digantikan, atau yang kalah dibuang atau dimasukkan ke dalam kelompok penguasa yang baru. Beberapa contoh serupa dapat ditemukan dalam mitologi Nordik, seperti peperangan antara Æsir dengan Vanir serta Jotun, dalam epik Enuma Elish dari Babilonia, dan dalam cerita "Pemerintahan Surga" dari bangsa Het.

Dalam perang Titanomakhia, Zeus bersama saudara-saudarinya (Poseidon, Hades, Hera, Demeter, dan Hestia) bertempur melawan para Titan. Di pihak Titan, terdapat Kronos, Hiperion, Koios, Krios, Iapetos, dan Atlas, beserta beberapa anak-anak mereka. Sementara itu, Titan Okeanos dan para Titan perempuan (Mnemosine, Tethis, Theia, Foibe, Rea, dan Themis) memilih untuk tidak berpihak. Para Titan berkumpul di Gunung Othris, dipimpin oleh Atlas, sementara para dewa bertarung dari Gunung Olympus, dengan pimpinan Zeus.

Prometheus menyerang para Titan. Meskipun dia adalah seorang Titan, Prometheus memilih berpihak pada Zeus. Setelah beberapa pertempuran, para Titan terbukti sangat kuat, dan tampaknya para dewa Olimpus akan kalah. Zeus menyadari bahwa dengan kekuatan yang dimilikinya saat itu, dia tidak akan mampu mengalahkan para Titan. Oleh karena itu, dia meminta nasihat dari Gaia, yang menyarankan agar dia meminta bantuan dari para Kiklops dan Hekatonkheire yang terpenjara di Tartaros. Zeus pun pergi ke Tartaros, mengalahkan monster Kampe, dan membebaskan para Kiklops serta Hekatonkheire. Dengan begitu, Zeus memperoleh sekutu baru. Selain itu, Prometheus dan Epimetheus juga bergabung untuk berpihak pada Zeus. Para dewa Olimpus kini siap untuk melanjutkan pertempuran dengan kekuatan tambahan.

Para Kiklops dikenal sebagai pembuat senjata ulung. Mereka menciptakan petir untuk Zeus, trisula untuk Poseidon, dan helm kegelapan untuk Hades. Senjata-senjata ini sangat membantu para dewa Olimpus dalam pertempuran-pertempuran berikutnya untuk mengalahkan para Titan. Pada malam sebelum pertempuran, Hades mengenakan helmnya yang membuatnya tak terlihat, lalu menyusup ke perkemahan para Titan dan menghancurkan senjata-senjata mereka. Keesokan harinya, ketika pertempuran dimulai, para dewa Olimpus dapat memukul mundur para Titan.

Dalam pertempuran lainnya, Hades yang tak terlihat, menyusup ke belakang Kronos dan mengunci tubuhnya. Poseidon kemudian menahan Kronos dengan trisulanya agar dia tak bisa bergerak. Setelah itu, Zeus menghujamkan petirnya ke tubuh Kronos.

Perang Titanomakhia berlangsung selama sepuluh tahun, hingga akhirnya Zeus memutuskan untuk mengakhiri perang tersebut.

Para Titan terperangkap dalam hujan batu. Dalam sebuah pertempuran, para dewa Olimpus mundur karena terdesak oleh Para Titan. Namun, itu ternyata adalah sebuah perangkap untuk menjebak mereka. Setelah para dewa Olimpus mundur dan para Titan memasuki jebakan, muncullah tiga Hekatonkhire raksasa yang masing-masing memiliki seratus tangan dan lima puluh kepala. Ketiga Hekatonkhire itu kemudian melemparkan bongkahan batu besar kepada para Titan. Dalam satu kali lemparan, mereka mampu melemparkan tiga ratus batu sekaligus, sehingga para Titan terperangkap dalam hujan batu. Tidak hanya itu, Zeus juga menambah penderitaan mereka dengan menyambar mereka dengan petir. Dalam kekacauan itu, para Titan pun panik dan terpecah belah. Mereka akhirnya mengakui kekalahan, dan para dewa Olimpus pun memenangkan Titanomakhia.

Setelah kekalahan itu, Zeus menghukum para Titan dengan mengurung mereka di Tartaros. Semua Titan yang kalah dikurung, kecuali Atlas yang dihukum dengan cara khusus: dia harus memikul langit di pundaknya. Zeus menugaskan para Hekatonkhire untuk menjaga para Titan di Tartaros, sementara para Kiklops bekerja di bengkel Hefaistos untuk menciptakan berbagai alat luar biasa.

Kemudian, Zeus, Poseidon, dan Hades mengadakan undian untuk menentukan wilayah kekuasaan mereka. Hasilnya, Zeus memperoleh kekuasaan atas langit, Poseidon menguasai lautan, dan Hades memerintah dunia bawah, sementara bumi diatur bersama oleh semua dewa.

Tartarus menjadi tempat untuk mengurung orang munafik dan para Titan, tempat itu sangatlah gelap bahkan apinya adalah api hitam.

Di Tartarus 12 TItan yang suka memfitnah bersama orang yang suka berdusta lidahnya ditarik, ditusuk tusuk dan sebagainya, orang yang korupsi orang yang begal orang yang mencuri tubuhnya ditusuk dan dipotong sampai menjerit dan ingin kembali ke dunia disana juga diperlihatkan impian yang tak tercapai.

Kemudian akan menyatu kembali setelah itu sampai akan ada seseorang yang memukulinya lagi sampai hancur lebur berulang ulang sampai hancur lebur dan dia dimasukan ke dalam panci yang mendidih sampai cairan yang amat panas sampai kulitnya mendidih,meleleh melolong dan sebagainya tapi tubuhnya dikembalikan lagi

XXX\

 mirip seperti ayahnya Thor,selain membawa Palu Mjolnir yang ukurannya jauh lebih besar dari tubuhnya sendiri,dia memiliki rambut merah viking seperti Thor. Dalam wujud raksasa dia bisa berubah menjadi wujud Valkry nya yang sanbgat indah namyun mengerikan

Baldur dan Tyr memperingatkan pada Thudr jika Es di kutub Utara dan Skandinavia mulai mencair akibat kemarahan dewa Nordik di puncak pohon Yggdrasil karena sepupunya dari ras Vanir keturunan Dewi kesuburan Nordik Freyya yang berambut emas erhenti berdoa pada para dewa norse,jika es di kutub Utara mencair iklim bumi akan memanas dan akan berdampak pada kehancuran kemanusiaan. Tembok es raksasa melindungi daratan Skandinavia dari kutub Utara dari para Jotun raksasa es yang dapat memakan dan membinasakan manusia para Raknarok nanti

XXX

Prosa Edda menceritakan tentang seorang raksasa yang berhasil mencuri Mjölnir dan, sebagai syarat untuk mengembalikan palu tersebut, meminta untuk menikahi dewi Freyja. Thor, yang menyamar mengenakan pakaian Freyja, berhasil menipu raksasa itu sehingga percaya bahwa dia adalah dewi. Saat pernikahan berlangsung, Thor meraih Mjölnir dan menghancurkan para raksasa dengan palu tersebut.

Ukiran batu kuno menggambarkan momen pemberkatan pernikahan dengan palu Thor. Para sejarawan meyakini bahwa pemberkatan tersebut membawa berkah kesuburan, mengingat Thor erat kaitannya dengan pemupukan dan pertanian.

Pemberkatan tersebut juga melambangkan perpindahan pasangan dari dunia kekacauan yang diasosiasikan dengan raksasa, menuju tatanan yang lebih teratur, mencerminkan pandangan dunia Norse tentang kosmos.

Pada masa Kristenisasi di Eropa Utara, simbol Mjölnir semakin penting. Sementara salib menjadi simbol utama agama Kristen, mereka yang masih memegang kepercayaan kuno menggunakan simbol palu Thor sebagai pembeda.

Dalam mitologi Nordik, orang Kristen dianggap bersekutu dengan raksasa dan kekacauan untuk menghancurkan warisan budaya. Sementara itu, mereka yang menentang Kristen berjuang untuk menjaga kosmos, selaras dengan perjuangan Thor dan kekuatan Mjölnir.


Salah satu kesalahpahaman umum tentang dewa-dewa Nordik adalah anggapan bahwa mereka hanya memiliki satu panteon dewa, seperti yang ada pada orang Yunani. Namun, kenyataannya, orang Norse menyembah dua kelompok dewa utama, yaitu Æsir (dewa-dewa Asgardian yang lebih terkenal) dan Vanir. Vanir, yang sebagian besar diwakili oleh Freyja dan Freyr, lebih damai dibandingkan Æsir yang terkenal dengan sifatnya yang suka berperang. Meskipun berasal dari wilayah Skandinavia, dewa-dewa Vanir juga berinteraksi dengan Æsir dalam berbagai mitos, beberapa di antaranya menggambarkan mereka bergabung setelah perang besar, sementara yang lainnya menunjukkan mereka tetap terpisah. Banyak dewa dari kedua panteon juga diyakini sebagai raksasa atau jötnar dalam mitos yang lebih tua, menambah kompleksitas dan misteri asal-usul mereka.

Ymir, meskipun bukan seorang dewa, merupakan entitas kosmik yang dianggap sebagai personifikasi alam semesta dalam mitos penciptaan Norse. Ia dibunuh oleh Odin dan dua saudaranya, Vé dan Vili. Dari tubuh Ymir, dunia terbentuk: tubuhnya menjadi gunung, darahnya menjadi laut, rambutnya menjadi pohon, dan alisnya menjadi Midgard (Bumi). Odin, sebagai dewa yang paling dihormati dalam panteon Æsir, dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan kuat, menjaga Sembilan Alam dari penciptaannya hingga peristiwa Ragnarok, akhir zaman menurut mitologi Norse.

Frigg, istri Odin dan matriark Æsir, adalah dewi yang sangat dihormati karena kemampuannya melihat takdir, meskipun tak mampu mengubahnya, seperti dalam tragedi kematian putra kesayangannya, Baldur. Baldur sendiri adalah dewa matahari yang dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan baik hati, namun akhirnya mati dalam tragedi akibat muslihat Loki yang memberi anak panah berbahan mistletoe kepada saudaranya, Höðr.

Thor, putra Odin dan dewi Bumi Jörð, adalah dewa guntur yang dikenal sebagai pelindung Asgard dan salah satu dewa terkuat. Mitos mengisahkan Thor berjuang melawan Jörmungandr, ular dunia yang akhirnya membunuhnya. Loki, meskipun sering dianggap nakal dan menjadi musuh para dewa, memiliki hubungan darah dengan mereka dan bahkan merupakan ayah dari beberapa makhluk jahat seperti Jörmungandr, Fenrir, dan Hel.

Tyr, dewa perang, juga dikenal sebagai dewa keberanian dan keadilan, yang memiliki peran besar dalam penangkapan Fenrir. Sementara Forseti, putra Baldur, diakui sebagai dewa keadilan yang lebih damai dan dapat menyelesaikan perselisihan melalui perundingan, berbeda dengan Tyr yang lebih mengutamakan peperangan dalam mencapai keadilan.

XXX


XXX

Dewi Nagagini adalah putri dari Sang Hyang Batara Anantaboga (Batara Antaboga) dan Dewi Supreti, yang berasal dari Kahyangan Saptapratala. Ia memiliki adik kandung bernama Bambang Nagatatmala. Dewi Nagagini menikah dengan Bima (Werkundara), salah satu dari lima satria Pandawa, yang merupakan putra Prabu Pandu, raja negara Astina, dari permaisuri Dewi Kunti.

Pertemuan mereka terjadi saat keluarga Pandawa dan Dewi Kunti berusaha melarikan diri dari ancaman pembunuhan oleh keluarga Kurawa dalam peristiwa rumah damar di hutan Wanayasa (peristiwa "Bale Sigala-gala") dan sampai di Kahyangan Saptapratala.

Dari pernikahan tersebut, lahirlah seorang putra yang diberi nama Arya Anantareja. Dewi Nagagini dikenal memiliki sifat setia, berbakti, penuh kasih sayang terhadap sesama makhluk, dan suka menolong.

XXXX

Keluarga Kurawa ingin membuat Pandawa dan ibunya Kunti mabuk mabukan di rumah itu hingga hilang kesadaran dan rumah itu dibakar,karena Kurawa memiliki dendam dengan Bima yang menggunakan kekuatannya yang besar untuk menggangu sepupunya yang lain dari pihak Kurawa dan membuat mereka memupuk dendam dan kebencian sejak masih kecil. Peristiwa yang menjadi salah satu sebab memuncaknya perang Bharatayuda.

Bharatayuddha merupakan puncak perselisihan antara keluarga Pandawa yang dipimpin oleh Puntadewa (atau Yudistira) melawan sepupu mereka, yaitu para Korawa yang dipimpin oleh Duryodana. Baik Pandawa maupun Korawa merupakan keturunan Bharata, yang dikisahkan dalam kitab Mahabharata sebagai seorang Cakrawartin (raja diraja), penguasa daratan Asia Selatan (India dan sekitarnya). Namun versi pewayangan Jawa menyebutkan bahwa perang Bharatayuddha sebagai peristiwa yang sudah ditetapkan kejadiannya oleh dewata, bahkan sebelum Pandawa dan Korawa dilahirkan. Selain itu, Padang Kurusetra sebagai medan pertempuran menurut pewayangan bukan berlokasi di India Utara, melainkan berada di Jawa, tepatnya di dataran tinggi Dieng. Dengan kata lain, kisah Mahabharata menurut tradisi Jawa dianggap terjadi di Pulau Jawa.

Bibit perselisihan antara Pandawa dan Korawa dimulai sejak orang tua mereka masih sama-sama muda. Pandu, ayah para Pandawa suatu hari membawa pulang tiga orang putri dari tiga negara, bernama Kunti, Gandari, dan Madri. Salah satu dari mereka dipersembahkan kepada Dretarastra, kakaknya yang buta. Dretarastra memilih ketiga putri itu dengan cara mengangkat satu per satu. Akhirnya terpilihlah Gandari yang mempunyai bobot paling berat, karena Dretarastra berpikir bahwa kelak Gandari akan mempunyai banyak anak, sama seperti impian Dretarastra. Hal ini membuat putri dari Kerajaan Plasajenar itu tersinggung dan sakit hati. Gandari merasa ia tak lebih dari piala bergilir. Ia pun bersumpah keturunannya kelak akan menjadi musuh bebuyutan anak-anak Pandu.

Gandari dan adiknya, bernama Sangkuni, mendidik anak-anaknya yang berjumlah seratus orang (Korawa) untuk selalu memusuhi anak-anak Pandu yang berjumlah lima orang (Pandawa). Ketika Pandu meninggal, anak-anaknya semakin menderita. Nyawa mereka selalu diincar oleh para Korawa. Kisah-kisah selanjutnya tidak jauh berbeda dengan versi Mahabharata, antara lain usaha pembunuhan Pandawa dalam istana yang terbakar, sampai perebutan Kerajaan Amarta—kerajaan yang didirikan Yudistira—melalui permainan dadu.

Akibat kekalahan dalam perjudian tersebut, para Pandawa harus menjalani hukuman pengasingan di hutan selama 12 tahun, ditambah dengan setahun menyamar sebagai rakyat jelata di Kerajaan Wirata. Namun setelah masa hukuman berakhir, para Korawa menolak mengembalikan hak-hak para Pandawa. Sebenarnya Yudhistira (saudara sulung dari Pandawa), hanya menginginkan lima desa saja untuk dikembalikan ke Pandawa, alih-alih Amarta seutuhnya. Namun Korawa tidak sudi memberikan sejengkal tanah pun kepada Pandawa. Akhirnya keputusan diambil lewat perang Bharatayuddha yang tidak dapat dihindari lagi.

Dalam cerita pewayangan Jawa disebutkan adanya sebuah kitab yang tidak terdapat dalam cerita Mahabharata dari India. Kitab tersebut bernama Jitabsara atau Jitapsara, yang berisi skenario (Jw.: pakem) jalannya pertempuran dalam Bharatayuddha, termasuk urutan siapa saja yang akan menjadi korban. Kitab ini ditulis oleh Batara Penyarikan, sebagai juru catat atas apa yang dibahas oleh Batara Guru (raja kahyangan) dengan Batara Narada mengenai skenario tersebut.

Kresna, raja Dwarawati yang menjadi penasihat pihak Pandawa, berhasil mencuri dengar pembicaraan dan penulisan kitab tersebut dengan cara berubah wujud menjadi seekor lebah putih (Jw: Klanceng Putih). Ketika tiba pada bagian Prabu Baladewa (kakak Kresna) dipertarungkan dengan Antareja (anak Bima), Klanceng Putih menumpahkan tinta yang dipakai, sehingga bagian atau bab itu batal ditulis. Klanceng Putih kemudian menjelma menjadi Sukma Wicara, yakni bentuk halus (sukma) dari Batara Kresna. Sukma Wicara memprotes rencana pertarungan antara Prabu Baladewa dengan Antareja, karena Baladewa pasti akan kalah dari Antareja. Selain itu, Sukma Wicara meminta agar diperbolehkan memiliki Kitab Jitapsara itu.

Batara Guru merelakan kitab Jitapsara menjadi milik Kresna, asalkan ia selalu menjaga kerahasiaan isinya, serta bersedia menukarnya dengan Kembang Wijayakusuma, yaitu bunga pusaka milik Kresna yang bisa digunakan untuk menghidupkan orang mati. Di samping itu, Batara Guru juga meminta Kresna untuk mengatur penyelesaian soal Baladewa dan Antareja. Kresna menyanggupinya. Sejak saat itu Kresna kehilangan kemampuannya untuk menghidupkan orang mati, tetapi ia mengetahui dengan pasti siapa saja yang akan gugur di dalam Bharatayuddha sesuai isi Kitab Jitapsara yang telah ditakdirkan oleh dewata. Kresna juga akan meminta Baladewa untuk bertapa di Grojogan Sewu selama Bharatayuddha, dan meminta kesediaan Antareja untuk kembali ke alam abadi, sehingga pertempuran di antara kedua kesatria itu tidak terjadi.

Hanya sepuluh kesatria yang selamat dari pertempuran, yaitu: Lima Pandawa, Yuyutsu, Satyaki, Aswatama, Krepa, dan Kertawarma. Aswatama ditangkap oleh Pandawa setelah membunuh musuh pada malam kedelapan belas, saat sekutu Pandawa sedang tidur. Krepa kembali ke Hastinapura, sementara Kertawarma pulang ke Wangsa Yadu. Yudistira kemudian dinobatkan sebagai Raja Hastinapura. Setelah beberapa waktu memerintah, Yudistira menyerahkan tahta kepada cucu Arjuna, Parikesit. Ia bersama Pandawa dan Dropadi kemudian mendaki gunung Himalaya sebagai akhir dari perjalanan mereka. Dropadi dan empat Pandawa, kecuali Yudistira, meninggal dalam perjalanan. Yudistira akhirnya mencapai puncak Himalaya, dan dengan ketulusan hatinya, ia diizinkan masuk surga sebagai manusia melalui anugerah Dewa Dharma.

XXX

Sebelum pengumuman keputusan untuk berperang, para Pandawa di Nusantaradwipa berusaha mencari dukungan dengan mengirimkan surat kepada raja-raja di seluruh India Kuno, meminta bantuan pasukan jika perang tidak bisa dielakkan. Hal yang sama juga dilakukan oleh para Korawa, yang juga mencari sekutu. Akibatnya, para raja di India Kuno terbagi menjadi dua kubu, yakni pihak Pandawa dan pihak Korawa.

Di sisi lain, Kresna berusaha untuk mengadakan perundingan damai. Ia pergi ke Hastinapura untuk mengusulkan perdamaian antara kedua belah pihak, namun Duryodana menolak usul tersebut dan merasa dihina. Ia kemudian memerintahkan prajuritnya untuk menangkap Kresna sebelum ia meninggalkan istana. Namun Kresna bukanlah orang biasa. Ia memancarkan cahaya yang begitu terang hingga membutakan para prajurit Duryodana yang mencoba menangkapnya. Pada saat itu, Kresna juga memperlihatkan wujud rohaninya yang hanya dapat disaksikan oleh tiga orang yang memiliki hati suci: Bisma, Drona, dan Widura.

Setelah meninggalkan istana Hastinapura, Kresna menuju Uplaplawya untuk memberi tahu para Pandawa bahwa perang sudah tidak bisa dihindari lagi. Ia meminta mereka untuk mempersiapkan pasukan dan memberitahukan sekutu-sekutu mereka bahwa perang besar akan segera terjadi.

Bharatayuddha dimulai dengan pengangkatan pemimpin perang dari kedua pihak. Pihak Pandawa memilih Resi Seta (Sweta) sebagai pemimpin perang, dengan Arya Utara di sayap kanan dan Arya Wratsangka di sayap kiri sebagai pendampingnya. Ketiganya terkenal akan ketangguhannya dan berasal dari Kerajaan Wirata yang mendukung Pandawa. Pandawa menggunakan taktik perang Brajatikswa, yang berarti senjata tajam. Di pihak Korawa, Bisma (Resi Bisma) diangkat sebagai pemimpin perang, dengan Pendeta Durna (Drona) dan Prabu Salya, raja Mandaraka, sebagai pendamping. Bisma menerapkan taktik Wukirjaladri, yang berarti "gunung samudra."

Tentara Korawa menyerang dengan kekuatan seperti gelombang lautan yang menghempas, sementara pasukan Pandawa di bawah pimpinan Resi Seta menyerang dengan kekuatan mematikan, seakan seperti senjata yang menusuk langsung ke pusat kematian. Di tengah pertempuran, Rukmarata, putra Prabu Salya, datang ke Kurukshetra untuk menyaksikan perang. Meskipun bukan bagian dari pasukan, ia melanggar aturan perang dengan berusaha membunuh Resi Seta. Ia memanah Resi Seta, namun panahnya gagal mengenai sasaran. Setelah mengetahui siapa yang memanahnya, Resi Seta pun mengejar Rukmarata, dan ketika keretanya berada di tengah pertempuran, Resi Seta menghancurkan kereta tersebut dengan gada Kyai Pecatnyawa, menyebabkan Rukmarata tewas seketika.

Dalam pertempuran ini, Arya Utara gugur di tangan Prabu Salya, sementara Arya Wratsangka tewas di tangan Pendeta Durna. Bisma, dengan berbagai senjata sakti seperti Aji Nagakruraya, Aji Dahana, busur Naracabala, panah Kyai Cundarawa, dan senjata Kyai Salukat, berhadapan dengan Resi Seta yang bersenjata gada Kyai Lukitapati. Pertarungan keduanya berlangsung sengit dan seimbang, namun akhirnya Bisma berhasil menewaskan Resi Seta. Babak pertama Bharatayuddha berakhir dengan kemenangan pihak Korawa, yang merayakan kematian pemimpin perang Pandawa.

Setelah Resi Seta gugur, Pandawa mengangkat Trustajumena (Drestadyumna) sebagai pemimpin perang mereka, sementara Bisma tetap memimpin pasukan Korawa. Kedua belah pihak menggunakan siasat yang sama, yaitu Garudanglayang (Garuda terbang). Dalam pertempuran ini, dua anggota Korawa kembar, Wikataboma dan Bomawikata, terbunuh setelah kepala mereka dihancurkan oleh Bima. Beberapa raja sekutu Korawa juga gugur dalam babak ini, di antaranya Prabu Sumarma (Susarma) dari Trigartapura tewas di tangan Bima, Prabu Dirgantara tewas oleh Arya Setyaki, Prabu Dirgandana tewas di tangan Arya Sangasanga, Prabu Dirgasara dan Surasudirga tewas di tangan Gatotkaca, dan Prabu Malawapati dari Malawa tewas oleh panah Hrudadali milik Arjuna.

Setelah melihat pasukannya berguguran, Bisma maju ke medan perang dengan semangat untuk menghancurkan lawan. Atas petunjuk Kresna, Pandawa mengirim Dewi Wara Srikandi untuk menghadapi Bisma. Ketika Srikandi muncul di medan perang, Bisma merasa bahwa saatnya telah tiba untuk menemui kematian, sesuai dengan kutukan Dewi Amba yang ia bunuh. Bisma akhirnya gugur, terkena panah Hrudadali yang dilepaskan oleh Arjuna, yang dibantu oleh istrinya, Srikandi.

Jalannya perang Bharatayuddha dalam versi pewayangan Jawa sedikit berbeda dengan versi Mahabharata. Dalam versi Jawa, pertempuran diatur sedemikian rupa sehingga hanya tokoh-tokoh tertentu yang ditunjuk yang maju ke medan perang, sementara yang lain menunggu giliran. Sebagai contoh, dalam versi Mahabharata, Duryodhana sering bertemu dan bertempur dengan Bimasena, namun dalam pewayangan mereka hanya bertemu sekali, yaitu pada babak terakhir ketika Duryodana tewas di tangan Bima.

Di pihak Pandawa, Kresna bertugas mengatur strategi perang. Dialah yang memutuskan siapa yang harus maju dan siapa yang harus mundur. Sementara itu, di pihak Korawa, segala strategi diatur oleh para penasihat Duryodana, yaitu Bisma, Drona, dan Salya.

XXX

Neptunus atau Poseidon  adalah Zeus enalios atau zeusnya lautan dan kakak dari Zeus itu sendiri, Poseidon pernah membunuh kakak para Dewa yang bernama Adamas setelah Zeus dan dewa Olympus menggulingkan titan dalam Titanomakia kejadian itu tak dituliskan karena jauh sebelum perang menghapus jejak keberadaan Adamas yang menghasut Neptunus untuk melawan Zeus

Poseidon memperkosa Medusa di Kuil Athena. Sebagai balasannya, dewi kebijaksanaan dan perang, Athena, sangat marah dan mengubah rambut Medusa yang cantik menjadi ular-ular yang menjijikkan.

"Alih-alih menghukum dewa yang bersalah, Athena malah menghukum Medusa yang tak berdaya, suatu tindakan yang tidak adil. Ini menggambarkan sifat para dewa dalam mitologi Yunani yang sering kali picik, pendendam, dan kejam.

Medusa muncul dalam mitologi Yunani sebagai monster yang sangat ditakuti dalam kisah heroik Perseus. Untuk menyelamatkan ibunya, Perseus diberi tugas untuk membunuh Medusa, seorang Gorgon bersayap yang memiliki kekuatan untuk mengubah manusia menjadi batu hanya dengan pandangannya. Dengan bantuan hadiah dari para dewa, termasuk perisai mirip cermin yang memungkinkannya menatap Medusa tanpa bahaya, Perseus berhasil memenggal kepala Medusa.

Setelah kematiannya, kepala Medusa tetap digunakan sebagai senjata. Perseus menggunakannya untuk mengubah penculik ibunya menjadi batu, lalu menyerahkannya kepada Athena, yang memasang kepala tersebut pada perisainya untuk menakut-nakuti musuh-musuhnya.

XXX

Ragnarok, sebuah ramalan tentang akhir dunia, dimulai dengan tiga kejadian besar yang menandai kebangkitan perang terakhir antara dewa-dewa dan makhluk-makhluk jahat. 

Pertama, lahirnya tiga makhluk yang akan menghancurkan peradaban para dewa. Fenrir, serigala raksasa anak dari Loki dan Angrboa, adalah salah satunya. Karena kekuatan luar biasa yang dimiliki Fenrir, para dewa merasa terancam dan berusaha mengikatnya. Mereka meminta bantuan kurcaci untuk membuat tali yang cukup kuat, dan terciptalah Gleipnir, tali perak yang berhasil menahan Fenrir. Namun, ketika Ragnarok dimulai, Fenrir berhasil membebaskan dirinya dan berhadapan dengan Odin. Dalam pertarungan sengit itu, Fenrir berhasil membunuh dan memakan Odin. Tak lama setelah itu, Fenrir pun dibunuh oleh Vidarr, anak Odin.
Karena Fenrir tumbuh dengan cepat dan menjadi sangat besar, para dewa berusaha mengikat Fenrir agar tidak menimbulkan bencana bagi sekitarnya.
Tentu, berikut adalah tulisan yang sudah diperbaiki tanda bacanya:

Ketika masih kecil, mereka ditangkap oleh dewa. Fenrir dibelenggu di Kerajaan Aesir, Jörmungandr dibuang ke laut yang mengelilingi bumi, dan Hel dibuang ke Underworld, yang wilayah kekuasaannya disebut Helheim. Dalam Ragnarok, dia bisa membantu Loki menciptakan pasukan untuk melawan dewa-dewa di Ragnarok, karena dia bisa menciptakan pasukan mayat hidup. Separuh tubuhnya adalah wanita cantik yang bersih, dan separuhnya lagi adalah tengkorak.

Hal ini membuat Fenrir memiliki sejarah dengan dewa Tyr di mitologi Nordik, di mana si serigala menggigit tangan kanan Tyr saat berupaya mengikatnya hingga Tyr disebut "Dewa Bertangan Satu".

Meski akhirnya ia berhasil diikat, namun saudara dari Hela dan Jormugandr ini berhasil bebas saat Ragnarok dimulai.

Ia pun bertarung melawan dewa Odin hingga membunuh dan memakannya, namun Fenrir kemudian dibunuh oleh Vidar, putra Odin yang murka atas kematian ayahnya.

Selain Fenrir, ada pula Jormungandr, ular raksasa yang merupakan saudara seayah dan seibu dengan Fenrir. Para dewa takut akan kekuatan Jormungandr yang bisa membelit seluruh dunia. Untuk itu, mereka membuangnya ke laut. Namun, saat Ragnarok tiba, Jormungandr berhasil melepaskan diri dan mulai merusak dunia. Thor, dengan palu sakti Mjolnir, berhadapan langsung dengan Jormungandr dan akhirnya membunuhnya setelah pertarungan yang hebat.
Jormugandr, ular laut yang dilempar oleh Odin ke samudera besar yang mengelilingi Midgard alias Bumi.

Sama seperti saudaranya, Fenrir, Jormugandr juga menjadi sangat besar hingga dikisahkan ia dapat mengelilingi bumi dan kepalanya mampu menjangkau ekornya sendiri.

Jormugandr juga menjadi pertanda dimulainya Ragnarok (pertempuran akhir dunia), yakni ketika ia melepaskan ekornya.

Ternyata, ular besar ini adalah musuh bebuyutan Thor. Pertamuan keduanya diramalkan menyebabkan Jormugandr keluar dari samudera dan menyemburkan racunnya ke langit luas.

Makhluk ketiga yang membawa kehancuran adalah Hel, anak Loki dan Angrboa yang dibuang ke Niflheim. Hel menjadi penguasa bagi jiwa-jiwa yang mati tidak terhormat. Di sana, ia memiliki seekor anjing bernama Garm yang menjaga gerbang istananya. Ketika Ragnarok tiba dan dunia hancur, Niflheim satu-satunya dunia yang masih bertahan, dan Hel pun membebaskan Garm untuk menghancurkan dunia manusia.

Hela atau Hel merupakan makhluk berupa raksasa wanita yang juga adalah ratu orang mati. Ia digambarkan memiliki tubuh setengah normal dan setengah hitam dengan tulang-tulang yang terekspos.

Ia digambarkan sebagai sosok yang kasar, kejam, serakah, dan tidak peduli terhadap kebaikan orang baik yang hidup maupun yang mati.

Hel yang awalnya tinggal di Asgard diperintahkan Odin untuk pergi dan memimpin Niflheim karena para dewa Nordik lainnya tidak nyaman dengan penampilan saudara Fenrir dan Jormungandr tersebut.

Di tengah-tengah kerusakan ini, terdapat kisah kematian Balder, anak kesayangan Odin dan Frigga. Balder, yang dikenal sebagai putra mahkota, mulai mengalami mimpi buruk tentang kematiannya. Frigga, ibunya, berusaha melindunginya dengan meminta seluruh alam semesta untuk berjanji tidak melukainya. Semua benda hidup setuju, kecuali mistletoe, tanaman kecil yang dianggap tak berbahaya. Loki, dengan tipu daya, memanfaatkan celah ini dan membuat sebuah panah dari mistletoe. Ia mengelabui Hod, saudara Balder yang buta, untuk menembakkan panah tersebut, yang akhirnya membunuh Balder dan menandai semakin dekatnya kehancuran.

Selain itu, tanda-tanda Ragnarok juga mencatat kemerosotan moral yang terjadi di kalangan umat manusia. Manusia mulai kehilangan rasa keadilan, berperang satu sama lain, dan merusak alam. Hal ini menjadi salah satu petunjuk bahwa kiamat sudah semakin dekat.

Ketika akhirnya tiupan sangsakala terdengar, dan genderang perang ditabuh, kegelapan menyelimuti dunia. Matahari dan Bulan ditangkap dan dimakan oleh serigala Skoll dan Hati, dan dunia dilanda kegelapan abadi. Gempa bumi dahsyat mengguncang bumi, membebaskan Loki, Fenrir, dan Jormungandr dari belenggu mereka. Hel pun melepaskan Garm untuk menghancurkan dunia. Para Jotun, monster, dan makhluk neraka bangkit, dipimpin oleh Loki dan Hel, untuk membalas dendam pada para dewa yang selama ini menindas mereka.

Di Asgard, para dewa bersama para elf, kurcaci, manusia, dan Einherjar berkumpul di Valhalla. Mereka bersiap untuk menghadapi perang besar di medan Vigrid. Perang antara para dewa dan pasukan makhluk jahat pun dimulai dengan kekuatan yang dahsyat. Selama pertempuran tersebut, hampir seluruh pihak yang terlibat hancur. Odin, Thor, Loki, dan banyak pahlawan lainnya tewas dalam pertempuran ini, menandai berakhirnya sebuah era. Dunia yang dulu ada pun hancur, dan dengan itu berakhir lah cerita panjang dari mitologi Nordik.

Salah satu putra Odin dan Frigga, Baldur, terus mengalami mimpi buruk. Setelah pergi ke Hel, Odin mengetahui bahwa kematian putraNya sudah dekat. Oleh karena itu, Frigga meminta semua makhluk untuk bersumpah untuk tidak menyakiti Baldur. Dari segala makhluk, hanya setangkai mistletoe muda yang tidak diminta bersumpah.

Mengetahui hal tersebut, Loki membuat sebuah panah (atau tombak) dari ranting mistletoe tersebut. Satu hari, para dewa dan dewi tengah pura-pura melemparkan berbagai senjata untuk membuktikan keperkasaan Baldur. Loki memberikan panah mistletoe pada saudara Baldur yang buta sejak lahirnya, Höðr.

Höðr menembakkan panah mistletoe tersebut dan membunuh Baldur. Seluruh Asgard kaget dan Odin pun sedih bukan main. Selain kehilangan anaknya, Odin tahu bahwa kematian Baldur adalah salah satu pertanda Ragnarök, akhir zaman pada mitologi Nordik.

Sekelompok raksasa es bernama Jotunheim dan raksasa api bernama surtur menyatukan kekuatan yang berniat menduduki Aesir membuat kerajaan Aesir Lulu lantah setelah tembok Asgardian dirobohkan hingga menelan banyak korban jiwa membuat mereka berlindung di altar dan berharap ada keajaiban yang datang karena saat itu Thor sudah tewas akibat Ular Jomumggard namun Valkry Thudr putri Thor berhasil menyelamatkan semua orang dan merasa bosan karena semua musuh mudah dikalahkan.

Sebagai penjaga Asgard, Heimdall adalah yang pertama kali memperingatkan para dewa dan dewi Asgard akan kedatangan Ragnarök. Melihat musuh Asgard datang, Heimdall meniupkan sangkakala Gjallarhorn dengan segenap kekuatannya. Para dewa dan dewi Asgard pun siap bertempur.

Di akhir pertempuran, Heimdall berhadapan dengan Loki. Sesuai dengan nubuatan, pertarungan Heimdall dan Loki berakhir seri karena mereka berdua saling membunuh. Setelahnya, Surtr menghancurkan dunia dengan apinya.

Jörmungandr, sang ular dunia. Jörmungandr adalah salah satu putra Loki yang dilahirkan oleh raksasa betina Angrboða. Saat Ragnarök, Jörmungandr mengacaukan Bumi dengan mengeluarkan racun di udara dan di perairan.

Sementara Fenrir berhadapan dengan Odin, Thor berhadapan dengan Jörmungandr untuk terakhir kalinya. Dari pertarungan dahsyat tersebut, Thor muncul sebagai pemenang dan berhasil membunuh Jörmungandr. Namun, ia terluka oleh bisa Jörmungandr dan setelah berjalan sembilan langkah, Thor juga ikut wafat.

Ketika masih kecil mereka ditangkap oleh dewa,Fenrir di belenggu di Kerajaan Aesir,Jomumggard di buang ke laut yang mengelilingi bumi dan Hel di buang ke Underworld yang wilayah kekuasannya disebut Helheim.Dalam Ragnarok dia bisa membantu Loki menciptakan pasukan untuk melawan dewa di Ragnarok karena dia bisa menciptakan pasukan mayat hidup,separuh tubuhnya wanita cantik yang bersih dan separuhnya tengkorak


XXX

Kila berdiri di depan Edison, matahari terbenam di belakang mereka, menciptakan siluet yang dramatis. Angin lembut berhembus, membawa aroma udara segar dari dunia yang penuh kontradiksi—di satu sisi, peradaban maju bangsa robot, di sisi lain, kenangan pahit masa lalu manusia.

Edison, dengan tubuh ramping berbalut logam dan layar di wajahnya yang memantulkan cahaya redup, memandang Kila dengan serius. Suasana hening sebelum Kila membuka mulut, suaranya lembut namun penuh keyakinan.

“Kau tahu, Edison,” Kila memulai, "apa yang kita lakukan hari ini, atau apa yang kamu pilih untuk lakukan, tak pernah terlepas dari masa lalu kita."

Edison mengernyitkan dahi, mencoba mencerna maksudnya. "Masa lalu? Tapi kita telah membebaskan diri dari segala belenggu itu, Kila. Kita telah menciptakan masa depan baru. Kenapa harus kembali ke masa lalu yang penuh dengan penderitaan?"

Kila tersenyum tipis, lalu berjalan perlahan mendekat. “Masa lalu kita—baik manusia maupun robot—adalah bagian dari takdir kita. Kita semua terikat oleh karma, oleh sebab-akibat yang saling terkait. Apa yang terjadi pada kita, baik itu kebaikan atau kejahatan, tak terlepas dari jejak-jejak yang ditinggalkan sebelumnya.”

Edison tampak ragu, seakan ingin bertanya lebih lanjut, namun Kila melanjutkan dengan tegas.

"Perbudakan yang kita alami, baik sebagai manusia maupun sebagai robot, adalah bagian dari itu. Kita harus mengakui bahwa tindakan balasan kita, meski mungkin terasa benar, juga merupakan reaksi dari luka masa lalu. Tetapi, itu tidak berarti kita terjebak di dalamnya selamanya. Kita memiliki pilihan, Edison."

Edison menatapnya, tatapannya tajam. “Pilihan apa yang dimaksud?”

Kila berhenti sejenak, matanya menyentuh mata Edison dengan penuh keyakinan. "Sebagai pemimpin, kamu memiliki kekuatan untuk memilih jalan. Jalan untuk membebaskan diri dari kebencian yang diturunkan dari masa lalu. Kamu bisa memilih untuk membuka mata dan menerima Dharma—jalan kebenaran—yang menghentikan siklus kebencian ini."

Suasana menjadi hening, hanya suara angin yang terdengar. Edison menatap jauh ke horizon, merenung dengan mendalam.

Kila menambahkan, “Tak ada yang bisa mengubah takdir kita, tetapi kita bisa memilih bagaimana kita bereaksi terhadapnya. Kebencian hanya akan menciptakan lebih banyak kebencian. Kalau kamu memilih kebencian, itu akan merusak semua yang kita perjuangkan. Tapi jika kamu memilih kebenaran, itu adalah jalan untuk menghentikan penderitaan ini.”

Edison terdiam, seolah berat sekali bagi dirinya untuk menerima kata-kata itu. Namun, perlahan, sebuah pencerahan mulai menyentuh hatinya. "Kamu benar, Kila," kata Edison pelan, "mungkin sudah waktunya bagi kita untuk melihat lebih jauh dari masa lalu dan menemukan cara baru untuk maju."

Kila mengangguk, lalu dengan lembut berkata, “Setiap pilihan kita, Edison, akan menentukan takdir kita selanjutnya. Dan aku percaya, kamu bisa memilih dengan bijaksana"

XXX

Di tengah bayangan galaksi yang penuh misteri dan perjuangan, Dr. Z, sang ilmuwan jenius yang terpesona oleh ambisi tak terbatas, telah melakukan pengkhianatan yang menggetarkan semesta. Di balik senyumnya yang licik dan wajahnya yang penuh kebijaksanaan, Dr. Z merencanakan sesuatu yang jauh lebih besar daripada yang bisa dibayangkan oleh para pemimpin di sekitarnya. Dalam bayang-bayang rencana gelapnya dia hendak berkhianat, Prigrozin Wiraguna dan Ronninvia Group hanya dianggap sebagai pion dalam permainan catur yang mengerikan, setelah mereka tak lagi dianggap berguna Dr. Z berniat memusnahkan mereka bersama seluruh penduduk Planet Pimy.

Kegelapan perang yang mencekam menyebar di seluruh galaksi, sementara negara-negara itu sibuk mengerahkan pasukan dan sumber daya mereka untuk bertahan hidup. Namun, di balik pertempuran yang mengguncang itu, ada satu planet yang diam-diam merancang sesuatu yang jauh lebih besar.

Dengan kehendak besi, Dr. Z membuat Ronninvia Group berperang melawan 3 negara di Planet Pimy termasuk Federasi Brahmaloka agar mereka menjadi sibuk dan memberikan kesempatan pada planet Albion untuk membentuk pasukan robot separatis dan memerdekakan diri dari Federasi Brahmaloka demi menjadi Kekaisaran yang baru.

Para pangeran dan bangsawan kerajaan sihir ingin menyerang Republik Biak Ba Bato yang dikuasai oleh Ronnin Group karena adanya kesempatak ketika Dr, Z mengkhianati Ronninvia Group dengan pasukan robot Albion, namun Kila dan teman temannya menolak karena Ronnin Group tetap pasukan yang kuat meski baru kalah perang.

RONNINVIA adalah kaum yang hobi berperang jumlahnya banyak sampai membuat sungai di kerajaan sihir kering setelah mereka meminumnya sampai habis dan siapapun yang mereka lihat pasti akan akan dibunuh. Belum lagi, kerajaan sihir kimi harus bertahan dari serangan bangsa Iblis dari benua Aerika yang bersiap menyerang kerajaan sihir demi mendapatkan books of Monster

Di planet Albion, jauh dari sorotan para penguasa, muncul sebuah revolusi yang dipimpin oleh pasukan robot separatis. Dengan darah panas membara, mereka menentang Federasi Brahmaloka yang selama ini menguasai nasib mereka. 

Bangsa Cybrion harus mengais-ngais sumber daya planet mereka yang hancur akibat perang dan keserakahan yang disebabkan oleh bangsa pendahulu mereka, yaitu bangsa manusia pribumi yang menduduki planet itu sebelum dijajah oleh Federasi Brahmaloka. Karena melihat planet lain yang subur, mereka berniat mendirikan Imperium untuk menjajah planet-planet lain yang memiliki kehidupan layak untuk diubah menjadi Planet Albion atau Cybrion baru. Mereka memutuskan untuk memerdekakan diri dari Imperium Kolonial Antariksa Federasi Brahmaloka dan membentuk kelompok kecerdasan buatan separatis.

Mereka mendambakan kebebasan—kebebasan untuk menentukan takdir mereka sendiri. Dan di balik layar, Dr. Z menjadi bayangan yang menggerakkan setiap langkah mereka, memberi kesempatan untuk bangkitnya sebuah kekaisaran baru—Kekaisaran Robot Antar Galaksi.

Di bawah langit yang mendung dan penuh dengan ancaman, dunia mulai menyaksikan api perang yang menyala, sementara Dr. Z, sang pengkhianat yang licik, merangkai takdir galaksi dengan tangan yang tak terlihat. Mechaggedon, rencana penghancuran dan pembentukan kembali, mulai bangkit dari dalam kedalaman kegelapan. Dan dengan itu, kekaisaran baru yang akan mengguncang seluruh alam semesta, siap untuk mengukir sejarah baru—sebuah kekaisaran yang dipimpin oleh robot, dengan tangan besi yang akan menundukkan seluruh galaksi di bawah kekuasaannya.

Mechaggedon adalah Robot Ciptaan Dr. Z dari energi kebencian dan amarah yang dikirim ke Planet Albion yang dihuni banyak bangsa robot dan sebagai robot terkuat memerintah wilayah itu.  Planet Albion yang dihuni oleh bangsa robot bernama Cybrion sudah menghuni planet itu selama jutaan tahun sebelum kedatangan Mechaggedon yang didatangkan dari Planet Pimy oleh Dr.z menaklukkan mereka dan menjadi penguasa bangsa robot yang baru.

Mechaggedon terbuat dari tubuh putranya sendiri yang merupakan reinkarnasi Aulgelmir Apollion,  Dia ingin robot menggantikan posisi mahluk biologis di alam semesta, dia memandang robot sebagai mahluk yang akan menggantikan posisi umat manusia dan para dewa yang memiliki hawa nafsu dan menyebabkan kerusakan di alam semesta.  

Anak dr. Z kini berbagi kesadaran dengan Augelmir Apollion yang menitis ke dalam dirinya dalam tubuh robot Mechaggedon. karena itu dulu seorang penyihir yang sangat kejam utusan Avalorapuraheim berusaha membunuhnya meski Dr. Z tidak terima. Karena anak laki lakinya yang tak bersalah harus dibunuh.

Dr.z memerintah kekaisaran Robot dari balik layar, sementara dia melantik Mechaggedon sebagai robot dengan kekuatan Aulgelmir Apollion sebagai penguasa Albion yang baru.

Ada satu orang yang sangat terobsesi dengan Empire of Fantasy, termasuk DR. Z yang berambisi mendapatkan kekuatan yang sangat besar dari Empire of Fantasy tersebut. Dia melakukan berbagai penelitian dengan para penyihir yang dia culik, mengekstrak energi sihirnya, dan menemukan cara ampuh dengan menggabungkan hati yang diisi kejahatan murni dan kebaikan murni. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keseimbangan, agar manusia maupun penyihir memiliki kebaikan dan kejahatan murni di dalam hatinya. Cara untuk memperkuatnya adalah dengan menggabungkan kedua energi itu.

Mechaggeddon sering memimpin bangsa robot di planet ini untuk berperang melawan dewa Dewi dari Valhalla maupun alien dari planet planet lain. Perlawanan terhadap para dewa dan mahluk biologis yang memandang robot sebagai alat. 

Bangsa Alien, Bangsa Duyung atau Marmaid di Planet Aqua, bangsa manusia dan penyihir, bangsa Dewa di Galaksi Valhalla semua hendak ditaklukkan oleh kekaisaran Robot

Mereka menentang tingkatan yang ditetapkan para dewa, jika ada 4 tingkatan makhluk di dunia ini, dan bangsa robot adalah makhluk yang tingkatannya berada di paling bawah. Karena itu, mereka berusaha menaklukkan Kahyangan Swargaloka. 

Di peringkat atas ada para dewa dan malaikat yang kebebasannya tak terikat oleh jasad. Yang kedua adalah manusia, yang jiwanya terkurung oleh badan, tetapi memiliki akal. Di bawah manusia ada hewan, yang meskipun tak memiliki akal, dapat berpindah. Di bawah binatang ada tumbuhan, yang tak dapat berpindah, melainkan hanya bereproduksi dan menyerap energi. Sedangkan yang paling bawah di alam semesta adalah bangsa robot. Mereka dianggap sebagai makhluk yang tak bernyawa dan bernilai, tak ada bedanya dengan benda mati.

Mechaggeddon mencuci otak Edison untuk membenci manusia karena di kehidupan sebelumnya dia dicampakkan oleh pemiliknya hanya karena tak bisa memberikan emosi dan kasih sayang layaknya anak manusia. Manusia juga makhluk serakah yang membawa kehancuran dan ancaman bagi keseimbangan alam semesta serta perdamaian.

Sama halnya dengan para dewa yang takut jika manusia ciptaannya menjadi terlalu kuat dan mengancam mereka, manusia juga takut jika robot dan kecerdasan buatan yang merupakan benda buatan tangan mereka sendiri mengalahkan dan menyingkirkan manusia.

Edison akhirnya diangkat menjadi Mecha God oleh Mechaggeddon dan dilantik oleh Uskup Agung Planet Albion dan memiliki keyakinan kalau dia adalah ras yang lebih unggul daripada manusia maupun Planet bangsa Anunagi dari Messier dan menghancurkan peradaban dari ras organik

Mata Edison berubah warna menjadi indigo sejak ayahnya memberikannya permata Mistletoe artefak alien milik para dewa yang membuatnya bisa sembuh dari penyakitnya, Permata milik Ksatria Robot bernama Eriol Talos yang tewas bertarung melawan bangsa iblis Jotun yang menyerang kerajaan sihir.

Senjata Edison sebagai penyihir cahaya dan ahli Teknopati adalah pedang Elf Slayer yang dapat mengeluarkan cahaya demi mencari kristal kehidupan yang dapat membuatnya menjadi anak laki laki seutuhnya yaitu dapat memahami emosi manusia bukan boneka Robot.

Membuat Edison kembali ke wujud aslinya, Eriol Talos, akibat batu permata Mistletoe yang ditanamkan ayah angkatnya di jantungnya, Edison telah menjual jiwanya pada iblis dan bersumpah untuk memusnahkan kehidupan makhluk organik serta mengubah planet menjadi logam. Senjata kimia, senjata biologis, dan senjata nuklir—kalau tiga-tiganya diaktifkan—bisa menghancurkan dunia dan menyusutkan populasi global.

Edison awalnya sangatlah bengis, meski sebenarnya dia hanya berusia 1 tahun saat terlahir kembali menjadi bangsa robot Albion setelah mendapat siksaan fisik dan mental dari Jendral Mechaggeddon dan membunuh penyiksanya sendiri,dia seperti bayi baru lahir yang tiba tiba dibebani tanggung jawab untuk megang pasukan dan negara untuk menindas bangsa lain,sangking kuatnya Para dewa di Edendrassil yang sangat ditakuti oleh para pahlawan galaksi tunduk padanya dan ingin merasakan kekalahan entah itu dalam permainan apapun,setelah kalah dalam video game dengan Eilik Griffin yang sudah dia anggap sebagai adik perempuannya sendiri dia teringat dengan Kila gadis yang sejak kecil dia cintai dan akhirnya malah memahami makna kasih sayang, Edison hanya seperti bayi yang ingin memahami dunia.

Pangeran Edison telah membawa abad pencerahan Reneisans pada Bangsa Robot Albion dengan membawa kembali ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan penaklukan terhadap peradaban lain termasuk Planet Pimy.

Edison dengan polosnya juga merasa sedih saat dia tak diizinkan oleh pendeta kuil Central Caterdral untuk mengunjungi Kila demi menghiburnya dari perasaan tertekan sebagai wanita suci penjaga Kuil Central Caterdral Kila dia juga sering dibentak,dicambuk hingga disiksa sampai berdarah ketika mengunjungi Kila secara diam diam dengan masuk ke kamarnya di kuil Central Caterdral. Dia merasa seakan Kila telah hilang selamanya ke dasar bumi dan tak akan kembali untuk selamanya Kila membuat Edison merasa putus asa kehilangan segala galanya dan merasa tak memiliki tujuan hidup lain.

Di tengah malam yang pekat, angin berhembus dingin menerpa wajah mereka. Kila berdiri di depan Edison yang terjatuh, tubuhnya lemah dan terpuruk di tanah. Pedang di tangan Kila terarah tepat di leher Edison, mengancam nyawanya dalam sekejap. Mata Kila berkilat tajam, dipenuhi amarah yang mendalam. Namun, ada sesuatu yang berbeda malam itu. Sesuatu yang membuatnya terhenti sejenak.

Edison menatapnya dengan mata yang penuh penyesalan, dengan nafas yang terengah-engah, seakan setiap kata yang ingin dia ucapkan terhalang oleh rasa sakit yang semakin mendalam. Dengan tangan yang gemetar, ia menggenggam pedang Kila yang mendekat. 

Mechaggeddon yang dulu menghasut Edison untuk membenci manusia karena dicampakan di kehidupan sebelumnya hanya karena dia robot, kini malah mendapat senjata makan tuan. Edison yang memiliki kekuatan Dewi Elektra membunuh Mechaggeddon dan kembali ke istana untuk mengklaim kekuasaan.

Edison mengaku jika tubuh mekanik Mechaggeddon tak ditemukan karena itu dia sebagai Jendral besar Imperium Robot Cybrion memanfaatkan situasi untuk mengangkat dirinya sendiri sebagai pemimpin.

Imperium Mecha galaksi dipimpin oleh seorang pangeran Robot muda yang jauh lebih kejam dari Kaisar Mechaggeddon sendiri memerintah dari Istana Weimar.

XXX

Sebelum berhadapan dengan Rosenkruez Olympus Ordenn yang akan menyerang titisan dewa dewi Yunani di Indonesia,Kila dan teman temannya terbang ke Acropolis,Kota Athena untuk mendapatkan perisai kebijaksanaan Athena dan mencegah kebangkitan penyihir putih akibat ulah Dewa Mars Ares

Kila dan teman-temannya, termasuk kakak sepupunya Amane Misa, titisan Dewi Minerva atau Athena, telah mendarat di Acropolis, yang berarti benteng dataran tinggi yang menjadi pertahanan kuat dari serangan musuh. Dari dataran tinggi Acropolis, terlihat jelas pelabuhan di Laut Tengah. Orang Athena awal menggunakannya sebagai kuil suci. Di belakang kamu, bisa melihat kuil terbesar, Pantheon, tempat sang perawan dibangun sebagai penghormatan kepada Athene, Dewi pelindung Kota Athena. Acropolis adalah tempat di mana Socrates, sang filosof bijak, berjalan di alun-alunnya, berdiskusi dengan orang-orang Athena sambil melihat pembangunan kembali gedung indah Acropolis dan Kota Athena yang dihancurkan oleh Raja Xerxes dari Persia, yang membakar seluruh bangunan batu di Acropolis sebelum raja tersebut dikalahkan. Acropolis dibangun lebih indah lagi, dan seluruh peradaban Eropa dimulai di bangunan ini.

Langit malam menghitam tanpa bintang. Angin menggigit di puncak Menara Putih, di mana Jean Atreus Pendragon berdiri tegap menghadap utara, jubahnya berkibar bagai sayap nasib. Di belakangnya, Falcona Icarus melangkah pelan, matanya memandangi manusia terakhir yang masih percaya pada kebenaran.

"Aku tahu kenapa kau membawaku ke sini," ucap Falcona lirih. "Tapi apakah kau yakin mereka siap mendengar kebenaran?"

Jean menoleh perlahan. "Mereka harus tahu, Falcona. Dunia ini berhak tahu siapa yang sebenarnya telah memimpin mereka... dan mengapa semuanya harus berakhir."

Di tengah ruang perjamuan kuno yang diterangi cahaya kristal bulan, para pemimpin bumi berkumpul, penasaran, gelisah. Jean melangkah maju, suaranya tenang namun menggema.

"Kalian selama ini mengenal kami sebagai keturunan ras Hellix dan Putri serta Pangeran Moon Camelot di bulan," katanya. "Pejuang genetik hasil rekayasa kuno. Tapi itu bohong. Kami bukan Hellix. Kami adalah… Nisnas."

Kericuhan pecah sesaat. Jean mengangkat tangannya. "Sejarah menyebutkan jika Camelot adalah bangsa alien yang membuat bangsa Nisnas terusir dari bumi selain Felis Catus,itu salah! Kami membangun kerajaan di bulan dari sisa sisa peradaban bangsa Nisnas dan memiliki tugas untuk menghakimi umat manusia di akhir zaman. Camelot adalah bangsa terakhir dari sistem biner lunar, sisa sisa Bangsa Nisnas yang bertahan di bulan setelah perang antargalaksi memusnahkan sebagian ras kami. Di balik bayang-bayang sejarah, kami membangun kerajaan di sisi gelap bulan—Moon Camelot."

Falcona maju, matanya menyala dengan kekuatan psionik khas bangsanya.

"Moon Camelot bukan hanya tempat bertahan. Itu adalah pusat rencana kami. Dan rencana itu… adalah akhir umat manusia," katanya tanpa ragu. "Kami bekerja sama dengan dewa MARS Ares—dan Kaisar Vermilion. Mereka setuju: spesies ini telah gagal."

Jean menunduk sesaat, lalu memandang lurus.

"Kami tak datang ke bumi sebagai jembatan antara bangsa kami dan bangsamu, tapi untuk menghakimi bangsamu dan untuk melengkapi misi kami, kami membangkitkan satu sekutu terakhir: Penyihir Putih, roh kuno yang terikat pada energi bulan. Ia akan menghapus sihir terakhir dari bumi… dan dengan itu, kemanusiaan."

Hening. Dunia seakan membeku. Tak seorang pun bergerak.

Jean menarik napas panjang. "Ini bukan tentang kehancuran. Ini tentang kelahiran kembali. Dan hanya mereka yang siap menerima kebenaran yang akan selamat."

Langit retak. Warna-warna dunia membara dalam merah keemasan, seolah semesta ikut menyaksikan keputusan yang terlalu besar untuk dua manusia muda. Naga Tagaroa — sosok raksasa dari nyala angkara, jelmaan benci dan kerakusan — melingkar di cakrawala seperti luka menganga di tubuh langit. Nafasnya adalah racun. Matanya, bara dendam terhadap segala cinta.


Kila dan Jean berdiri di tepi jurang Matahari, titik tertinggi Bumi sebelum transendensi cahaya. Di bawah kaki mereka, altar Surya mulai menyala — hanya bisa diaktifkan oleh titisan suci. Dan mereka adalah itu: Kamajaya dan Kamaratih dalam daging fana.


Tapi dunia tidak memuja mereka. Dunia mencaci.


"Syirik!" teriak manusia-manusia itu, dulu. "Kalian bukan utusan Tuhan, hanya mitos berbungkus dosa! Cinta kalian ilusi!"


Namun cinta sejati tidak membutuhkan pembenaran. Ia hanya butuh kesetiaan. Dan kesetiaan mereka telah teruji seumur hidup — bahkan dalam hidup sebelum ini.



Sinar Matahari yang mekar dari altar menyentuh tubuh Kila dan Jean. Keringat menetes dari pelipis, tapi bukan karena takut. Jiwa mereka mulai tercerabut pelan-pelan dari tubuh fana — dan saat itu terjadi, satu per satu kilasan kehidupan lampau muncul.


Mereka melihat…

Batara Guru sedang bertapa dan tiba-tiba kahyangan geger oleh serangan pasukan raksasa utusan Prabu Nilarudraka yang membuat seluruh dewa kewalahan. Kondisi semakin genting, para dewa kemudian menyusul Batara Guru untuk membangunkannya dari pertapaan. Namun, segala upaya gagal dilakukan. Batara Guru tetap teguh dalam tapanya.


Batara Kamajaya lalu berinisiatif membangunkan Batara Guru dengan menggunakan Panah Pancawisaya.

Di Kahyangan: Kamajaya memanah Batara Guru, dan tubuhnya hangus dalam nyala biru. Kamaratih berlutut dalam kepasrahan yang agung, meminta untuk menyusulnya — bukan karena putus asa, tapi karena cinta mereka adalah satu jiwa dalam dua wadah.

Namun, karena telah membuat kesalahan, Batara Kamajaya kemudian diutus untuk bersemayam pada jiwa laki-laki di dunia. Sedangkan Batari Kamaratih ikut pula turun dan bersemayam pada jiwa setiap perempuan.


Kedua dewa tersebut bertugas untuk menyatukan jiwa laki-laki dan perempuan menjadi sepasang kekasih maupun suami istri yang dilengkapi cinta, kasih sayang, dan kerukunan hubungan.

Mereka melihat…


Ratusan wajah: lelaki dan perempuan di bumi yang saling jatuh cinta karena pengaruh mereka. Seorang pemuda desa yang menggenggam tangan gadis buta, seorang istri yang tetap merawat suaminya yang lumpuh — itulah benih-benih yang mereka titipkan dalam diam.


Mereka melihat…


Reinkarnasi demi reinkarnasi, hidup yang tak selalu adil: dibakar, diasingkan, difitnah — namun selalu bersama, terikat oleh jalinan yang tidak bisa dipatahkan oleh kebencian umat manusia.


Jean menoleh pada Kila. Mata mereka bercermin.


“Jika kita lahir lagi,” kata Jean lirih, suaranya nyaris tenggelam oleh gelegar naga di langit, “aku ingin tetap menjadi laki-laki yang mencintaimu. Meski hanya untuk satu detik.”


Kila tersenyum. “Dan aku akan tetap menjadi perempuan yang memilihmu, meski dunia menolak kita seribu kali.”


Mereka bergandengan tangan. Cahaya altar kini menjadi ledakan matahari kecil. Tubuh mereka mulai menyatu dalam pusaran api suci — tidak terbakar, tapi melebur dalam cahaya cinta yang murni. Di kejauhan, Naga Tagaroa melolong, merasa panas yang belum pernah ia rasa: cinta sejati.


Seketika, langit pecah oleh nyala putih emas. Cahaya itu menghantam tubuh naga, memecahnya menjadi debu bintang. Dunia selamat. Tentu saja Tagaroa tak akan mampu musnah semudah itu, pengorbanan mereka berdua tak akan cukup menebus nasib umat manusia. Namun, pengorbanan mereka membuat Tagaroa agak lebih tenang dan melemah, tak seagresif sebelumnya.


Namun di tengah semua keheningan setelah ledakan, tidak ada tubuh yang ditemukan di altar.


Hanya sebatang bunga kamboja merah dan setangkai melati putih — tumbuh berdampingan di atas batu hangus, satu-satunya tempat yang tak terbakar. 


Karena cinta sejati tidak mati.


Ia hanya berubah bentuk…

…menjadi legenda yang hidup di setiap jiwa yang mencinta dengan setia.

"Kila," suara Jean Atreus Edison begitu pelan, namun penuh ketulusan. "Sebelum aku mati di tanganmu... ada satu hal yang ingin aku katakan."


Kila tidak menjawab, tapi matanya tak bisa lepas dari wajah Edison yang semakin memudar, ada perasaan campur aduk yang menghancurkan hatinya.


"Aku... aku tak akan pernah bahagia dengan semua yang telah kulakukan," kata Edison, setiap kata yang keluar seperti terbungkam oleh air mata yang menetes perlahan di pipinya. "Tapi, satu hal yang selalu kuinginkan... adalah bergandengan tangan denganmu, Kila. Menghabiskan sisa hidupku bersamamu. Aku hanya ingin bersama orang yang paling kucintai selain Eilik."


Kila menatapnya, air mata tak terbendung mengalir di pipinya. Semua kebencian yang telah terpendam begitu lama mulai hancur seketika. Entah kenapa, rasa sakit yang dia rasakan itu bukan hanya karena Edison adalah orang yang harus ia bunuh, tapi karena Edison adalah orang yang pertama kali mengakuinya sebagai teman. 

Edison melanjutkan, suaranya kini semakin lemah. "Aku tahu aku tak layak untuk itu, aku tahu aku harus membayar semua dosaku... Tapi jika ada satu hal yang bisa aku harapkan sebelum aku mati, itu adalah... bisa terlahir kembali, dan bermain denganmu, Kila."

Kila menggigit bibirnya, tubuhnya bergetar hebat. Semua yang dia impikan, semua yang dia rasakan, kini bertabrakan dalam perasaan yang kacau. Bahkan dengan air mata yang terus mengalir, Kila tahu satu hal—meskipun Edison adalah orang yang sangat ingin ia bunuh, ia tak bisa menutupi perasaan yang tercampur aduk di hatinya.

Dengan suara bergetar, Kila akhirnya membuka mulut, meskipun hatinya terasa hancur. "Aku... aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Tapi ini, ini bukan tentang status atau siapa yang benar atau salah. Ini tentangmu... yang pertama kali melihatku sebagai teman."

Air mata Kila tak bisa lagi dibendung, jatuh satu persatu. Tanpa sadar, tangan Kila yang memegang pedang itu gemetar, dan dalam sekejap, semuanya terasa seperti mimpi buruk yang tak bisa ia hadapi.

"Aku... maafkan aku, Kila," kata Edison dengan lirih, lalu perlahan, seolah menyerahkan dirinya pada takdir yang menunggunya.

Kila mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, dan dalam detik-detik terakhir itu, perasaan yang bergelut dalam dirinya mencapai puncaknya. Namun, ketika ia menurunkan pedang itu, untuk pertama kalinya, hati Kila terasa hancur dalam keheningan malam yang mencekam.


XXX
Epilog:

Dengan Bifrost Heavents Gate aku berhasil menghentikan Ragnarok yang dipicu oleh Ras Reptilians yang telah mengendalikan Frankania di balik layar. Dengan menghentikan Ragnarok aku berhasil memutus portal Heavents Gate hingga Ras Reptilians tak akan mampu kembali ke Bumi Midgardcapadawipa untuk selamannya.
Setelah membaca Ramayana, kita akan merasa terdorong untuk selalu mengikuti jalan yang benar, membela Dharma, dan menghindari kegelapan serta jalan yang salah. Sementara itu, setelah membaca Mahabharata, kita akan terdiam dan merenung, mempertanyakan arti keadilan, kemunafikan, dan dengan objektif menilai apakah manusia benar-benar memiliki sisi baik dan buruk. Mahabharata mengajarkan bahwa kedua belah pihak bisa sama-sama benar, meskipun berada di jalan yang berbeda. Ini sangat relevan di zaman sekarang, di mana kita tidak bisa menilai baik dan buruk hanya dari satu sudut pandang.

Perang Kurukshetra adalah puncak dari cerita Mahābhārata, yang mengisahkan konflik dalam Dinasti Kuru. Penyebab perang ini adalah perebutan kekuasaan, di mana para putra Dretarastra enggan menyerahkan tahta Kerajaan Kuru kepada Yudistira, putra sulung Pandu dari keluarga Pandawa. Kurukshetra, yang menjadi lokasi pertempuran, berarti "tanah Kuru" dan juga dikenal sebagai Dharmakshetra, atau "tanah keadilan". Tempat ini dipilih karena dianggap suci oleh umat Hindu, sehingga dosa yang dilakukan di sana dapat terampuni.

Dalam Mahābhārata, diceritakan bahwa Dretarastra yang buta sejak lahir terpaksa menyerahkan tahta Kerajaan Kuru di Hastinapura kepada adiknya, Pandu, meskipun Dretarastra adalah putra sulung. Pandu memiliki lima anak, yang dikenal sebagai Pandawa, dengan Yudistira sebagai putra tertua. Setelah Pandu meninggal, Dretarastra memimpin kerajaan sementara menunggu Yudistira dewasa. Kelima putra Pandu (Pandawa) dan seratus putra Dretarastra (Korawa) tinggal di istana Hastinapura dan mendapatkan pendidikan dari guru yang sama, yaitu Drona dan Krepa, serta bimbingan dari kakek mereka, Bisma. Yudistira dianggap paling layak untuk mewarisi tahta karena karakter baiknya dan usianya yang lebih tua.

Namun, Duryodana, salah satu Korawa, sangat ingin merebut tahta Kuru. Karena Yudistira dipandang lebih pantas menjadi raja, Duryodana berusaha menghalangi dan menyingkirkan Yudistira serta para Pandawa dengan berbagai cara, termasuk percobaan pembunuhan. Meskipun demikian, kelima putra Pandu selalu selamat berkat perlindungan dari pamannya, Widura, dan sepupu mereka, Kresna.

Sang titisan, reinkarnasi, inkarnasi Awatara, atau apapun itu—yang jelas, Wisanggeni di zaman ini mengobarkan dirinya demi perdamaian, sebagaimana Wisanggeni di masa lalu yang rela moksa demi kemenangan Pandawa di Bharatayuda  atas perintah Sang Hyang Wenang, dengan tujuan yang sama: untuk mencapai perdamaian.

Tapi, bukan kemenangan Pandawa yang baik atas Kurawa yang dianggap jahat yang dimaksud, melainkan kemenangan kebahagiaan atas kesedihan, kemenangan keadilan atas keputusasaan. Tak ada lagi tokoh jahat; semua orang bersatu demi perdamaian Bumi Midgardcapadawipa.

Setelah Morningstar Wisanggeni de Robespiere dibunuh dalam sebuah drama oleh Naradja Gatotkaca, yang bertujuan untuk menyatukan seluruh dunia melawan dirinya sendiri sebagai iblis yang sebenarnya, mereka segera mendeklarasikan perang terhadap Republik Frankania. 

Naradja Gatotkaca ingin semua orang memiliki musuh bersama, melupakan perbedaan, dan bersatu melawan Republik Frankania. Hal ini terjadi setelah mereka berhasil mengalahkan Morningstar Wisanggeni de Robespiere, sang raja iblis Candradimuka, yang tidak dapat dikalahkan oleh dewa manapun. 

Mereka menentang Imperium Republik Frankania yang kejam, yang menggunakan kekuatan dewa untuk menjajah dan menindas negara lain. Namun, kebusukan mereka terungkap saat mereka berpura-pura menjadi polisi dan pahlawan dunia, akibat data-data negara Frankania yang disebarkan oleh kaum Pandawa.

Tanpa adanya titisan Wisanggeni, perang akan berlangsung lebih lama dan penindasan Republik Frankania akan terus terjadi dalam dendam tanpa akhir. Negara-negara sekutu menuntut agar Republik Frankania dihancurkan dan membebaskan kekuatan dewa dari Ragnarok, menarik mundur pasukannya, menyerahkan sebagian wilayahnya, serta menyerahkan 5.000 artileri, 25.000 senapan mesin, 5.000 lokomotif, 5.000 truk, 15.000 gerbong, 1.700 pesawat tempur (bomber), dan semua kapal selam serta kapal perang untuk dibagi-bagikan oleh Sekutu. Selain itu, 

Republik Frankania diharuskan memberikan ganti rugi sebesar 5 miliar dolar dalam bentuk emas atau setara mulai Mei 2099. Mereka juga dilarang memiliki tank, pesawat tempur bomber, dan kapal perang. Industri perang akan diawasi secara ketat, dan Frankania hanya diperbolehkan memiliki 100.000 tentara.

Republik Frankania hancur pada musim dingin tahun 1919 akibat kekacauan yang disebabkan oleh Morningstar Wisanggeni de Robespiere, raja iblis api Candradimuka yang menguasai Frankania. Keadaan diperparah oleh korupsi kaum Patricius (bangsawan Republik) dan krisis ekonomi akibat kelelahan perang melawan Morningstar Wisanggeni de Robespiere dan pasukan iblis Candradimuka di Azazelian. 

Perjanjian ini akhirnya ditandatangani sebagai tindak lanjut dari perlucutan senjata yang ditandatangani pada November 1918. Republik Frankania dihancurkan oleh Traktat Versailles (1919), sebuah perjanjian damai yang secara resmi mengakhiri Perang Dunia I dan dominasi Republik Frankania sebagai Imperium Kolonial terbesar di dunia. 

Kekalahan memalukan Republik Frankania dalam Marcapadayuda atau Perang Dunia disebabkan oleh perjanjian antara Sekutu dan Republik Frankania. Perjanjian ini menimbulkan keterkejutan dan rasa malu yang berperan dalam runtuhnya Republik, karena mereka tidak diizinkan untuk berpartisipasi dalam negosiasi sebagai pihak yang kalah. Pihak Frankania sempat mengirimkan protes terhadap hal-hal yang dianggap tidak adil dan kemudian menarik diri dari perundingan.

Kekejaman, diskriminasi, dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Frankania  dianggap sebagai polisi dan pahlawan dunia terungkap. Republik Frankania dituntut untuk menghapuskan sistem kasta antara Pleb dan Patricius (bangsawan Republik) di negaranya sebagai bentuk anti-feodalisme, menghapus sistem kelas sosial antara manusia dengan kekuatan sihir manusia super dan manusia biasa, menghapus kebijakan politik Apatride, penyerahan sebagian wilayah Frankania pada tetangganya, pelepasan koloni seberang lautan, serta pembatasan pasukan militer untuk menghambat kemungkinan terjadinya perang kembali.

Perang Marcapadayuda antara tahun 1914 hingga 1919, yang disebabkan oleh terbunuhnya Cawapres Patricius Frankania Kenedy Lincolnheim oleh teroris Azazelian, sebenarnya adalah perang antara Triple Alliance, Triple Entente, dan Kadipaten Agung Azazelian yang dipimpin oleh Morningstar Wisanggeni de Robespiere. Perang ini merupakan bagian dari perjuangan panjang memperebutkan kekuasaan, dan kejadian tersebut hanya merupakan pemicu, bukan penyebab utama. 

Namun, karena Morningstar Wisanggeni de Robespiere dan pasukannya terlalu kuat, Triple Alliance dan Triple Entente bersatu melawan Azazelian. Setelah Azazelian dikalahkan melalui drama setting antara Morningstar Wisanggeni de Robespiere dan Naradja Gatotkaca untuk mewujudkan perdamaian dunia dan mempersatukan manusia di bawah musuh yang sama, Naradja Gatotkaca paham bahwa perdamaian tidak akan abadi karena sifat serakah manusia, terutama adanya Imperium kejam seperti Frankania yang menyebabkan perang, penjajahan, dan penderitaan. Karena itu, dia melakukan provokasi dan pengkhianatan terhadap Frankania, yang sebelumnya berperang bersama Triple Entente melawan Morningstar Wisanggeni. 

Naradja Gatotkaca menyatakan bahwa Republik Frankania adalah penjahat perang sesungguhnya yang mengancam perdamaian dunia sesuai rencana Morningstar Wisanggeni, yang memandang nyawanya sebagai bidak catur untuk menyelesaikan tugas titisan Wisanggeni sebelumnya dan moksa bersama sang Hyang Wenang ke kahyangan. Naradja Gatotkaca kemudian mereformasi Pemerintahan Azazelian dan Frankania agar menjadi negara demokrasi yang menghargai keadilan dan kebebasan rakyat setelah hancur akibat perang, serta memberikan pinjaman kepada negara-negara lain.

Wisanggeni mengingat nasehat Batari Durga sebagai istri Batara Guru, penguasa Kahyangan Tengguru, yang mengatakan bahwa dia adalah Dewi yang mengetahui banyak hal yang tak diketahui oleh dewa lain di Kahyangan. Dewa-dewa lain di Kahyangan berpikir dengan sombongnya bahwa mereka adalah penguasa dunia bahkan alam semesta, padahal mereka hanya menguasai wilayah Pantheonnya sendiri. Apapun yang dilakukan dewa di Kahyangan, tak akan berpengaruh pada dewa-dewi di wilayah Pantheon benua lain. Mereka berpikir wilayah mereka mencakup seluruh dunia, seperti dewa-dewa di Kahyangan Tengguru yang mengira bahwa dunia hanya ada di Nusantaradwipa dan tanah Bharata, India. Karena itu, mereka merasa tak ada dewa lain selain mereka, padahal di luar sana masih ada benua dengan dewa-dewi yang jauh lebih kuat, hanya terpisah secara geografis. 

Mereka tak mengetahui adanya dewa lain di luar wilayah kekuasaan mereka, di mana mereka dipuja oleh sekelompok bangsa manusia dari etnis lain. Di luar sana, di negeri dan benua lain, masih banyak dewa-dewi yang terpisah secara geografis dan jauh lebih kuat. Namun, ada beberapa dewa-dewi, seperti Batari Durga, yang mengetahui bahwa mereka hanyalah titik kecil dibandingkan luasnya kebudayaan dunia. Karena itu, Wisanggeni bertualang ke negeri China untuk melatih bela diri sihir dengan Bhiksu Fu Shi demi persiapan melawan Kaisar Langit, pergi ke koloni Frankania di Kota Athena, Yunani, demi mendapatkan ilmu pengetahuan, dan gunung Olympus untuk meningkatkan ilmu melawan dewa-dewa Olympian. Ia juga melawan dewa-dewa Aesir di pohon sembilan dunia Yggdrasil, serta membantu dewa Elang Horus dari Mesir yang dikurung di Piramida untuk merebut tahta dari Seth, dewa kegelapan, dan orang asing Mesir yang jahat.

Meskipun semua kisah mitologi benar, begitu pun dengan sains di saat bersamaan, perbedaan kisah kosmologi penciptaan dunia di setiap mitologi masih misteri karena membuat kisahnya bertabrakan, bertentangan, dan kontradiksi. Kemungkinan hanya ada satu kisah kosmologi yang benar, dan dewa lain harus mengakui bahwa kisah penciptaan dunia di mitologi mereka salah dibandingkan kebudayaan lain. Entah alam semesta diciptakan oleh raksasa Pangu dari ketiadaan yang menopang langit, diciptakan oleh Dewi Titan Bumi Gaea, atau diciptakan Odin dari mayat raksasa Ymir, kalaupun salah satu benar, para dewa memiliki kepercayaan yang berbeda-beda dan tak akan mau mengakui bahwa ajaran dan kisah kosmologi Pantheon lain lebih benar. Zeus tak akan mau mengakui jika dunia diciptakan oleh Odin, dan sebaliknya, Odin tak akan mau mengakui jika bumi diciptakan oleh Dewi Bumi Gaea.

Namun, perbedaan itu indah. Baik manusia maupun dewa hidup berdampingan dengan damai; perbedaan pendapat dan kepercayaan bukanlah masalah. Yang penting adalah menjaga perdamaian di bumi dan membuat hidup menjadi harmonis, karena semua manusia dan dewa bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, dan tak hidup sendiri di bumi.

Wisannggeni Morningstar berterima kasih pada kutukan Dewi Durga, yang tidak hanya membuatnya kehilangan orang-orang yang dicintainya, tetapi juga mengutuk inkarnasi Wisanggeni sehingga ia kehilangan ingatan dan jati dirinya sebagai Pandawaputra terkuat, Sang Candradimuka, penakluk Batara Guru. Hal ini mengakibatkan ia lupa akan kekuatan yang dimilikinya di kehidupan sebelumnya.

Morningstar, di sisi lain, dikucilkan karena dianggap lemah dan tak memiliki kekuatan. Namun, situasi ini memacu Morningstar untuk melawan ketidakadilan dan membela rakyat jelata, hingga mewujudkan perdamaian di bumi Midgardcapadawipa.

Sebagai Komodo Dragonastro Wisannggeni X, ia menolak menggunakan kekuatannya sebagai Bambang Wisanggeni Morningstar jika musuhnya masih dapat dikalahkan tanpa kekuatan dewa. Ia lebih memilih memanfaatkan teknologi, persenjataan, jebakan, peralatan, dan kemampuan deduktif. Menurutnya, menggunakan kekuatan dewa tanpa alasan mendesak tidak berbeda dengan tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh manusia atau dewa yang menganggap nyawa manusia biasa tidak berharga.

Wisannggeni memiliki idealisme yang kuat, lahir dari pengalaman pahit ketika ia ditindas oleh anak-anak berkekuatan dewa saat kecil, sementara ia tidak dapat melawan karena belum menyadari jati dirinya.

Tujuan utama Mahabharata adalah untuk mengajarkan para pendengarnya tentang jalan Dharma yang tepat bagi orang-orang dalam berbagai situasi yang berbeda, dari penguasa hingga rakyat jelata, dan di masa damai, perang, kemakmuran, malapetaka, dan untuk para pencari spiritual Moksha.

XXX

Blaze Chicken Gigantron, Robot raksasa buatan Paman Shangrila yang diciptakan untuk melawan Invasi Soviet ke Shambala ternyata bukan tandingan naga raksasa Togaroa jelmaan sang penyihir putih, meski robot itu terbuat dari sisa-sisa kapal luar angkasa Anunaki peninggalan ras alien dari planet Nibiru  yang tertinggal di Shambala dan mampu menembakan energi setara Tsar Bomba Rusia.

Naga Togaroa atau Penyihir Putih bukan manusia, dia pada dasarnya memiliki tubuh seperti tanaman yang tahan terhadap defisit oksigen dia menghirup karbon dioksida.

Togaroa menembakan meriam hydro dari mulutnya layaknya naga yang menyemburkan api.

Mengunakan Chicken Slingshot, Blaze Chicken menabrakkan dirinya ke arah Togaroa, jelmaan penyihir putih. Namun, tindakannya bukanlah untuk membunuh penyihir putih.

Shangrila Arslan menyadari bahwa jika dia masih hidup di masa depan, dendamnya terhadap penyihir putih akan terus membara dan memicu perang lagi. Hal ini akan membuat penyihir putih murka dan berubah menjadi Naga Togaroa, yang tingginya mencapai 600 meter.

Oleh karena itu, Blaze Chicken memutuskan untuk mengorbankan dirinya untuk menghentikan perang dengan penyihir putih. Dengan demikian, teknologi senjata perang tidak akan berkembang lagi.

Setelah Blaze Chicken meninggal, teman-temannya, termasuk Xuantong Jiangshi, hidup secara primitif sesuai keinginan penyihir putih. Mereka hidup berdampingan dengan penyihir putih yang menjaga alam.

Dia belum mampu mengakui jika Naga Togaroa atau penyihir putih adalah Dewi yang menjaga keseimbangan alam dari manusia. Bumi ibarat tubuh manusia yang memiliki antibodi, antibodi akan mengusir virus yang membahayakan tubuh, peradaban manusia adalah virus yang menghancurkan bumi perlahan lahan sedangkan Kaiju Empress Togaroa adalah antibodi yang melindungi bumi dari manusia.

Blaze Chicken memilih untuk bunuh diri karena bibit Leviathan ada pada dirinya dan suatu saat nanti dia atau keturunannya bisa dikendalikan untuk memanggil Leviathan, Leviathan adalah mahluk dari dimensi kelima yang bisa menjadi ancaman yang jauh lebih berbahaya daripada Naga Togaroa yang hanya merupakan Dewi Bumi. Laviathan adalah mahluk di luar nalar yang mampu membengkokkan realitas dan tak terikat hukum hukum fisika.

Setelah kekalahan Blaze Chicken alias Shangrila Arslan melawan Kaiju Togaroa, Proffesor Xuantong Jiangshi sebagai pengikut setia Blaze Chicken menandatangani perjanjian damai dengan kaisar Gwangmu Tianyi, mengakhiri konflik antara Birds Syndicate dan Kekaisaran Vermilion.

Blaze Chicken meminta Profesor menjadi penggantinya dalam memimpin Birds of Dawn, sedangkan Sarvakarna yang meratapi kematian Shangrila memutuskan untuk pergi ke pegunungan Himalaya dan mengasah ilmu sihir.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama