Perusahaan yang disebut Canterlot Company menguasai wilayah bumi yang dihuni manusia, sementara wilayah luarannya merupakan hutan belantara dengan berbagai hewan dan tumbuhan berbahaya, yaitu hutan terlarang Ashkalon.

Ayah Mowgli, yang dahulu merupakan pilot perusahaan Canterlot, melakukan eksplorasi di hutan terlarang atas misi perusahaan. Setelah kehilangan orangtuanya dalam kecelakaan pesawat saat bayi, Mowgli dibesarkan oleh kawanan beruang liar yang kehilangan anaknya. Tumbuh besar dengan perilaku mirip beruang di dalam hutan lebat., ia menjadi ganas, agresif, tak bisa bicara, dan sangat ahli dalam berburu, tanpa memiliki kemampuan berbahasa.

Seperti Tarzan, Mowgli sebenarnya merasa sangat bahagia tinggal di hutan. Baginya, tempat tinggalnya sejak lahir adalah tempat yang tak salah, dengan udara sejuk dan kebutuhan hidup yang tercukupi.

Mowgli adalah anak muda yang penuh semangat dan berani, bahkan dari usia yang masih kecil. Anak yang sangat pintar dan penuh keahlian, dia mampu bertarung dengan binatang-binatang berbahaya di hutan lebat.

Namun, suatu hari, sekelompok peneliti dan penjelajah dari luar hutan, yaitu perusahaan Canterlot muncul, menunjukkan sikap jijik dan merendahkan terhadap cara hidupnya yang primitif dan nomaden.

Para peneliti itu iba padanya karena hidup di bawah kemiskinan dan kebodohan karena tak memiliki harta atau pendidikan apapun bahkan dia tak bisa berbahasa pada awalnya.

Padahal dia sama sekali tak merasa miskin atau terpinggirkan dia merasa semua kebutuhan hidupnya telah terpenuhi di hutan itu, mau makan tinggal berburu secukupnya tanpa merusak populasi atau memetik di pohon, oksigen dan air bisa dinikmati secara gratis. Namun dia tak lagi merasa hidupnya di hutan sempurna sejak kedatangan para peneliti tersebut yang menyebutnya miskin dan tak berpendidikan jika dibandingkan manusia modern yang beretika.

Para peneliti itu berusaha mengajarinya bahasa manusia, menulis dan beradaptasi dengan masyarakat. Mereka juga berusaha membuat Mowglie menjadi lebih beradab dan hidup di peradaban maju layaknya manusia di perkotaan dengan memperkenalkan teknologi canggih, mengajarkan etika hidup dan sosial.

Perusahaan selalu mendoktrin bahwa jika masyarakat tidak ingin menjadi konsumtif atau tidak mengikuti peraturan perusahaan, mereka sebaiknya tinggal di hutan seperti monyet dan hidup tanpa fasilitas yang mereka sediakan. Padahal, hidup di hutan dianggap lebih sulit daripada di kota.

Siapapun yang tidak mengikuti aturan atau etika yang berlaku dicap sebagai monyet tanpa akal budi dan seharusnya tinggal di hutan.  

Mereka mendekati Mowglie dengan bahasa isyarat.

"Tidak mau menyesuaikan! Hidup liar adalah cara paling baik bagi saya," Mowglie memanggil sekelompok penjelajah yang telah masuk ke hutan. "Saya punya semuanya di sini. Saya tak perlu beradab."

"Kami datang untuk mengajari anda cara menjadi manusia beradab, meskipun dengan paksa if we must," balas salah satu penjelajah berbicara dengan Bahasa Inggris yang baik dan benar, memakai sepatu, dan berpakaian layak.

"Anda harus mencari tempat sendiri di luar hutan," lanjut salah satu penjelajah. "Hutan ini adalah tanah milik perusahaan Canterlot, yang sudah lama kami gunakan sebagai tempat penelitian. Anda harusnya bersyukur bisa pindah ke wilayah perusahaan di kota, anda bisa hidup enak dengan kemudahan teknologi jadi jangan pernah membantah"

Merasa rendah diri dan merasa hidupnya salah karena dianggap sangat primitif dan tak berbudaya, Mowgli terpengaruh setelah para peneliti menggambarkan keindahan hidup sebagai manusia di perkotaan yang serba mudah dan praktis karena adanya berbagai teknologi. 

Hidup sebagai orang barbar tanpa kemampuan berbicara, tanpa pakaian, dan mendapat perlakuan memalukan membuatnya sedih dan merasa tertinggal.

Akhirnya, dia memutuskan untuk ikut dengan para peneliti menuju kota yang dikuasai oleh perusahaan Canterlot.Co. Dengan keyakinan bahwa dia akan memiliki kehidupan yang lebih baik dan bahagia, dia berniat mempelajari cara hidup manusia modern yang beretika dan berperadaban tinggi.

Namun, ketika mencoba kehidupan di kota yang tampak glamor dan mewah dengan semua kemudahan teknologinya, ia menyadari bahwa kenyataannya tidak sesuai dengan bayangannya.

Semua pohon di kota terbuat dari plastik yang jika rusak menjadi sampah berbahaya, tanpa adanya pohon sungguhan yang dianggap  menjijikan, mereka juga memiliki upaya untuk menerbangkan semua sampah ke luar angkasa.

Mowglie mulai merindukan hidup dan bermain bersama hewan, menikmati keindahan alam, serta menikmati makanan dan minuman yang berlimpah sebelum tercemar oleh sampah dan polusi.

Makanan di hutan jauh lebih lezat daripada makanan di kota yang sering menyebabkan penyakit akibat penggunaan pengawet.

Dia terpaksa membeli air dan oksigen yang sebelumnya dapat dia dapatkan secara gratis di hutan. Ia menyadari bahwa sebagai buruh kasar, ia harus bekerja keras hanya untuk mendapatkan sepotong roti, sementara di hutan yang masih bersih dari polusi, sampah, dan gedung tinggi, dia bisa menikmati buah sebanyak yang diinginkannya tanpa batasan.

Dia menyadari bahwa perusahaan menjual air dan oksigen yang rusak akibat kerusakan alam yang disebabkan oleh polusi dan pembuangan limbah dari pabrik mereka sendiri. Dengan kata lain, perusahaan merusak alam untuk memperkaya diri sendiri dan  merugikan orang lain.

Sementara itu, konsumen tidak mendapat apa-apa kecuali dengan bekerja keras untuk mendapatkan oksigen, makanan, dan minuman yang sebenarnya dapat diperoleh secara gratis di wilayah hutan.

Mengapa kita harus bersusah payah mencari makan, minum, dan oksigen di kota besar yang dipenuhi sampah dan polusi, sedangkan hutan sudah menyediakannya dengan cukup untuk manusia? Mowglie tidak suka akan kemunafikan peradaban dunia,

Dia menyadari bahwa manusia di kota bertindak seperti monster, membunuh hewan semaunya seolah-olah mereka hanya benda tak bernyawa, teman temanya dihutan dimakan dan digiling dengan cara yang kejam.

Dia bingung mengapa orang-orang di kota menyebutnya sebagai orang barbar atau manusia kera hanya karena hidup di luar wilayah yang mengikuti perusahaan. Padahal, meskipun orang di kota memiliki pendidikan tinggi dan cerdas, mereka hanya menggunakan pengetahuan tersebut untuk melukai teman-teman Mowgli di hutan. Mereka kebingungan mencari pengganti air dan oksigen yang telah mereka rusak sendiri, padahal sumbernya sudah disediakan oleh hutan.

Para peneliti yang merupakan teman pertama Mowglie lama kelamaan merasa depresi dengan tekanan pekerjaan yang tak masuk akal, udara yang panas, hiruk pikuk kota yang membuat stress, hanya untuk bertahan hidup dan membeli sedikit makanan.

Mowglie yang sadar jika kehidupan di kota yang serba mewah dan futuristik tak seindah yang digambarkan perusahaan mengajak para peneliti itu untuk setidaknya tinggal selama sebulan di hutan bersamanya, awalnya para peneliti itu ragu dan takut dengan alam liar yang ganas.

Perusahaan mempropagandakan tanpa listrik dan fasilitas yang disediakan perusahaan, manusia tak akan bisa bertahan hidup, belum lagi hutan dikenal dengan berbagai hewan buas dan serangga mematikan.

Namun setelah sebulan tinggal di hutan para peneliti itu malah ketagihan, tak hanya sekadar bisa bertahan hidup tapi mereka bahkan merasa hidup lebih bahagia, selain mendapatkan makanan, minuman dan oksigen secara gratis di hutan mereka bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka sendiri tanpa bergantung pada para penguasa perusahaan.

Bahkan di hutan mereka tak lagi membutuhkan konsep uang, untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama mereka tak perlu bekerja setengah mati hanya untuk membeli suatu fasilitas atau tergantung pada penguasa untuk membangun fasilitas umum, mereka bisa bergotong royong atau bekerjasama misalnya membangun sawah atau jembatan untuk keperluan bersama tanpa mengeksploitasi hutan secara berlebihan. Kesehatan mental mereka juga semakin membaik di hutan.

"Kita sudah lama hidup kota  dan saya tidak mau lagi," salah satu peneliti dengan gelisah mengusulkan.

"Apa yang kamu maksud?" tanya peneliti lain.

"Bukankah hidup di kota menyebalkan? Usaha tekanan dari atasan yang berlebihan, dan kesibukan dari hiruk pikuk kota. Tak perlu lagi. Saya lebih menyukai pola hidup di hutan ini."

Dalam bayang-bayang pepohonan yang merayap, para peneliti itu duduk bersama di sekitar api unggun. Udara di hutan pun memberi kelegaan dari hiruk pikuk kota yang penuh tekanan. 

Teman pertama Mowglie, dengan mata yang terlihat lelah, meluapkan isi hatinya, "Rasanya, hidup di kota itu seperti terjebak dalam pusaran stres. Pekerjaan yang tak masuk akal, udara yang panas, semua membuatku hancur."

Peneliti lain pun mengangguk setuju.

"Saya pun merasakan hal yang sama. Bolehkah kita tinggal di hutan dan mengabaikan perusahaan?"

Satu per satu, kelompok peneliti memutuskan untuk tidak lagi bekerja untuk perusahaan dan lebih memilih untuk hidup di hutan. Mereka membiarkan hutan menjadi rumah mereka dan tak perlu lagi membayar apapun untuk hidup.

Mowglie menatap api unggun, senyuman kecil terukir di wajahnya, "Aku tahu persis apa yang kalian rasakan. Ternyata, hidup di sini jauh lebih berarti daripada gambaran perusahaan tentang kemewahan di kota."

Para peneliti itu merenung, mengingat bagaimana satu bulan di hutan telah mengubah perspektif hidup mereka. "Ini bukan sekadar bertahan hidup. Ini adalah hidup yang sebenarnya," ujar salah satu dari mereka.

Mereka tidak hanya menemukan sumber makanan, minuman, dan oksigen secara alami di hutan, tetapi juga menemukan kebahagiaan yang hilang di tengah hiruk pikuk kehidupan modern. Kebebasan untuk memenuhi kebutuhan mereka tanpa tergantung pada kebijakan perusahaan membuat mereka merasa hidup lebih bermakna.

Dalam keheningan hutan, Mowglie menyimpulkan, "Mungkin, kehidupan mewah dan futuristik di kota bukanlah jawaban sejati. Mungkin kita semua lebih dekat dengan kebahagiaan di sini, di tengah alam yang masih asli."

XXX

Karena demonstrasi besar besaran penduduk kota terhadap perusahaan akibat menumpuknya sampah dan polusi, perusahaan memiliki rencana untuk mengatasi hal ini yaitu dengan cara mengirim seluruh sampah ke luar angkasa, mengatasi demonstrasi sekaligus mempromosikan proyek luar angkasa mereka.  Namun mereka harus memperluas wilayah kota dan membabat hutan hutan di sekitar mereka demi membangun stasiun luar angkasa.

Untuk mendapatkan bahan bakar organik demi kapal kapal luar angkasa, mereka harus membabat hutan dan menebang pohon, jelas Mowgli dan teman temannya yang tak ingin keseimbangan alam dihancurkan keserakahan manusia berusaha menghentikan niat busuk perusahaan.

Para peneliti yang kini tinggal di hutan bersama Mowgli pun akhirnya menentang kebijakan perusahaan yang ingin membabat hutan karena bisa menghancurkan habitat hewan dan tumbuhan yang memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia, terutama makanan, air dan oksigen gratis. Namun mereka ditangkap dan dijatuhi hukuman mati karena dianggap mengklaim hutan yang merupakan properti pribadi milik perusahaan dan menyebar fitnah.

XXX

Hanya sekitar 10 tahun setelah proyek perusahaan tersebut, seluruh umat manusia di dunia akhirnya punah setelah sebelumnya keadaan alam berangsur angsur memburuk. Hutan sama sekali tak tersisa di Bumi, hanya tersisa gedung gedung tinggi yang kumuh, penuh sampah dan udara yang kotor,

Kehilangan hutan secara besar-besaran  menyebabkan punahnya manusia melalui berbagai cara secara bertahap. Tanpa hutan, sumber daya alam yang esensial seperti oksigen dan air bersih dapat berkurang secara signifikan. Selain itu, perubahan iklim yang diakibatkan oleh deforestasi dapat menyebabkan kondisi cuaca ekstrem, naiknya suhu global, dan kenaikan permukaan air laut.

Kehilangan keanekaragaman hayati juga dapat mengurangi ketersediaan pangan dan sumber daya alam lainnya yang esensial bagi kehidupan manusia. Disparitas ekonomi dan sosial dapat meningkat karena masyarakat yang bergantung pada hutan untuk mata pencaharian mereka kehilangan sumber penghasilan.

Kehilangan hutan mengakibatkan krisis ekologis dan kemanusiaan yang serius, mempengaruhi kelangsungan hidup manusia secara langsung.

Sebelum benar benar punah, umat manusia merasa menyesal karena tak mendengarkan ajakan Mowgli dan teman temannya dan malah bertepuk tangan saat perusahaan menghukum mati mereka di depan banyak orang. Menurut perusahaan seluruh Bumi adalah properti pribadi milik mereka sebagai orang paling kaya dan berkuasa.

Ternyata hidup sebagai manusia hutan jauh lebih baik daripada menjadi manusia modern yang diperbudak oleh kerakusan akan harta hingga mengorbankan bumi. 

Terbukti, hidup sebagai manusia tanpa peradaban, berprilaku seperti monyet, tanpa pakaian, tanpa kemampuan bahasa, dan tanpa bicara, serta bergelayutan di pohon seperti orang gila, justru lebih baik daripada kehidupan manusia modern. Manusia hutan hidup selaras dengan alam, bersama binatang dan tumbuhan yang memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia.

Bagaimana bisa mereka menyebut penghuni hutan sebagai orang barbar ketika mereka hidup selaras dengan alam? Mungkinkah Tarzan dan manusia purba lebih beradab daripada manusia modern?

(Damar Pratama Yuwanto)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama