Pada zaman dahulu kala, di negeri yang amat jauh dan dihuni oleh berbagai binatang, terdapat dua kerajaan yang saling berperang. Kerajaan Musim Panas, dipimpin oleh Raja Rimba bernama Mahesasemar, sang harimau Jawa yang terkenal adil dan bijaksana, dan Kerajaan Musim Dingin, yang dipimpin oleh penguasa kegelapan bernama Ratu Violete, seorang pinguin yang memiliki kekuatan sihir es secara turun temurun.

Ratu Violete memiliki kekuatan untuk mengendalikan cuaca dingin serta menyihir apapun menjadi es dan salju, Binatang manapun yang tak mau mengikuti perintahnya akan diubah menjadi patung es.

Kerajaan Musim Panas dipenuhi dengan pohon kelapa yang indah di tepi pantai serta pohon-pohon pisang di pegunungan. Seluruh binatang merasa bahagia tinggal di sana. Kerajaan Musim Panas dihuni oleh berbagai jenis binatang yang beragam dan hidup berdampingan, seperti kancil, rusa, kerbau, badak, dan macan.

Ratu Violete sangat membenci musim panas dan pohon-pohon tropis. Ia ingin menutupi semuanya dengan salju yang dingin dan pekat, serta balok es yang membekukan kebahagiaan penduduk Kerajaan Musim Panas. Ia ingin seluruh dunia mengalami musim dingin abadi, di mana selama 12 bulan tidak ada musim panas sama sekali, melainkan hari yang dipenuhi oleh ketakutan dan kedinginan.

Ratu Violete akan sangat marah jika ada satu saja pohon pisang di Kerajaan Musim Panas yang tidak tertutupi oleh es atau salju.

Sebagian penduduk Kerajaan Musim Dingin memang takut pada Ratu Violete, namun sebagian besar binatang, seperti pinguin dan beruang kutub, mendukung keinginan Ratu Violete untuk mengubah seluruh dunia menjadi gurun es dan salju. Mereka merasa membutuhkan wilayah yang luas dan iri dengan binatang tropis di Kerajaan Musim Panas yang memiliki makanan berlimpah.

Satu-satunya harapan yang bisa membebaskan Kerajaan Musim Panas dari ancaman Kerajaan Musim Dingin adalah 5 Ksatria Suci Kerajaan Musim Panas. Mereka terdiri dari:

Pertama, Wisanggeni si Komodo, pemimpin sekaligus anggota terkuat, mampu melihat hingga sejauh 300 meter. Dia bisa menyemburkan racun api yang bisa menghabisi  lawannya dan membakar apa saja, termasuk sihir es Ratu Violete yang sangat kuat.

Kedua, Burung Cendrawasih bernama Antareja, memiliki Ajian Upas Anta Lidahnya yang sangat sakti. Makhluk apapun yang dijilat bekas telapak kakinya akan menemui kematian. Anatareja berkulit Napakawaca, sehingga kebal terhadap senjata. Ia juga memiliki cincin Mustikabumi yang mempunyai kesaktian, menjauhkan dari kematian selama masih menyentuh bumi maupun tanah, dan dapat digunakan untuk menghidupkan kembali kematian di luar takdir. Kesaktian lain Anantareja dapat hidup dan berjalan di dalam bumi.

Ketiga, ada Abimanyu si Jalak Bali. Dia memiliki kemampuan untuk terbang sambil menembakan anak panah berkekuatan magis, dengan busur sarungga dan anak panah Kyai Gusara. Kicauan Abimanyu memiliki suara yang khas berupa campuran siul dengan jeda nada beberapa saat dan suara lengkingan. Abimanyu tergolong burung bersuara ribut, dan berceloteh keras, terkadang meniru suara burung lainnya. Kicauan Abimanyu dapat memecahkan tembok es Kerajaan Musim Dingin dengan kekuatan yang sangat keras dan kuat.

Kemudian, ada Antasena Hiu Macan yang memiliki kemampuan untuk hidup di darat, terbang, amblas ke dalam bumi, serta menyelam di air. Kulitnya terlindung oleh sisik udang yang membuatnya kebal terhadap segala jenis senjata. Berwatak polos dan lugu, tetapi teguh dalam pendiriannya. Dalam berbicara dengan siapa pun, ia selalu menggunakan bahasa ngoko sehingga seolah-olah tidak mengenal tata krama. Namun, hal ini justru menunjukkan kejujurannya di mana ia memang tidak suka dengan basa-basi duniawi.

Terakhir, ada Gatotkaca si badak bercula satu dengan otot kawat dan cula besi serta sayap Antakusuma yang bisa membuatnya terbang dengan cepat di angkasa. Ia mampu menghabisi ratusan pasukan beruang kutub Kerajaan Musim Dingin hanya dengan ayunan gada.

Namun, dalam pertempuran melawan Ratu Violete dan Jendral monsternya bernama Butho Cakil, Lima Ksatria Suci Kerajaan Musim Panas mengalami kekalahan memilukan sampai pada puncaknya mereka berhasil dikutuk menjadi batu. Kelima Ksatria Suci Kerajaan Musim Panas telah berubah menjadi patung es batu dan menunggu untuk dibangkitkan oleh pemilik sejati keris Arcapada. Hanya pemilik keris Arcapada yang pantas menjadi pemimpin 5 Ksatria Suci Kerajaan Musim Panas dalam melawan Ratu Violete dan Buto Cakil.

Hanya binatang yang paling Cerdik, pemberani dan bijaksana yang bisa mengangkat Keris Arcapada tersebut dan menjadi pemimpin baru 5 Ksatria Suci Kerajaan Musim Panas. Bahkan Raja Mahesasemar sudah menjanjikan pada  hewan manapun  yang suatu hari nanti mampu mengangkat Keris Arcapada akan menjadi penasehat kerajaan yang baru. Namun sayangnya sampai saat ini belum ada yang mampu mengangkat keris itu dari batu.

Ratu Violete dengan nada marah menghampiri rakyatnya  "Hai para penghuni Kerajaan Musim Dingin! Dengarkanlah kata-kataku! Aku sangat membenci musim panas dan segala pohon tropis yang tumbuh di sana. Semuanya harus tertutupi dengan salju dan es yang dingin! Kehidupan kita tidak boleh diganggu oleh kehangatan musim panas mereka!"

Para Pinguin dan Beruang Kutub menjawab dengan hormat "Oh, Ratu Violete, kami akan melakukan apa yang Anda inginkan. Kami siap menutupi segala yang Anda minta dengan salju dan es."

"Jangan ada satu pun pohon pisang yang berani muncul tanpa tertutupi es di Kerajaan Musim Panas! Jika ada yang melanggar, mereka akan merasakan kemarahanku yang dahsyat!" Seru Ratu Violete dengan nada mengancam.

Para Pinguin dan Beruang Kutub tunduk patuh "Kami akan memastikan agar tidak ada pohon pisang yang terlihat di Kerajaan Musim Panas, Ratu Violete."

Ratu Violete mengangguk puas "Baiklah, pergilah dan laksanakan perintahku. Jadikanlah kerajaan ini mempesona dengan salju dan es yang menyelimuti segalanya!"

Di Kerajaan Musim Panas terdapat sebuah rumah kecil di pinggir kerajaan yang dihuni oleh keluarga kancil yang harmonis yang terdiri dari empat orang. Putu si kakak laki laki berusia 14 tahun, Sari Adik perempuan berusia 12 tahun serta ayah dan mama.

Namun sejak setahun yang lalu  kebahagiaan keluarga mereka lenyap. Mama mereka meninggal akibat wabah yang berasal dari Kerajaan Musim Dingin. Sedangkan Ayah mereka yang merupakan seorang professor sekaligus penasehat Kerajaan Musim Panas diculik oleh Butho Cakil , Jendral Kerajaan Musim dingin dan dipenjara di kurungan es karena tak mau diajak bekerjasama menghancurkan Kerajaan Musim Panas. 

Kancil terkenal sebagai binatang yang paling cerdik di Kerajaan Musim Panas, itulah sebabnya Ayah Keluarga Kancil dijadikan sebagai penasehat Kerajaan Musim Panas oleh Raja Mahesasemar untuk memimpin strategi perlawanan terhadap kerajaan musim dingin sampai dia diculik oleh Buto Cakil, raksasa peliharaan Ratu Violete.

Layaknya semua Kancil di Kerajaan Musim Panas  Putu si kancil kecil memang anak yang sangat cerdik dan memiliki sisi kebaikan yang luar biasa, namun memiliki tantangan dalam mengatasi ketakutannya terhadap kegelapan dan tidur sendirian, ia tak bisa tidur tanpa ditemani orangtuanya.

Dengan langkah yang berat, Putu melangkah di tengah kesunyian malam. Kedua orangtuanya telah tiada, meninggalkannya dalam kehampaan yang tak terucapkan. Dunia terasa hampa, dan setiap hela napasnya terasa seperti tekanan yang tak terlalu ringan.

Kabar tentang ayahnya yang dikurung di kerajaan musim dingin menambahkan beban yang tak tertahankan. Putu merasa terjepit dalam kegelapan tanpa jalan keluar. Dia ingin menyelamatkan ayahnya, tetapi keberanian tampaknya menjauh darinya, meninggalkannya terdampar dalam ketakutan yang melumpuhkan.

Namun, di tengah kegelapan itu, sinar harapan datang dari Sari, adiknya yang penuh kasih. Dengan sorot mata yang penuh keyakinan, Sari berhasil menguatkan tekad Putu. Dia menjadi tonggak kekuatan bagi Putu, membantunya menemukan kembali kepercayaan diri yang hilang. Bersama-sama, mereka berjuang mencari makanan dan membersihkan rumah bersama, membangun ikatan yang lebih kuat daripada sebelumnya.

Dalam pelukan keluarga mereka, Putu mulai merasakan semangat baru yang menyala di dalam dirinya. Meskipun ketakutan masih mengintainya, Putu tahu bahwa dengan dukungan dan dorongan dari keluarga, dia bisa menghadapinya satu per satu. Dan di tengah kegelapan, cahaya keberanian mulai bersinar kembali, membawa harapan bagi masa depan yang lebih cerah.

Putu tak lagi  takut dengan kegelapan atau takut tidur sendiri di kamarnya tanpa ditemani ayahnya.

Namun ditengah kebahagiaan mereka Ratu Violete yang sangat marah kepada ayah keluarga kancil karena tak mau diajak bekerjasama menghancurkan Kerajaan Musim Panas, mengancam akan melukai keluarga Kancil.

Dalam gemerlap kebahagiaan keluarga Kancil, Ratu Violete, dengan wajah membara, menghadap Ayah Kancil. "Mengapa kau menolak kerjasama kita, Ayah Kancil?" desisnya, sorot matanya memancarkan amarah yang tak terbendung.

Ayah Kancil menggeleng, "Kerajaan Musim Panas tidak akan terlibat dalam rencanamu yang jahat, Ratu."

Ratu Violete menatap Sari di Cermin ajaibnya dengan penuh kebencian. "Kau akan menyesal telah menolakku," ancamnya, mengirimkan kutukan gelap ke arah Sari, merubah keceriaan dan kebaikan hatinya menjadi kekasaran yang menusuk hati Putu.

Mantra kutukan itu membeku di udara, memaksa Sari untuk melangkah diam-diam menuju Kerajaan Musim Dingin, membara dengan kemarahan setiap kali Putu berusaha mencegahnya. Putu, terpaku dalam keputusasaan, menyadari kekuasaan Ratu Violete yang tak terbendung, tak mampu melindungi keluarganya dari pengaruh kegelapan itu.

Rasa lemah dan putus asa melanda Putu, hingga suatu hari dia mendengar kabar tentang Sayembara yang digelar oleh Raja Harimau Mahesasura, isyarat terakhir bagi Putu untuk menyelamatkan keluarganya.

 

Ratu Violete, dengan tatapan tajamnya yang memancarkan kemarahan, mengancam keluarga Kancil dengan kehancuran. Wajahnya yang anggun dipenuhi dengan ekspresi amarah yang membara, seakan menyiratkan ketidakberdayaan ayah keluarga Kancil untuk menolak ajakannya.

"Dia tidak akan lolos dari kekuatanku," gumam Ratu Violete dengan suara penuh penekanan, ketegangan melingkupi setiap kata yang terucap dari bibirnya yang merah menyala. Namun ayah Keluarga Kancil hanya bisa menangis pasrah atas apa yang telah dilakukan Ratu Violete pada anak perempuannya.

Sari, yang dulunya penuh dengan senyum dan kebaikan, kini berubah menjadi sosok yang kasar dan penuh kebencian, terutama pada Putu. Mantra kutukan yang dilontarkan oleh Ratu Violete merasuki setiap serat jiwa Sari, mengubahnya menjadi sosok yang sama sekali berbeda, jauh dari kebaikan yang pernah ia miliki.

Di sisi lain, Putu merasa seperti terjebak dalam labirin tanpa jalan keluar. Ratu Violete mengirimkan kutukan pada Sari dimana dia membuat Sari berubah dari anak yang ceria dan baik hati menjadi kasar dan sengit pada Putu, Putu seakan tak dapat melakukan apapun.

Setiap upaya untuk melindungi keluarganya dari sihir kutukan Ratu Violete tampaknya sia-sia. Rasa putus asa merayapi hatinya, membuatnya merasa lemah dan tak berdaya.

Namun, di tengah kegelapan yang menyelimuti hatinya, sebuah kabar tentang Sayembara yang diadakan oleh Raja Harimau Mahesasura mencuat. Sebuah sinar harapan muncul di antara bayang-bayang keputusasaan yang melingkupi pikirannya.

Di tengah keramaian tempat sayembara, gajah dan badak, dengan sikap sombong, menertawakan keinginan Putu untuk mengangkat Keris Arcapada. Mereka menganggapnya sebagai lelucon, mengingat tubuh Kancil yang kecil dan lemah di antara mereka yang gagah perkasa.

"Dengar-dengar, kita punya seorang Kancil di sini!" gurau seekor gajah dengan nada menghina, sorot matanya penuh dengan cemoohan.

Badak mengangguk setuju, "Ya, benar sekali. Sebuah lelucon bahwa Kancil yang kecil ini berpikir bisa mengangkat Keris Arcapada."

Tawa mereka bergema di sekitar tempat sayembara, meremehkan keberanian Putu yang berani menantang takdir. Namun, mereka belum menyadari bahwa dalam hati yang kecil bisa terpendam keberanian yang besar.

Namun, ketika Putu dengan mantap menggenggam Keris Arcapada, semua binatang terdiam dalam kekaguman dan malu. Mereka menyaksikan dengan takjub bagaimana Kancil mampu mengangkat keris itu dengan begitu mudah, sementara tak ada satupun dari mereka yang mampu melakukannya. Seperti ada keajaiban yang terjadi, seolah-olah Keris Arcapada telah memilih pemiliknya dengan jelas.

Tak lama setelah Putu berhasil mengangkat Keris Arcapada tersebut kutukan yang diberikan Ratu Violete lenyap. 5 Ksatria Suci Kerajaan Musim Panas bangkit memecahkan es batu yang membekukan tubuh mereka.

Di tengah keramaian pasar kerajaan, sorak sorai gembira menggema ketika Raja Harimau Mahesasemar dan rakyat lainnya memberikan sambutan hangat kepada Putu yang berhasil mengangkat Keris Arcapada. Setelah bertahun-tahun, akhirnya mereka memiliki harapan baru untuk melawan kegelapan yang mengancam Kerajaan Musim Panas.

Namun, Putu si Kancil kecil merasa dirinya tak layak menjadi pemilik Keris Arcapada. Dia bahkan hanya seorang anak kecil yang takut akan kegelapan dan kesendirian. Pasti banyak binatang di kerajaan ini yang lebih layak menjadi pemilik sah Keris Arcapada dan menjadi pemimpin 5 Ksatria Suci Kerajaan Musim Panas daripada dirinya sendiri. Dia merasa tak mampu menerima harapan yang terlalu besar dari penduduk kerajaan ini.

Lima Ksatria Suci Kerajaan Musim Panas berkumpul di sekitar Putu, wajah-wajah mereka serius, mata mereka penuh dengan kekhawatiran yang dalam. "Putu," ujar salah satu dari mereka, suaranya penuh dengan ketegasan, "meskipun kau berhasil mengangkat Keris Arcapada dan membebaskan kami dari kutukan Ratu Violete, kekuatan kami berlima tidak akan cukup untuk menghadapi kekuatan Ratu itu."

Putu menatap mereka dengan penuh kebingungan dan kekecewaan. "Tapi mengapa? Kekuatan kalian seharusnya cukup kuat untuk melawannya, bukan?"

Ksatria lain menggeleng lemah. "Jika kekuatan kami cukup untuk mengalahkan Ratu Violete sejak dahulu, kami pasti sudah berhasil melakukannya," jelasnya, suaranya terdengar penuh dengan penyesalan, "dan kami tidak akan dikutuk menjadi batu seperti ini."

Putu merasakan kekecewaan dan keputusasaan merayap di hatinya. Meskipun telah berhasil membebaskan mereka dari kutukan, tantangan yang lebih besar masih menanti di depan, dan ia harus menemukan cara untuk menghadapinya.

Apapun alasannya Raja Mahesasemar sudah memutuskan jika Putu adalah penasehat kerajaan yang selanjutnya dan memiliki tugas mulia untuk mengalahkan Ratu Violete. Dengan ransel merah dan berbagai peralatan yang menjadi bekalnya dia mengumpulkan keberanian melawan Ratu Kerajaan Musim Dingin.

Raja Mahesasemar mengangkat tangannya, menyuarakan keputusannya dengan penuh keyakinan. "Putu, dengan segala keberanian dan tekadmu, kini kau telah ditunjuk sebagai penasehat kerajaan yang berikutnya. Tugas muliamu adalah mengalahkan Ratu Violete dan membawa kedamaian kembali ke tanah kita."

Satu-satunya hal yang membuat Putu berani menuju Kerajaan Musim Dingin hanyalah modal kenekatan untuk menyelamatkan dan membebaskan ayah dan adiknya dari kekejaman Ratu Violete.  Putu, dengan ransel merah yang di punggungnya dan perlengkapan perjalanan yang tersusun rapi, merasa terharu dan terinspirasi oleh kepercayaan yang diberikan padanya. Dalam hatinya berkobar semangat untuk melawan kegelapan yang menghantui Kerajaan Musim Panas, siap menghadapi segala tantangan yang akan ia temui di depan sana meskipun berbagati ketakutan dan keraguan selalu mengganggu ketenangannya.

Dalam perjalanan ke Kerajaan Musim Dingin bersama 5 Ksatria Suci Kerajaan Musim Panas, Putu mendapatkan mimpi aneh.

Dalam mimpinya, dia berhadapan dengan sebuah kegelapan pekat sampai suatu ketika ada sayap raksasa yang keluar dari kegelapan. Namun, yang keluar dari kegelapan tersebut bukanlah monster mengerikan, melainkan seorang Malaikat atau bidadari yang terlihat sangat cantik dan bahagia. Ternyata, Malaikat tersebut adalah Keris Arcapada itu sendiri.

Keris Arcapada tersebut ternyata adalah perwujudan dari seorang bidadari yang telah moksa menjadi malaikat penguasa bulan dan diturunkan ke bumi oleh para dewa sebagai jawaban doa Raja Mahesasemar untuk mengalahkan Ratu Violete yang mengancam rakyat kerajaan musim panas.

Keris Arcapada, mewujud sebagai malaikat bercahaya, menghampiri Putu dengan lembut. Suaranya seperti nyanyian angin, penuh dengan kebijaksanaan yang kuno. "Putu," katanya, "Kau memiliki kekuatan tersembunyi yang lebih besar daripada sihir itu sendiri, yaitu kecerdikan dan keberanian, kau pasti bisa menjadi anak yang pemberani dan mandiri untuk menyelamatkan keluargamu dari kurungan Ratu Violete."

Putu mendengarkan dengan penuh perhatian, matanya bersinar dengan harapan dan tekad yang baru ditemukan. Dia merasakan kehadiran malaikat itu memberinya kekuatan dan keyakinan yang sebelumnya tidak ia sadari.

"Kekuatan sejati tidak ditentukan oleh sihir atau ukuran badan," lanjut Keris Arcapada, sorot matanya tajam menembus hati Putu, "melainkan oleh kemandirian, keberanian, dan kecerdikan. Itulah yang kau miliki, Putu. Itulah alasan aku memilihmu sebagai orang yang ditakdirkan untuk mengalahkan Ratu Violete."

Putu merasakan getaran kekuatan yang tumbuh di dalam dirinya, memenuhi setiap serat tubuhnya dengan tekad yang tak tergoyahkan. Dia siap menghadapi takdirnya dengan keberanian yang baru ditemukannya, siap untuk melawan kegelapan dengan cahaya keberanian dan kecerdikan yang dimilikinya.

Layaknya para Kancil yang cerdik. Tiba tiba Putu memiliki ide untuk mengalahkan Ratu Violete dengan menggunakan taktik cermin untuk menghindari langsung memandang Ratu Violete, yang dapat mengubah orang menjadi patung es batu jika dilihat langsung. Dia menggunakan tameng polos sebagai cermin untuk memantulkan pandangan Ratu Violete kembali kepadanya, sehingga dia dapat memotong tongkat sihir Ratu Violete tanpa langsung memandangnya.

Putu menggunakan tameng polos yang terbuat dari logam yang sangat mengkilap, mungkin terbuat dari kuningan atau perunggu. Dengan hati-hati, dia memposisikan tamengnya sedemikian rupa sehingga ia bisa melihat bayangan Ratu Violete di atasnya tanpa harus melihat langsung ke arahnya. Dengan cara ini, ia bisa mengarahkan pedangnya secara tepat untuk mematahkan tongkat sihirnya tanpa menjadi batu.

Selain menggunakan tameng sebagai cermin, Putu juga memanfaatkan bantuan dari  5 Ksatria Suci kerajaan Musim Panas seperti Gatotkaca, yang memberinya helm yang membuatnya tidak terlihat oleh Ratu Violete, dan juga sandal berkecepatan tinggi dari Abimanyu untuk membantu dalam menghadapi dan mengalahkan Ratu Violete. Dengan perlengkapan ini, Putu memiliki keunggulan dalam pertempuran melawan monster itu.

Putu juga mempersiapkan dirinya dengan baik sebelum menghadapi Ratu Violete. Dia merencanakan setiap langkah dengan cermat, termasuk memilih waktu dan tempat yang tepat untuk menyerang, serta mempersiapkan strategi pelarian jika situasinya memburuk.

Ini menunjukkan bahwa Putu tidak hanya mengandalkan keberuntungan semata, tetapi juga mempersiapkan diri secara matang sebelum menghadapi tantangan yang sangat berbahaya.

Putu juga menggunakan keberanian dan ketegasannya untuk menghadapi Ratu Violete. Meskipun mengetahui risiko yang besar, dia tetap berani dan tidak gentar dalam menghadapi monster yang menakutkan tersebut. Keberanian dan ketegasan Putu merupakan faktor penting dalam kesuksesannya mengalahkan Ratu Violete.

Putu menggunakan suar dan korek api untuk melelehkan salju dan memperdayai pengikut Ratu Violete serta menggunakan itu untuk melelehkan kurungan es yang memenjarakan ayahanya serta tahanan lain.

Dia menggunakan tali yang diikat ke panah untuk bergelantungan dan menyerang ratu Violete dengan tendangannya demi membebaskan adiknya Sari dari Mantra Kutukan yang diberikan Ratu Violet untuk membuatnya hilang ingatan .

Selagi 5 Ksatria Suci Kerajaan Musim Panas berusaha mengalahkan Butho Cakil yang sangat besar dan kuat serta pasukan pinguin dan beruang kutub di Kerajaan Musim Dingin, Putu berjuang sekuat tenaga melawan Ratu Violete dan mematahkan kutukan adiknya Sari.

Setelah pertarungan sengit antara suar api milik Putu dan sihir es Ratu Violete Putu berhasil merebut tongkat sihir Ratu Violete dan mematahkannya. Seketika itu juga kutukan Sari berhasil dipatahkan dia mengingat kembali segala kenangannya dengan Putu, Butho Cakil yang dilawan 5 Ksatria Suci Kerajaan Musim Panas juga tiba tiba menghilang. Ratu Violete berhasil dikalahkan dan ditangkap.

Anehnya, setelah Ratu Violete dikalahkan, Kancil dan para ksatria yang lain mengusulkan pada Raja Harimau Mahesasemar agar sebaiknya Ratu Violete dibiarkan hidup dan memerintah kerajaannya. Namun, wilayahnya akan diperkecil dan hanya diizinkan untuk menurunkan salju di tempat lain selama 3 bulan dalam setahun. Jika tidak patuh, dia akan menerima hukuman yang lebih berat.

Jika es dan salju lenyap dari bumi, keseimbangan alam akan terganggu, dan seluruh kehidupan di dunia akan punah. Oleh karena itu, menghilangkan Ratu Violete sebagai pengendali musim dingin bukanlah solusi yang bijak.

Meskipun Ratu Violete bukanlah sosok yang baik, rakyatnya yang terdiri dari beruang kutub dan pinguin tetap layak memiliki habitat alami mereka.

Putu si Kancil menatap Raja Harimau Mahesasemar dengan penuh harap, "Raja Mahesasemar, kami telah mempertimbangkan dengan matang. Sebaiknya, Ratu Violete dibiarkan hidup."

Raja Harimau Mahesasemar mengerutkan kening, keraguan terpancar dari matanya yang tajam. "Mengapa begitu, Putu si Kancil? Apakah kalian tidak melihat kejahatan yang telah dia lakukan?"

Kancil menjawab dengan mantap, "Ya, Raja. Tapi perlu kami tegaskan, membuangnya bukanlah jalan keluar. Dia harus diatur. Wilayahnya akan dipersempit, dan batasan dijatuhkan. Hanya untuk menurunkan salju di tempat lain selama tiga bulan setahun."

Para ksatria yang lain memberi anggukan setuju, ekspresi serius terpahat di wajah mereka.

Raja Mahesasemar memandang mereka satu per satu, berpikir keras. "Kalian benar, jika kita tidak hati-hati, keseimbangan alam bisa terganggu."

Putu si Kancil menyambung, "Jika es dan salju menghilang, dunia ini akan berada dalam bahaya. Menghilangkan Ratu Violete bukanlah solusi yang bijak."

Raja Mahesasemar mengangguk perlahan, "Kalian meyakinkanku. Tapi apakah kita bisa mempercayainya untuk patuh pada perjanjian itu?"

Kancil tersenyum tipis, "Kami akan memastikan agar dia mematuhi, Raja."

Suasana tegang memenuhi ruangan, namun ada kelegaan yang tersirat di antara mereka.

Raja Mahesasemar menatap Kancil, "Baiklah, saya setuju dengan usulan kalian. Putu si Kancil kecil, sebagai pemimpin 5 Ksatria Suci kerajaan Musim Panas, kamu berhak mengampuni nyawa Ratu Violete."

Meski Raja Mahesasemar awalnya tak menyetujuinya, tapi  bagaimanapun mengampuni nyawa Ratu Violete adalah hak Putu si Kancil kecil sebagai pemimpin 5 Ksatria Suci kerajaan Musim Panas

Kancil merasa lega, tangannya gemetar sedikit saat ia mengucapkan terima kasih pada Raja Mahesasemar. "Terima kasih, Raja. Kami tidak akan mengecewakanmu."

Dalam keheningan, keputusan penting itu pun diambil, membawa harapan untuk masa depan kerajaan yang tenteram.

Kebijakan Putu sebagai penasehat kerajaan dan pemimpin 5 Ksatria Suci kerajaan Musim Panas yang baru mengantarkan perdamaian abadi antara kerajaan musim panas dan kerajaan musim dingin

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama