Kata Pengantar:


Pada 30 April 2019, Kaisar Jepang Akihito resmi turun takhta dan putranya, Naruhito, menjadi kaisar baru. Jepang kini memiliki penguasa baru sekaligus memulai era baru, mengakhiri era Heisei yang dimulai pada tahun 1989 dan memulai era Reiwa.


Jika anda adalah seorang wibu atau otaku pasti anda tak asing dengan istilah "Godzilla era Showa", "Ultraman era Reiwa" atau "Kamen Rider era Heisei"  Meskipun banyak yang salah paham dan mengira kalau istilah ini merujuk pada latar waktu dalam cerita, sebenarnya istilah ini merujuk ke era kekaisaran di Jepang.


Perubahan era ini tak hanya simbolis bagi pemerintah Jepang, tapi juga menandai perkembangan baru berbagai budaya populer termasuk manga.


Setiap kali kaisar baru naik takhta, era baru dimulai dengan nama yang berbeda.Setiap era ini memiliki ciri khasnya masing-masing dalam sejarah Jepang. 


Era Showa (昭和) Berlangsung dari tahun 1926 hingga 1989, bertepatan dengan masa pemerintahan Kaisar Hirohito.  Era Showa dikenal dengan masa perang dan pemulihan ekonomi setelah perang.


Manga terbaik era Showa mencakup berbagai genre dan gaya, namun beberapa yang paling menonjol dan berpengaruh adalah Sazae-san karya Machiko Hasegawa, Astro Boy karya Osamu Tezuka, dan Barefoot Gen karya Keiji Nakazawa. Manga-manga ini tidak hanya populer pada masanya tetapi juga memberikan dampak yang signifikan pada perkembangan manga secara keseluruhan. 



Era Heisei (平成) Berlangsung dari tahun 1989 hingga 2019, bertepatan dengan masa pemerintahan Kaisar Akihito. Era Heisei ditandai dengan perkembangan ekonomi yang pesat dan juga tantangan seperti krisis ekonomi dan bencana alam.


Manga terbaik era Heisei mencakup berbagai genre dan gaya, tetapi beberapa yang paling menonjol dan dicintai penggemar termasuk: One Piece, Naruto, Detective Conan, Kochikame, Hunter x Hunter, dan Dragon Ball. Selain itu, Garasu no Kamen juga sering disebut sebagai salah satu manga terbaik era Heisei. 


Era Reiwa (令和) Dimulai pada tahun 2019 hingga sekarang, bertepatan dengan masa pemerintahan Kaisar Naruhito. 


Manga terbaik di era Reiwa (dimulai tahun 2019) mencakup berbagai genre dan gaya, namun beberapa judul yang menonjol dan populer di kalangan penggemar adalah "Kaguya-sama: Love is War", "SPY x FAMILY", "Chainsaw Man", dan "Jujutsu Kaisen". Judul-judul ini tidak hanya populer di Jepang, tetapi juga mendapatkan perhatian dan pengakuan global melalui adaptasi anime dan berbagai merchandise. 

Penjualan komik manga Jepang terus mencatat rekor baru di era Heisei dan Reiwa, baik di dalam negeri maupun secara global. Tren ini mencerminkan bagaimana manga berhasil bertransformasi dari bacaan anak-anak menjadi karya yang digemari lintas usia.

Melihat potensinya, Federasi Bisnis Jepang (Keidanren) mendorong pemerintah agar lebih serius mempromosikan manga, anime, dan game sebagai sektor unggulan dalam pertumbuhan ekonomi Jepang.

Berdasarkan data Maret 2023 dari Asosiasi Penerbit Jepang, total penjualan manga—baik cetak, digital, maupun majalah—menyentuh 677 miliar yen (sekitar Rp75 triliun) pada 2022, naik tipis 0,2% dari tahun sebelumnya. Lonjakan besar terjadi sejak 2020 berkat serial Demon Slayer dan meningkatnya konsumsi hiburan di rumah selama pandemi.

Meski penjualan manga cetak cenderung stagnan, yakni sekitar 250 miliar yen, penurunan dari puncaknya di tahun 1995, pasar manga digital justru tumbuh pesat. Pada 2022, penjualan digital naik hampir 9%.

Di Amerika Serikat, popularitas manga juga melejit. Menurut Roland Kelts, pakar budaya pop Jepang dari Universitas Waseda, penjualan manga di AS pada 2020–2021 naik hingga 171%. Lonjakan ini dipicu oleh serial anime populer seperti One Piece, Attack on Titan, dan Spy Family, yang mendorong minat terhadap versi cetaknya.

Perbedaan mencolok antara pasar Jepang dan AS adalah urutan adaptasi. Di Jepang, manga biasanya lebih dulu terkenal sebelum diangkat jadi anime, sedangkan di AS, anime lebih dulu dikenal dan memicu penjualan manganya.

Selain itu, faktor ruang juga memengaruhi: rumah di AS umumnya lebih besar, memungkinkan kolektor menyimpan lebih banyak buku. Sebaliknya, pembaca Jepang kini lebih memilih membaca manga secara digital melalui ponsel, menggantikan kebiasaan lama membaca cetakan lalu meninggalkannya di tempat umum.

Daya tarik utama manga adalah temanya yang universal. Profesor Makoto Watanabe dari Universitas Hokkaido menilai, manga menyentuh nilai-nilai dasar seperti persahabatan, cinta, dan kejujuran—tema yang bisa dinikmati pembaca dari segala usia.

Bagi banyak orang, manga bukan sekadar hiburan, tapi juga sarana pembelajaran dan pelarian dari rutinitas, terutama saat masa pandemi.

DAFTAR ISI

  • Pengantar

  • Daftar Isi

  • Bab 1: Apa itu Manga?

    • Manga pada Zaman Kuno

    • Manga pada Abad Pertengahan

    • Manga pada Zaman Tokugawa (1603–1867)

    • Manga dan Pengaruh Amerika

    • Kekalahan Jepang dan pendudukan Sekutu (GHQ)

    • Reformasi konstitusi dan ekonomi

    • Keajaiban ekonomi Jepang (Japanese economic miracle)

    • Dampak budaya dan modernisasi pascaperang

    • Politik Showa dan peran Hirohito
    • Reformasi konstitusi dan ekonomi

    • Kebangkitan Jepang di Era Showa Pasca Bom Atom

    • Kelahiran Anime dan Tokusatsu

    • Latar belakang film pertama Godzilla pasca-Hiroshima dan Nagasaki

    • Perubahan karakter: dari monster ke pahlawan dan simbol nasional
    • Era Showa, Heisei, dan Reiwa dalam franchise Godzilla
    • Peran Godzilla dalam politik dan budaya pop global (Hollywood, merchandise, simbolisme)
    • Wawancara, trivia produksi, dan pengaruhnya di dunia
  • Bab 2: Lahirnya Sang Dewa Manga Baru

    • Latar Belakang Dragon Ball sebagai Manga Transisi dari Era Showa ke Heisei

    • Evolusi dari Journey to the West-style ke Battle Manga yang Mengubah Industri

    • Bagaimana Dragon Ball Menjadi Cetak Biru bagi Shonen Era Heisei

    • Popularitas Global & Adaptasi Anime

  • Bab 3: Dominasi Weekly Shonen Jump dan Penerbit Lain

    • Genre Baru dan Inovasi Naratif (Psychological, Seinen, Isekai)

    • Teknologi dan Digitalisasi Manga

    • Peran Manga dalam Ekspor Budaya Jepang (Cool Japan)

    • Mangaka Penting Era Ini dan Dampaknya

    • Clamp

    • Saint Seiya

    • Big Three Shounen

    • Death Note

    • Assasination Clashroom

    • Boku no Hero Academia

    • Kimetsu no Yaiba


Bab 1 Apa itu Manga?


Manga adalah  buku komik atau novel grafis yang berasal dari Jepang. Di Jepang, istilah manga digunakan untuk merujuk pada komik tanpa memandang budaya asalnya. 


Di Barat, istilah ini sebagian besar hanya merujuk pada buku komik atau novel grafis dari Jepang, meskipun beberapa juga menggunakan istilah tersebut untuk merujuk pada komik non-Jepang yang menggunakan gaya seperti manga. 


Seperti semua komik, manga adalah serangkaian gambar yang digambar berdekatan yang dirancang untuk dibaca sebagai narasi atau urutan kronologis. Kata-kata biasanya terbatas pada "balon" di dalam bingkai gambar , yang sering disebut gelembung ucapan atau gelembung teks. Kata-kata onomatopoetik terkadang muncul di latar belakang gambar untuk menunjukkan efek suara. 


Di Jepang, manga mulai meningkat popularitasnya pada pertengahan abad ke-20, ketika pasar berkembang pesat dan lebih banyak variasi cerita mulai ditulis untuk audiens yang berbeda. Industri manga melihat ledakan lain ketika genre tersebut mendapatkan popularitas internasional sekitar pergantian abad ke-21.


Manga berbeda dari komik Barat dalam beberapa hal di luar negara asalnya. Sementara banyak buku komik Barat terdiri dari gambar berwarna, manga biasanya dicetak hitam-putih. Manga juga sering dicetak di atas kertas berkualitas buruk, yang membantu menekan biaya produksi dan membuat manga murah untuk dibeli. Karakter sering digambar dengan kepala yang terlalu besar dan mata yang besar dan ekspresif. Fitur wajah biasanya digambar dengan garis-garis sederhana. Berbagai bentuk panel digunakan, bersama dengan berbagai sudut dan efek perspektif, untuk menciptakan rasa aksi yang sinematik. Seniman sering menggambar karakter dengan mata besar agar lebih mudah menunjukkan emosi. Dibandingkan dengan buku komik Barat, cerita manga lebih panjang dan aksinya digambarkan dengan kecepatan yang lebih lambat. Misalnya, bukan hal yang aneh jika satu pertarungan dalam manga aksi tersebar lebih dari 30 halaman.



Manga pada Zaman Kuno


Manga dan humor memiliki sejarah yang sangat panjang di Jepang. Sebagai contoh, Kuil Buddha Horyuji dibangun pada tahun 607 M di ibu kota kuno Nara. Kuil Horyuji terbakar pada tahun 670 M, dan secara bertahap dibangun kembali hingga awal abad ke-8. Horyuji adalah struktur kayu tertua di Jepang, dan kemungkinan juga yang tertua di dunia. Karikatur manusia, hewan, dan "alat kelamin pria yang sangat dilebih-lebihkan" (Schodt, Manga! hlm. 28) ditemukan di bagian belakang papan langit-langit kuil saat perbaikan pada tahun 1935. Karikatur-karikatur ini termasuk seni komik Jepang tertua yang masih bertahan hingga kini.


Manga pada Abad Pertengahan


Toba Sojo, yang nama aslinya adalah Kakuyu, adalah seorang bangsawan dan Seniman Jepang dari periode Heian yang menjadi kepala biara Buddha.  (1053–1140) dikatakan melukis menggunakan kuas dan tinta "Gulungan Binatang" — gambar lucu burung dan hewan — pada pertengahan abad ke-12. Gulungan gambar naratif monokromatik ini terdiri dari empat volume, dan volume pertama dianggap yang terbaik.


Gulungan tersebut menggambarkan makhluk-makhluk karikatural seperti katak, kelinci, monyet, dan rubah yang melakukan aktivitas manusia sehari-hari, menyindir gaya hidup dekaden kalangan atas Jepang pada masa itu. Dalam salah satu gambar, seekor katak mengenakan jubah pendeta, membawa tasbih dan sutra, sementara beberapa "pendeta" lainnya tampak kalah berjudi atau bermain poker telanjang. Gulungan naratif yang awalnya dilukis ini kini menjadi harta nasional Jepang, bersama dengan gulungan lainnya seperti Gaki Zoshi ("gulungan hantu kelaparan") yang digambar pada pertengahan abad ke-12, dan Jigoku Zoshi ("gulungan neraka") yang dilukis pada akhir abad ke-12. Penayangan gulungan-gulungan ini terbatas hanya untuk segelintir orang, termasuk “kaum rohaniwan, bangsawan, dan keluarga samurai yang berkuasa” (Schodt, Manga! hlm. 32).


Manga pada Zaman Tokugawa (1603–1867)


Kota Otsu dekat Kyoto menjual Otsue, atau "gambar Otsu", kepada orang-orang yang bepergian di jalan utama dari Kyoto ke arah utara pada pertengahan abad ke-17. Otsue awalnya berupa gambar Buddha sederhana untuk doa dan sebagai bentuk jimat suvenir, namun kemudian juga mencakup gambar-gambar sekuler, jenaka dan satiris.


Karya-karya tersebut dicetak menggunakan bentuk primitif dari teknik cetak dan tersedia bagi masyarakat biasa (Shinmura).


Penerbitan gambar Tobae, yaitu gaya karikatur jenaka dan cerdas tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang, dimulai di Kyoto selama periode Hoei (1704–1711). Nama Tobae berasal dari Uskup Toba. Penerbitan buku-buku Tobae di Osaka menandai awal komersialisasi manga pada awal abad ke-18. Buku-buku ini dicetak menggunakan teknik cetak balok kayu (woodblock) dan menyebar dari Osaka ke Kyoto, Nagoya, lalu ke Edo (sekarang Tokyo) selama periode Tokugawa (1603–1867). Saat itu, Osaka merupakan pusat kota di mana industri penerbitan berkembang pesat seiring dengan meningkatnya populasi urban secara cepat.


Dari periode Genroku (1688–1704) hingga periode Kyoho (1716–1736), Akahonmenjadi sangat populer. Akahon secara harfiah berarti "buku merah" dengan sampul depan berwarna merah. Awalnya, Akahon merupakan buku bergambar yang berisi dongeng dan cerita rakyat seperti “Anak Buah Persik (Momotaro),” “Pertempuran Monyet dan Kepiting,” “Lidah Burung Pipit,” “Gunung Klik-Klak (Kachi-Kachi Yama),” dan “Bagaimana Kakek Kehilangan Benjolan di Pipi.”


Kemudian, Akahon berkembang menjadi buku bergambar untuk orang dewasa, meskipun sebagian besar isinya tetap berupa gambar, bukan teks. Buku Tobae juga menjadi populer karena dianggap sebagai variasi dari Akahon. Manga menjadi komoditas yang dijual ke publik, baik yang digambar tangan maupun yang dicetak menggunakan teknik balok kayu.


Frederik Schodt (Sex and Violence) menganggap bahwa manga merupakan keturunan langsung dari kibyoshi dan ukiyo-e. Kibyoshi, atau "buku berjaket kuning" — seperti Akahon (buku merah), Kurohon (buku hitam), dan Aohon (buku biru) yang mendahuluinya — berasal dari buku bergambar untuk anak-anak. Buku-buku berjaket kuning ini kemudian merujuk pada bahan bacaan populer bergambar yang diterbitkan selama periode An’ei (1772–1781). Kibyoshi berisi lelucon, sindiran, dan kartun untuk orang dewasa.


Ukiyo-e secara harfiah berarti "gambar dunia mengambang", dan merupakan genre gambar rakyat populer. Genre ini sangat digemari oleh kasta pedagang kota, yang menjadi pemimpin budaya Tokugawa. Seni dan hiburan para pedagang yang berpusat di kawasan hiburan perkotaan dicirikan oleh hedonisme. Pada tahap awal perkembangannya, ukiyo-e merupakan lukisan asli, namun melalui versi cetak balok kayu, ukiyo-e berkembang dan benar-benar menjadi populer sejak akhir abad ke-17.


Subjek paling umum dari ukiyo-e termasuk aktor, wanita cantik terkenal, ...


---


Manga dan Pengaruh Amerika


Rakuten Kitazawa (1876–1955) dan Ippei Okamoto (1886–1948) berperan besar dalam memperkenalkan kartun dan strip komik Amerika ke Jepang. Kitazawa pernah menggambar manga untuk The Box of Curios, sebuah majalah mingguan berbahasa Inggris yang diterbitkan di permukiman asing Jepang. Pada tahun 1899, ia mulai bekerja di surat kabar Jiji Shimpo setelah bakatnya ditemukan oleh Yukichi Fukuzawa, salah satu tokoh penting dalam modernisasi Jepang.


Pada tahun 1905, Kitazawa meluncurkan Tokyo Pakku (“Tokyo Puck”), majalah kartun bulanan berwarna. Gaya gambarnya yang halus, cerdas, dan realistis membuatnya terkenal dan sukses secara finansial. Kesuksesan ini menginspirasi banyak anak muda Jepang untuk menekuni manga sebagai profesi. Sementara itu, Ippei Okamoto mulai menggambar manga saat bergabung dengan surat kabar Asahi Shimbun pada tahun 1912.


Perkembangan manga Jepang modern mulai terlihat nyata pada tahun 1920-an dan 1930-an. Banyak seniman manga, termasuk Kitazawa dan Okamoto, melakukan perjalanan ke Amerika Serikat dan negara lain untuk mempelajari kartun luar negeri. Saat itu, Amerika memang menjadi pusat perkembangan komik. Misalnya, pada tahun 1896, The New World yang didirikan oleh Joseph Pulitzer mulai menerbitkan strip komik Yellow Kid, yang kemudian menjadi tren di surat kabar-surat kabar Amerika.


Kitazawa pun membuat versi Jepang dari Yellow Kid untuk edisi Minggu surat kabar Jiji Shimpo. Tujuannya adalah menghadirkan hiburan yang bisa dinikmati seluruh keluarga. Manga anak-anak juga menjadi strategi penting untuk menarik lebih banyak pelanggan surat kabar. Karakter-karakter ciptaan Kitazawa bahkan dicetak di kartu permainan dan dibuat dalam bentuk boneka.


Tahun 1923 menjadi tonggak penting dengan kemunculan tokoh manga nasional seperti Sho-chan no Bōken (“Petualangan Si Kecil Sho”) dan Nonkina Tōsan (“Ayah yang Santai”). Memasuki tahun 1930-an, majalah anak-anak bulanan yang tebal mulai rutin memuat komik berseri yang ceritanya bisa mencapai puluhan halaman (Schodt, Manga!; Shimizu).


Bab 2. Lahirnya Dewa Manga Baru


Pada Februari 1989, Osamu Tezuka menghembuskan napas terakhir. Saat rakyat Jepang berkabung atas wafatnya ‘Dewa Manga’, generasi baru sudah bersiap merebut dunia dengan tinta, panel, dan cerita baru.




Daftar Pustaka:



Ito, K. (2005). A history of manga in the context of Japanese culture and society [Sejarah manga dalam konteks budaya dan masyarakat Jepang]. The Journal of Popular Culture, 38(3), 456–475. https://doi.org/10.1111/j.0022-3840.2005.00123.x 


The Editors of Encyclopaedia Britannica. (2025, July 8). Manga | Meaning, comic books, & history. In Encyclopaedia Britannica. Retrieved from https://www.britannica.com/art/manga-Japanese-comics


Crunchyroll News. (2019, May 21).     What anime represent each of Japan’s eras? https://www.crunchyroll.com/news/features/2019/5/21/what-anime-represent-each-of-japans-eras


DW. (2023, April 24). Manga jadi ujung tombak pertumbuhan ekonomi Jepang. DW.com. https://www.dw.com/id/manga-jadi-ujung-tombak-pertumbuhan-ekonomi-jepang/a-65419443

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama